Jual Produk Mutiara dari Lombok, Nusa Tenggara Barat

Kami menjual aneka produk berhiaskan mutiara air laut dan mutiara air tawar dengan harga murah. Kami bisa mengirimkan pesanan ke seluruh Indonesia.

Toko Online terpercaya www.iloveblue.netToko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.netToko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Friday 4 December 2009

Mutiara The Queen of Pearl, Kilaunya Kian Mempesona

Mutiara selalu diimpikan kaum wanita. Seindah dan semahal apapun gaun yang dikenakan, tanpa ada kalung yang beruntai mutiara di leher atau pergelangan tangan, penampilan saat itu menjadi kurang sempurna dan elegan. Mutiara yang sudah dibuat dalam bentuk jewelry (perhiasan) lebih indah bila dikombinasikan dengan benda-benda berharga lainnya seperti emas, perak, berlian, atau intan. Bentuk perhiasan yang dihasilkan diantaranya mahkota, kalung, gelang, cincin, bros, dan jepitan dasi.

Melihat tingginya permintaan mutiara, maka prospek budidaya mutiara di tanah air cukup cerah. Tidak hanya pasar dalam negeri yang membutuhkan mutiara-mutiara, tapi juga pasar luar negeri masih menganga lebar. Apalagi mutiara dari Indonesia sudah tersohor kualitasnya di berbagai belahan dunia. Indonesia dikenal sebagai penghasil Mutiara Laut Selatan (south sea pearl) yang juga dijuluki The Queen of Pearls.

Komoditas mutiara baik lewat budidaya laut dan air tawar ini masih memiliki peluang yang cukup luas. Masih banyak pulau dan teluk-teluk yang terlindung dari hempasan ombak yang cocok untuk untuk lokasi pengembangan budidaya laut yang belum dimanfaalkan.

Dengan kondisi iklim yang hampir stabil sepanjang tahun, memungkinkan pengembangan budidaya laut ini hampir tidak terpengaruh oleh perubahan musim. Selain kondisi alamnya yang tidak banyak mengalami Perubahan hampir sepanjang tahun, jenis kerang mutiara sebagai penghasil mutiara yang diproduksi di Indonesia merupakan salah satu jenis yang paling unggul dibandingkan dari negara lain.

Bukti bahwa pasar dunia begitu bergairah menyambut mutiara dari ibu Pertiwi terlihat pada tahun 1998, saat Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) nielakukan penjualan mutiara dengan cara lelang (auction) yang mengundang calon pembeli dari luar negeri. Asbumi saat itu menggandeng PT Bumi bersama Asbumi mengadakan auction di Indonesia dengan mengundang pembeli dari luar negeri. Mutiara Laut Selatan (south sea pearl) saat itu laku dilego dengan harga US$100 sampai dengan US$200 per gram untuk kualitas terbaik. Sejak pameran itu, konsumen dari berbagai negara mulai terbuka matanya bahwa di Indonesia juga dapat dibeli langsung mutiara Laut Selatan (south sea pearl). Selama ini rupanya pembeli-pembeli dari AS dan negara Eropa lainnya hanya tahu membeli mutiara tersebut di Jepang.

Mutiara Indonesia yang di pasar dunia dikenal sebagai south sea pearl. Dari segi keunikan dan nilai ekonominya yang tinggi, memiliki keunggulan komparatif dam kompetitif, sehingga apabila usaha budidayanya dikembangkan dengan baik, maka dapat meningkatkan nilai tambah. Menurut Jewellery News Asia Magazine (Maret 2001) dan Global Pearl Production Estimates in Value 2000, produksi mutiara Indonesia (south sea pearl) dibanding dengan negara lain adalah sebagai berikut: Australia 550 kan (48,83%) atau 2.062 kg, Indonesia 500 kan (41,67%) atau 1.875 kg, Filipina dan Myanmar 150 kan (12,50%) atau 562 kg.

Global Pearl Production Estimates in Value 2000 juga mengungkapkan angka perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis muliara di dunia pada 2000 adalah south sea pearl 4,5 ton (1.200 kan) dan US$200 juta, black pearls 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, akoya pearls 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta dan chinese freshwater pearl 650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta. Setiap tahun, produksi mutiara akan terus meningkat. Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan, tahun 2005 produksi mutiara mencapai 12 ton. Diharapkan selama periodc 2005-2009 produksi mutiara akan meningkat dari 12 ton menjadi 18 ton pada tahun 2009.

Sebenarnya bukan tak mungkin, produksi mutiara nasional dapat digenjol lebih banyak. Hanya saja, modal yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara cukup besar, disamping risiko yang bakal diterima cukup tinggi. Jumlah Produksi Jumlah produksi mutiara tergantung pada jumlah kerang yang sudah dioperasi. Setiap kerang akan menghasilkan satu butir mutiara seberat antara 2,5 sampai 3 gram. Risiko kegagalan dari budidaya ini cukup tinggi, yaitu rata-rata 30 per-sen. Artinya dari 10.000 kerang yang dipelihara dan dioperasi, 3.000 diantaranya akan mali atau gagal panen.

Saat ini, Indonesia menghasilkan South Sea Pearl dari kerang Pinctada maxima baik dari hasil alam maupun budidaya. Sentra pengembangan budidaya Pinctada maxima tersebar di beberapa daerah seperti: Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua. South Sea Pearl Indonesia sangat digemari di pasar dunia, dan biasanya dijual dalam bentuk loose dan jewelry. Selain kerang jenis Pinctada maxima, kerang mutiara lainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada lentiginosa dan Pteria penguin.

Jepang pasar Utama
Indonesia termasuk negara yang eukup berperan dalam menghasilkan mutiara. Sampai saat ini, 26 persen mutiara yang diperdagangkan di dunia, berasal dari Indonesia. Sebenarnya persentase ini dapat ditingkatkan sampai dengan 50 persen karena potensi kelautan di Indonesia yang sangat po-tensial. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkal untuk tahun berikutnya atau tahun 1999 yang menjadi 1.130.098 momme senilai 15.107.000 yen. Secara rinci, jumlah ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 1998 -200 adalah sebagai berikut:

Sedangkan perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis mutiara di dunia pada 2000 adalah south sea pearl 4,5 ton (1.200 kan) dan US$200 juta, black pearls 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, akoya pearls 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta clan Chinese freshwater pearl 650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta.

Pasar mutiara adalah luar negeri, sehingga harganya amat tergantung pada fluktuasi nilai kurs rupiah terhadap dolar. Sclain itu, harga mutiara juga sangat tergantung pada kualitas dan bentuk dari muliara yang dihasilkan. Untuk jenis Pound (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat meneapai harga US$40 sampai US$50, Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat US$ 20.

Nilai Ekspor Mutiara dari Indonesia ke Jepang Tahun 1998 – 2000
(sumber: Bisnis Indonesia)Ratunya Mutiara
Kerang penghasil mutiara hanya bisa dihasilkan secara alami oleh kerang-kerangan anggota moluska. Namun tidak semua kerang bisa menghasilkan mutiara dan kerang penghasil mutiarapun tidak semuanya bisa menghasilkan mutiara secara alami.

Kerang penghasil mutiara umumnya berasal dari famili Pteriidae, namun yang umum dikenal hanya jenis-jenis tertentu seperti gold atau silver-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir emas atau bibir perak) Pinctada maxima, black-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir hitam) Pinctada margaritifera, Akoya pearl oyster (kerang mutiara Akoya) Pinctada fucata dan the winged-pearl oyster (kerang mutiara bersayap) Pteria penguin.

Mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan hasil budidaya. Dalam proses budidaya mutiara diperlu-kan zat pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaring-an yang dimasukkan ke dalam kerang-kerangan seperti oys-ter/mollusk.

Sebagai langkah perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan tersebut akan melapisi zat pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan nacre yang pada akhirnya akan menghasilkan mutiara. Rekayasa budidaya mutiara ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an.

Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan letap menggunakan teknisinya. Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ’saibo’) ke dalam kerang mutiara.

Mutiara alami saat ini sudah mulai jarang ditemukan sehingga harganya sangat mahal. Maklum, mutiara alami sulit ditemukan, karena mendapatkannya harus di laut lepas.Untuk membanjiri pasar, jenis yang sering diperdagangkan adalah mutiara hasil budidaya seperti mutiara Akoya, mutiara Tahiti, South Sea Pearl dan mutiara air tawar yang banyak terdapat di Jepang dan Cina.

Selain mutiara hasil budidaya, saat ini pun sudah banyak pula dijumpai mutiara imitasi yang benar-benar merupakan hasil buatan tangan manusia yang dibuat dari keramik, kulit. kerang, gelas, kaca atau bahkan plastik. Mutiara imitasi bukan termasuk jenis mutiara, tetapi karena teknik pembuatan pabrikasi saat ini sudah begitu maju, sehingga kadang terlihat sempurna seperti mutiara asli.

Mutiara memiliki 8 kategori yaitu: round (bulat), drop (tetesan), button (kancing), oval, semi-round (semi bulat), circle/ring (lingkaran), baroque (tidak beraluran) dan semi-baroque. Sceara umum, semakin bulat bentuk suatu mutiara, maka semakin tinggi nilainya. Namun mutiara berbentuk bulat sempurna sangat jarang ditemui. Dengan keunikannya, kadangkala mutiara berbentuk baroque juga dapat senilai dan setingkat dengan mutiara bulat.

Harga mutiara juga ditentukan dari besar kecilnya, yang diukur dalam satuan milimeter. Kisaran ukuran mutiara adalah dari 1 mm sampai lebih dari 20 mm. Besaran ukuran ini sangat tergantung pada jenis mutiaranya. Ukuran yang paling umum diperdagangkan adalah 7 – 7.5 mm. Mutiara Akoya merupakan jenis mutiara pertama yang dibudidayakan di Jepang. Perairan Jepang, tempat pengembangbiakan Akoya, merupakan perairan dengan suhu 10-15° lebih dingin dibanding perairan untuk pengembangbiakan mutiara jenis lain. Kondisi perairan yang lebih dingin ini menyebabkan Akoya membentuk lapisan nacre lebih lambat dan struktur kristal yang lebih padat. Hal inilah yang meningkatkan kualitas kilauan Akoya.

South Sea Pearl (Hie Queen of Pearls) merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang Pinctada maxima dengan negara produsen utamanya adalah Indonesia, Australia, Philipina, Myanmar, Vietnam dan Thailand. Dijuluki sebagai Ratunya Mutiara karena ukurannya yang besar dengan kilauan yang khas sehingga seringkali memiliki harga lermahal.

Mutiara Tahiti Mutiara Tahiti merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang Pinctada margaritifera yang memiliki ukuran kerang hampir dua kali lipat dibanding kerang Akoya. Negara produsen utamanya adalah Tahiti (French Polynesia), Hawaii, Cook Island dan negara di kawasan Pasifik.

Sumber ; Majalah Demersal
sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/01/mutiara-the-queen-of-pearl-kilaunya-kian-mempesona/

No comments:

Post a Comment