PENDAHULUAN
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa fihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar.
Mutiara yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung, Irian Jaya, Sulawesi, dan Halmahera merupakan jenis kerang Pinctada Maxima atau di pasaran internasional dikenal dengan Mutiara Laut Selatan (MLS) atau south sea pearl. Di Nusa Tenggara Barat, budidaya mutiara terdapat di perairan laut Sumbawa yang memiliki arus tenang. Jenis kerang ini konon hanya terdapat di perairan laut Indonesia dan Australia. Dilihat dari ukurannya, kerang jenis ini ukurannya lebih besar dari pada jenis lainnya. Ukuran kerang yang besar berpeluang menghasilkan mutiara yang besar pula. Di pasar internasional, 26% MLS merupakan mutiara yang berasal dari Indonesia. Selain Pinctada Maxima, ada pula jenis lain, yaitu :
- Pinctada margaritifera
- Pinctada fucata
- Pinctada chemnitzi
- Pteria penguin.
Tiram muda jenis Pinctada Maxima mempunyai warna cangkang bervariasi dengan warna dasar kuning pucat, kuning tua, cokelat kemerahan, merah anggur, dan kehijauan. Pada cangkang bagian luar, terdapat garis-garis radier yang menonjol seperti sisik yang berwarna lebih terang daripada warna dasar cangkang.
Bila dilihat dari jenis pinctada yang banyak di budidayakan di Indonesia, ada perbedaan ciri dan karakteristik dari masing-masing jenis. Perbedaan jenis dan karakteristik untuk jenis pinctada ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.
Perbandingan Tiga Jenis Pinctada Penghasil Mutiara
Sifat-sifat | P. Martensii | P. Margaritifera | P. Maxima | |
Ukuran | Dewasa Penuh | 4 inchi | 4 inchi | 4 inchi |
Rata-rata | 3 inchi | 3 inchi | 3 inchi | |
Cangkang | Kecembungan | Cembung | Agak cembung | Rata |
Warna Luar | Abu-abu kuning | Kuning abu2 | Coklat kuning | |
Garis Cangkang | Coklat ungu | Garis bintik | Pucat | |
Nacre (interior) | Nacre | Perak kehijauan | Warna baja | Putih perak |
Jingga kuning | Hijau metalik | Kuning emas | ||
Sedang | Pendek | Sedang | ||
60-100 cangkang tiap kan | 15 cangkang tiap ikan | 9-10 cangkang tiap ikan |
Catatan : 1 kan = 8,267 pon; 1 pon = 2,205 pon
PROFIL USAHA
Usaha budidaya mutiara ini dapat dikembangkan di daerah yang memiliki potensi perairan laut tenang dan luas. Karakteristik daerah di Indonesia sangat mendukung pengembangan usaha budidaya mutiara ini, seperti di Nusa Tenggara Barat, Halmahera, Lampung, Maluku Utara, dan Maluku bagian Tenggara, Sulawesi Tenggara. Untuk Nusa Tenggara Barat dan daerah sekitarnya, ada beberapa perusahaan budidaya mutiara maupun pembesaran spat, diantaranya :
Beberapa Perusahaan Pembudidayaan Mutiara di Kawasan Timur Indonesia.
Nama Perusahaan | Lokasi |
Selat Alas, Kesha Mutiara, Bumitama, NTB Pearl, Mitra Usaha, Paloma Agung, Gita Mandiri, Cahaya Cemerlang | NTB |
Timor Outsuki Mutiara | Kupang |
Kesuma Mutiara | Dompu |
Proposindo, Mitra Nusra | Lombok Timur |
Chamar Sentosa | NTT |
Diantara perusahaan budidaya biasanya menjalin kemitraan dalam bentuk kerjasama pemasaran spat. Biasanya dari jumlah spat yang dimiliki, tidak semuanya dioperasi karena masing-masing perusahaan memiliki keterbatasan sarana pembudidayaan sehingga spat tersebut harus dijual kepada perusahaan lain. Begitupula sebaliknya, perusahaan yang membutuhkan spat untuk dipelihara dan dibudidayakan akan membeli dari perusahaan lain yang terdekat karena dalam kondisi saat ini, mencari induk tiram dari penyelaman tidak dimungkinkan lagi. Selain jumlah tiram di laut bebas semakin berkurang, ukurannya pun biasanya tidak seragam.
Mutiara yang berkualitas baik di pasaran internasional juga datang dari Sri Lanka, Australia, Jepang, Mexico, Panama, Venezuela dan Tahiti. Mutiara ini dari perairan tawar didapatkan dari sungai Missisippi dan anak-anak sungainya, juga dari Skotlandia dan China. Dalam perdagangan mutiara terdapat beberapa merek dagang, diantaranya adalah berikut ini :
Jenis dan Karakteristik Mutiara di Pasar Internasional
Jenis atau Merek Dagang | Karakteristik Mutiara |
Mutiara “Asia Timur” | mutiara yang di dapat dari teluk Persia |
Mutiara “Ceylon” atau “Madras“ | mutiara yang mempunyai overtone biru indah, hijau atau violet pada warna dasar putih atau krem |
Mutiara ‘Venezuela‘ | putih atau kuning; lebih transparan dari pada Asia Timur |
Mutiara ‘Tahiti‘ | mutiara putih dengan overtone sedikit, kadang-kadang dengan abu-abu metalik |
Mutiara ‘Australia‘ | putih dengan hampir tidak adaovertone |
Mutiara ‘Panama‘ | umumnya hitam, keabu-abuan, ataukuning |
Mutiara ‘air tawar’ | umumnya memiliki warnayang kuat dan indah |
Hal yang terpenting dalam usaha budidaya mutiara adalah ketepatan dalam pemilihan lokasi. Lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim. Selain itu, kualitas air disekitar budidaya kerang mutiara harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta jauh dari perumahan penduduk, karena polusi dan pencemaran dapat mengakibatkan kegagalan usaha. Lokasi yang sesuai adalah berupa teluk dan pulau-pulau kecil yang tenang.
Dasar perairan yang memiliki karang atau berpasir merupakan lokasi yang baik untuk melakukan budidaya kerang. Kondisi suhu yang baik untuk kerang adalah berkisar antara 25 – 30oC dan suhu air berkisar antara 27 – 31oC. Perubahan kondisi suhu yang drastis dapat mengakibatkan kematian spat karena suhu air menentukan pola metabolisme.
Potensi Areal dan Potensi Produksi Mutiara di Nusa Tenggara Barat
Kabupaten | Potensi areal (Ha) | Potensi Produksi (Ha) |
Sumbawa | 100,00 | 0,65 |
Dompu | 50,00 | 0,15 |
Bima | 110,00 | 0,55 |
Lombok Barat | 100,00 | 0,50 |
Lombok Tengah | 50,00 | 0,15 |
Lombok Timur | 90,00 | 0,30 |
POLA PEMBIAYAAN
Untuk memulai usaha budidaya kerang mutiara memang dibutuhkan investasi yang relatif besar, paling tidak 750 juta rupiah – 1 miliar rupiah untuk 10.000 jumlah tiram yang dibudidayakan. Ada beberapa alasan bank kurang berminat untuk menyalurkan kredit untuk budidaya tiram mutiara, diantaranya adalah :
- Bank belum mengetahui secara detail profil usaha budidaya mutiara
- Bank belum memiliki tenaga yang berpengalaman dan ahli untuk bidang budidaya mutiara.
- Bank beranggapan bahwa budidaya tiram mutiara ini memiliki risiko kegagalan yang tinggi.
- Kurangnya perhatian pemerintah untuk pengembangan usaha budidaya mutiara, misalnya dalam bentuk bantuan teknis.
Bila sampai saat ini ada bank yang menyalurkan kredit untuk usaha budidaya mutiara, biasanya bank mensyaratkan adanya bisnis sampingan (side-business) dari debitur yang mengajukan kredit untuk budidaya mutiara sehingga apabila budidaya mutiara ini mengalami kegagalan, maka bisnis lain tersebut dapat dijadikan sebagai pengganti sehingga tidak terjadi kemacetan kredit.
Bank memberikan kredit untuk perusahaan (misalnya PT), dan tidak untuk kelompok, apalagi secara individu. Kredit yang diberikan oleh bank biasanya digunakan untuk investasi sebesar 70 persen dan untuk modal kerja sebesar 30 persen. Selain itu biasanya bank tidak mensyaratkan adanya bantuan teknis yang berkaitan dengan usaha budidaya mutiara dari dinas terkait, misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan.
Dalam memberikan kreditnya, bank biasanya menilai beberapa aspek yang dinilai penting dalam analisis aspek kelayakan usaha. Aspek tersebut diantaranya adalah :
Aspek Penilaian Bank dalam Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Mutiara
Aspek | Jenis Aspek |
Aspek Sosial Ekonomi |
|
Aspek Lokasi Usaha |
|
Aspek Manajemen |
|
Aspek Komersial/pemasaran |
|
Aspek Finansial |
|
Aspek Khusus |
|
@
No comments:
Post a Comment