23/03/06 – Lain-lain: Artikel

Karena ketinggian nilainya, mutiara tersebut dalam berbagai kitab suci dan digunakan untuk mengungkapkan suatu kemuliaan atau hadiah tak temilai atas perbuatan baik. Begitu pula dalam sejarahnya, mutiara dulunya hanya digunakan oleh kaum bangsawan sebagai simbol kekuasaan, kekayaan dan keanggunan. Hingga sekarang, perhiasan anggota kerajaan Inggris pada acara resmi adalah mutiara.

Kini mutiara masih digunakan sebagai simbol keanggunan dan kekayaan, dan pemakainya tidak terbatas hanya di kalangan kaum bangsawan tetapi sudah merambah sampai ke masyarakat umum.

Pada dasarnya mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan hasil budidaya. Dalam proses pembentukan mutiara diperlukan zat pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaringan/tisu yang dimasukkan ke dalam kerang-kerangan seperti oyster/mollusk. Sebagai upaya perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan tersebut akan melapisi zat pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan nacre yang pada akhirnya akan menghasilkan mutiara. Untuk menghasilkan mutiara budidaya, zat pengganggu yang dimaksud secara sengaja dimasukkan ke dalam kerang-kerangan melalui proses pembedahan.

Mutiara alami saat ini sudah mulai jarang ditemukan sehingga harganya sangat mahal. Jenis yang sering diperdagangkan adalah mutiara hasil budidaya seperti mutiara Akoya, mutiara Tahiti, South Sea Pearl dan mutiara air tawar yang banyak terdapat di Jepang dan Cina.

Selain mutiara hasil budidaya, saat ini pun sudah banyak pula dijumpai mutiara imitasi yang benar-benar merupakan hasil buatan tangan manusia yang dibuat dari keramik, kulit/kerang, gelas/kaca atau bahkan plastik. Mutiara imitasi bukan termasuk jenis mutiara, tetapi karena teknik pembuatan pabrikasi saat ini sudah begitu maju, sehingga kadang terlihat sempurna seperti mutiara asli. Salah satu cara termudah untuk membedakan mutiara imitasi dengan mutiara asli adalah dengan menggesekkan mutiara tersebut ke ujung gigi. Apabila terasa lembut, maka dipastikan itu adalah mutiara imitasi. Sementara apabila ketika digesekkan terasa berpasir, bahkan kadang terasa ngilu, maka itulah mutiara asli karena berkaitan dengan keberadaan lapisan nacre.

PENENTUAN KUALITAS/MUTU MUTIARA ALAMI DAN BUATAN :

  1. KILAUAN
    Kilauan merupakan faktor terpenting dalam penentuan kualitas suatu mutiara. Kilauan merupakan kemampuan mutiara untuk memantulkan kembali sinar yang mengenai permukaan mutiara. Kilauan muncul sebagai perpaduan dari 2 hal yaitu brilliance/kejernihan (cara permukaan memantulkan cahaya) dan inner glow (pantulan cahaya dari dalam). Derajat kilauan suatu mutiara ini berkaitan dengan keberadaan lapisan nacre, yang merupakan kandungan alamiah yang dikeluarkan kerang mutiara di dalam melindungi inti. Semakin tebal nacre yang dihasilkan, maka mutiara yang dihasilkan akan lebih berkilau. Tingkatan dalam penilaian kilauan mutiara adalah : tinggi, sedang, dan rendah.

    Mutiara dengan kilauan yang tinggi akan menghasilkan kilauan yang terang dan mempunyai pancaran cahaya yang kuat sehingga dapat memantulkan obyek didekatnya dengan jelas. Biasanya mutiara dengan derajat kilauan yang tinggi memiliki lapisan nacre yang tebal, namun bukan berarti bahwa nacre tebal pasti memiliki kilauan yang terang. Hal ini terjadi akibat ketidaksempurnaan genetik pada beberapa oyster yang tidak memungkinkan dapat membentuk nacre yang sempurna. Sementara untuk mutiara dengan kualitas kilauan yang rendah, biasanya tampak terlalu pucat atau terlalu suram atau terlalu berkapur, dan biasanya hanya memiliki nacre yang cenderung tipis.

  2. PERMUKAAN
    Kondisi permukaan mutiara merupakan faktor kedua dalam menilai kualitas suatu mutiara. Dalam pembentukan mutiara, lapisan nacre yang dihasilkan oleh kekerangan tidak selalu melekat dengan lembut. Kadang-kadang dalam prosesnya timbul noda dan gelembung yang tampak pada permukaan mutiara. Kondisi permukaan mutiara ini biasanya dinilai dalam tingkatan bersih mulus hingga cacat. Semakin mulus kondisi permukaan mutiara, maka semakin tinggi kualitasnya.

    Mutiara yang bersih berarti tidak ada noda, tonjolan, lubang, retakan, bulatan atau kerutan di permukaannya dan sebaliknya. Cacat pada permukaan mutiara terbagi atas damaging (cacat yang bersifat merusak dan cenderung meluas seperti retak dan sumbing) dan non-damaging (cacat yang tidak merusak, seperti noda, tonjolan, lubang, bulatan dan kerutan).

  3. BENTUK
    Berdasarkan bentuknya, mutiara dikelompokkan menjadi 8 kategori yaitu: round (bulat), drop (tetesan), button (kancing), oval, semi-round (semi bulat), circle/ring (lingkaran), baroque (tidak beraturan) dan semi-baroque. Secara umum, semakin bulat bentuk suatu mutiara, maka semakin tinggi nilainya. Namun mutiara berbentuk bulat sempurna sangat jarang ditemui. Dengan keunikannya, kadangkala mutiara berbentuk baroque juga dapat senilai dan setingkat dengan mutiara bulat.
  4. WARNA
    Secara umum warna suatu mutiara juga mcrupakan warna badan mutiara sehingga warna mutiara sangat ditentukan oleh jenis kerangnya. Warna setiap mutiara sangat khas seperti putih, krem, kuning, mcrah muda, perak atau hitam. Meski demikian, suatu mutiara juga mempunyai warna sekunder atau overtone, yang terlihat sebagai pantulan warna lain yang terlihat dari mulai yang sedang, sangat tipis atau sangat kuat pada permukaan mutiara. Sebagai contoh, suatu mutiara yang mempunyai warna khas putih, pada saat diuji warna secara lebih detail, terdapat warna tambahan metah muda yang cukup nyata.

    Mutiara budidaya laut biasanya tampil dengan susunan warna yang lebih menarik, yaitu keseluruhan spektrum dari putih ke hitam dengan pantulan warna-warna lain diantaranya.

  5. UKURAN
    Ukuran mutiara adalah diameter besarnya mutiara, yang diukur dalam satuan milimeter. Kisaran ukuran mutiara adalah dari 1 mm sampai lebih dari 20 mm. Besaran ukuran ini sangat tergantung pada jenis mutiaranya. Ukuran yang paling umum diperdagangkan adalah 7 – 7.5 mm. Meskipun ukuran bukan merupakan indikator kualitas, namun ukuran menjadi salah satu faktor penentu harga. Semakin besar diameter mutiara, maka semakin tinggi mutu dan harganya. Apabila suatu mutiara memiliki kualitas untuk ke-4 faktor lainnya adalah setara, maka mutiara dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki harga yang lebih mahal.

JENIS-JENIS MUTIARA POPULER

Mutiara Akoya
Secara umum Akoya (mutiara klasik Jepang) merupakan jenis mutiara pertama yang dibudidayakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Kilauan : Dengan perbandingan ketebalan nacre yang sama, Akoya dinilai oleh sebagian ahli mempunyai kilauan yang lebih baik dibandingkan mutiara jenis lain. Perairan Jepang, tempat pengembangbiakan Akoya, merupakan perairan dengan suhu 10-15° lebih dingin dibanding perairan untuk pengembangbiakan mutiara jenis lain. Kondisi perairan yang lebih dingin ini menyebabkan Akoya membentuk lapisan nacre lebih lambat dan struktur kristal yang lebih padat. Hal inilah yang meningkatkan kualitas kilauan Akoya. Sehingga meskipun lapisan nacre-ny& lebih tipis ( kira-kira ‘/> mm) dibandingkan sebagian besar jenis mutiara budidaya lain, tetapi kilauannya paling terang.

Permukaan : Relatif bersih dan umumnya tidak ada cacat.

Bentuk : Umumnya dijumpai dalam bentuk bulat, semi bulat, tetesan air dan baroque (bentuk tidak beraturan). Hampir tidak pernah dalam bentuk circle!ring, button atau oval.

Warna : rose, perak/putih, krem, emas dan biru/abu-abu

Ukuran : berkisar dari 2—10 mm, dengan ukuran rata-rata 7 mm.

South Sea Pearl (The Queen of Pearls)
Merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang Pinctada maxima dengan negara produsen utamanya adalah Indonesia, Australia, Philipina, Myanmar, Vietnam dan Thailand. Dijuluki sebagai Ratunya Mutiara karcna ukurannya yang besar dengan
kilauan yang khas sehingga seringkali memiliki harga termahal.

Kilauan : Lapisan nacre south sea pearl umumnya tebal dengan kilauan yang relatif lebih kuat dibanding jenis mutiara lainnya. South sea pearls juga memiliki pantulan warna lembut yang indah yang hanya dapat dijumpai pada mutiara berlapis nacre tebal.

Permukaan : relatif bersih (bebas dari noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan) sampai dengan sangat cacat. Cacat yang tidak merusak seperti noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan kadang dijumpai pada south sea pearl. Namun demikian, menginga mutiara merupakan produk alam, hampir sulit untuk mendapatkan mutiara dengan permukaan tanpa cacat. Cacat yang ada juga tidak selalu mengurangi nilai maupun keindahan mutiara itu sendiri.

Bentuk : hampir ditemukan dalam semua bentuk seperti bulat (round), tetesan (drop), kancing (button), oval, setengah bulat (semi-round), circle atau ringed, tidak beraturan (baroque) dan semi baroque. Pada umumnya bentuk bulat dan tetesan memiliki harga yang paling mahal.

Warna : cakupan warna south sea pearl sangat luas, umumnya berwarna putih, perak, merah muda dan emas. South sea pearl asal Australia umumnya berwarna putih, demikian pula south sea pearl asal Indonesia dan Philipina meskipun ada kecenderungan berwarna krem dan keemasan.

Ukuran : Dibandingkan dengan semua jenis mutiara budidaya, south sea pearl umumnya memiliki ukuran yang lebih besar yaitu kisaran 8 — 22 mm, dengan ukuran rata-rata 15 mm. Meski demikian, dijumpai juga south sea pearl dalam ukuran kecil yaitu 2 — 8 mm. Ukuran ini biasanya berbentuk baroque keishi, yaitu mutiara hasil ikutan sebagai akibat suatu benda terikut masuk ke dalam organ tubuh kerang sewaktu proses insersi berlangsung.

Mutiara Tahiti
Mutiara Tahiti merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang Pinctada margaritifera yang memiliki ukuran kerang hampir dua kali lipat dibanding kerang Akoya. Negara produsen utamanya adalah Tahiti (French Polynesia), Hawaii, Cook Island dan negara di kawasan Pasifik.

Kilauan : berkisar dari kilauan tinggi, sedang hingga rendah.

Permukaan : cakupan kualitas permukaannya cukup luas yaitu dari bersih/mulus hingga sangat cacat. Untuk mutiara Tahiti dengan kualitas tinggi, permukaannya bebas dari noda, bengkak, lubang kecil, kerutan dan bulatan. Sebagai mutiara yang memerlukan waktu budidaya lama, mutiara Tahiti dengan permukaan yang kurang sempurna kadangkala justru menambah keindahan dan menjadi lebih memikat.

Bentuk : bulat sempurna, tetesan, kancing, oval, semi round, melingkar atau ringed, baroque dan semi baroque.

Ukuran : sekitar 8-13 mm

Warna : mutiara Tahiti dikenal dengan wama-warninya, cendcrung warna metalik dan unik dibanding warna mutiara budidaya lainnya. Sebagai Mutiara Hitam, warna umumnya adalah kelabu dengan dcrajat yang lebih terang atau lebih gelap. Selain itu, mutiara Tahiti memiliki kemampuan yang unik untuk menampilkah variasi warna yang muncul secara bcrsamaan – seperti warna peacock, eggplant atau aubeigine, hijau, biru dan warna merah keungu-unguan. Mutiara Tahiti yang paling bernilai tinggi adalah yang berwarna peacock dan biru yang diikuti warna pelangi, kelabu dan emas.

Dalam rangka peningkatan nilai tambah, mutiara dalam bentuk “loose” umumnya dikembangkan dalam bentuk “jewelry” atau menjadi bahan perhiasan yang kadangkala dikombinasikan dengan benda-benda berharga lainnya seperti emas, perak, berlian, intan dan Iain-Iain. Bentuk perhiasan yang dihasilkan diantaranya mahkota, kalung, gelang, cincin, bros, jepitan dasi dan Iain-lain. Dalam perdagangan internasional, kalung mutiara dengan berbagai ukurannya memiliki istilah-istilah tersendiri seperti choker, collar, matinee, opera, princess dan rope. Istilah-istilah tersebut digunakan khususnya untuk kalung mutiara yang berasal dari butiran mutiara yang seragam.

Dari usaha budidaya mutiara, diperolch pula hasil sampingan yang bernilai cukup tinggi yaitu kulit kerangnya sebagai bahan perhiasan yang mahal harganya serta dagingnya setclah tidak berproduksi dapat dikonsumsi dengan nilai jual yang lumayan.

MUTIARA DI INDONESIA
Saat ini, Indonesia terutama menghasilkan South Sea Pearl dari kerang Pinctada maxima baik dari hasil alam maupun budidaya. Sentra pengembangan budidaya Pinctada maxima tersebar di beberapa daerah seperti : Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua.

South Sea Pearl Indonesia sangat digemari di pasar dunia, dan biasanya dijual dalam bentuk loose dan jewelry (perhiasan). Pemasaran untuk mutiara loose biasanya dilakukan melalui lelang (auction) baik di dalam maupun di luar negeri.

Selain kerang jenis Pinctada maxima, kerang mutiara lainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada lentiginosa dan Pteria penguin. Budidaya mutiara dapat terselenggara hanya pada lingkungan perairan yang bersih dan tenang. Jadi budidaya mutiara, selain hasil yang diperoleh cukup tinggi maka secara otomatis akan menjaga kualitas perairan laut.

South Sea Pearl diproduksi oleh beberapa negara. Oleh karenanya untuk memberikan nilai tambah diperlukan promosi khusus keunikan mutiara Indonesia disertai dukungan Letter of Authencity yang terakreditasi.

Beberapa pelaku usaha mutiara Indonesia yang bergerak dalam usaha budidaya termasuk pemasarannya telah tergabung dalam Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI). Sebagai organisasi yang mewadahi para pengusaha budidaya mutiara di Indonesia, keberadaan ASBUMI sangat penting dan sebagai fasilitator dalam upaya pengembangan budidaya dan pemasaran mutiara Indonesia.

Kamus Istilah Mutiara

  • Blemish : cacat yang terdapat pada permukaan mutiara baik yang berupa cacat yang tidak merusak (non-damaging), seperti noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan, maupun cacat yang menyebabkan mutiara terlihat bertambah buruk seperti retak, berongga dan sumbing. Cacat ini berpengaruh terhadap harga mutiara;
  • Button : mutiara berbentuk kubah dengan alas datar;
  • Choker : mutiara dan kalung yang panjangnya sekitar 14 sampai 16 inci;
  • Circles: mutiara berbentuk cekung pada permukaannya;
  • Clean : permukaan mutiara yang bebas cacat;
  • Color: evaluasi mutu yang digunakan untuk menguraikan warna suatu mutiara;
  • Collar: kalung mutiara yang panjangnya 10 sampai 13 inci;
  • Grafting: insersi (penyisipan) benda asing oleh manusia ke dalam badan atau lapisan tipis suatu kekerangan guna menghasilkan mutiara berbudaya;
  • Luster: kilauan yang muncul sebagai kombinasi antara permukaan mutiara yang bersinar dengan pembiasan cahaya yang keluar dari bagian dalam suatu mutiara. Kilauan merupakan salah satu faktor penentu utama suatu mutu mutiara.
  • Mantle Tissue: lapisan tipis suatu kekerangan yang melekat ke kulit/kerang bagian dalamnya;
  • Matching: penyesuaian satu mutiara dengan mutiara lainnya berdasarkan kilauan, permukaan, bentuk, warna dan ukuran untuk menghasilkan suatu perhiasan mutiara, seperti kalung.
  • Matinee: kalung mutiara yang panjangnya 20 sampai 24 inci (1.5 kali choker);
  • Mftlimeter: satuan ukuran yang digunakan dalam menentukan panjang suatu mutiara. 1 mm = 1/25 inci;
  • Momme: satuan ukuran berat mutiara yang umum digunakan di Jepang. 1 momme = 3.75 gram atau setara dengan 18.7 carats.
  • Nacre: zat kapur dengan unsur dasar karbon yang jernih yang dikeluarkan oleh suatu kerang-kerangan sebagai alat mempertahankan diri dalam melawan zat asing (pengganggu) yang masuk ke dalam badannya.
  • Nucleus : inti yaitu potongan kulit/kerang yang kecil dari suatu kerang-kerangan Air tawar Amerika yang digunakan sebagai zat pengganggu untuk kemudian dimasukkan/disisipkan ke dalam badan suatu kerang-kerangan air tawar lainnya.
  • Nucleation : okulasi atau implementasi, yaitu proses memasukkan/menyisipkan suatu inti ke dalam badan suatu kerang-kerangan sedemikian rupa sampai pada akhirnya kekerangan tersebut mengeluarkan nacre untuk menutupinya. Proses tersebut merupakan bagian dari upaya menghasilkan mutiara budidaya.
  • Opera: kalung mutiara yang panjangnya 28 sampai 34 inci (2 kali choker);
  • Princess: kalung mutiara yang panjangnya 17 sampai 20 inci;
  • Rope: kalung mutiara dengan panjang di atas 45 inci.

Sumber : Warta Pasar Ikan

sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/mengenal-mutiara-perhiasan-para-bangsawan/