PEMILIHAN POLA USAHA
Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.
Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen.
ASUMSI DASAR PERHITUNGAN
Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara
No | Asumsi | Satuan | Jumlah/nilai |
1 | Periode proyek | Tahun | 6 |
2 | Luas tanah dan area budidaya | ||
Luas tanah untuk kantor dan gudang | m2 | 2.500 | |
Jumlah jalur area budidaya | jalur | 30 | |
3 | Pembenihan | ||
Siklus usaha | Tahun | 5 | |
Lama pemeliharaan | Tahun | 1.5 | |
Ukuran spat | cm | 2-3 cm | |
Ukuran siap dioperasi | cm | minimal 9 cm | |
Intensitas operasi tiap siput | kali | 2 – 3 kali | |
Jangka waktu panen 1 dan ke 2 | Tahun | 1 | |
Jangka waktu panen 2 dan ke 3 | Tahun | 1 | |
4 | Harga mutiara dan siput | ||
a. Spat ukuran 2 – 3 cm | Rp/cm | 2.500 | |
b. Harga mutiara | Rp/gram | 400.000 | |
5 | Tenaga kerja | ||
a. Tetap (termasuk manajemen) | orang | 5 | |
b. Tidak tetap | orang | 3 | |
c. Tenaga keamanan | orang | 9 | |
6 | Pakan untuk spat sampai panen | tidak ada | |
7 | Satu tahun | jumlah bulan | 12 |
8 | Resiko kegagalan panen | persen | 30 |
9 | Isi kolektor | ekor | 200 – 300 |
10 | Isi net (waring) | ekor | 20 |
11 | Isi keranjang | ekor | 10 |
12 | Harga nukleus | Rp/kg | 4.000.000 |
13 | Kebutuhan nukleus | kg | 10 |
14 | Biaya operasi nukleus ke siput | Rp | 10.000 |
15 | Jumlah spat yang dipelihara | ekor | 5.000 |
BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL
(1). Kebutuhan Investasi
Secara rinci, kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut :
Investasi Budidaya Tiram Mutiara
Jenis Investasi | Nilai (Rp) | Penyusutan (Rp) |
Perijinan | 25.000.000 | |
Sewa tanah | 75.000.000 | 15.000.000 |
Kontruksi tambak | 59.700.000 | 16.500.000 |
Peralatan Budidaya Mutiara | 110.100.000 | 22.260.000 |
Bangunan | 156.000.000 | 31.200.000 |
Jumlah | 425.800.000 | 84.960.000 |
Sumber dana investasi: | ||
a. Kredit | 70 % | 298.060.000 |
b. Dana sendiri | 30 % | 127.740.000 |
Investasi yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini adalah Rp 425.800.000 dengan umur proyek selama 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp. 84.960.000. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, kontruksi rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal budidaya adalah diperairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.
(2). Biaya Operasional
Biaya operasional pada budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk perikanan lainnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya, seperti penyuntikan/operasi tiram mutiara.
Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara
No | Jenis Biaya | Nilai |
1 | Biaya pembelian spat dan nukleus | 52.500.000 |
2 | Biaya tenaga kerja tetap | 450.000.000 |
3 | Biaya tenaga kerja tidak tetap | 82.125.000 |
4 | Biaya tenaga keamanan | 648.000.000 |
5 | Biaya bola lampu sorot | 1.500.000 |
6 | Biaya Operasional dan lain-lain | 268.406.250 |
Jumlah | 1.502.531.250 |
Tabel di atas menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara selama lima tahun. Secara rinci (pada lampiran 4) dapat dilihat bahwa biaya operasional untuk tahun pertama adalah Rp. 311.606.250. untuk tahun kedua biaya operasionalnya adalah Rp. 309.606.250. Perbedaan ini disebabkan karena adanya biaya yang harus dikeluarkan pada tahun kedua dan tahun ketiga untuk penyuntikan/operasi tiram mutiara, yang biayanya Rp. 10.000 per tiram mutiara.
Dana yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana pembiayaan investasi diasumsikan 70 persen berasal dari kredit (Rp. 298.060.000) dan 30 persennya modal sendiri (Rp. 127.740.000.). Sumber kredit berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk proyek budidaya mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun.
KEBUTUHAN KREDIT DAN MODAL KERJA
Dana yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan dari kredit bank. Secara rinci, sumber dana untuk budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Kredit dan Modal Kerja
No | Rincian Biaya Proyek | Total Biaya |
1 | Dana investasi yang bersumber dari | |
a. Kredit (70%) | 298.060.000 | |
b. Dana sendiri (30%) | 127.740.000 | |
Jumlah dana investasi | 425.800.000 | |
2 | Dana modal kerja yang bersumber dari | |
a. Kredit (0%) | 0 | |
b. Dana sendiri (100%) | 621.212.500 | |
Jumlah dana modal kerja | 621.212.500 | |
3 | Total dana proyek yang bersumber dari | |
a. Kredit | 298.060.000 | |
b. Dana sendiri | 748.952.500 | |
Jumlah dana proyek | 1.047.012.500 |
Dana untuk biaya investasi yang diperlukan adalah sebesar seluruh biaya investasi pada tahun 0 proyek, yaitu Rp. 425.800.000. Modal kerja yang diperlukan sampai dengan perusahaan memperoleh penghasilan (tahun 1 dan tahun 2) adalah sebesar Rp. 621.212.500.
Jenis kredit yang diberikan dari bank adalah jenis kredit komersial dengan tingkat bunga yang sama untuk jenis usaha lainnya yang berlaku di masing-masing bank.
PROYEKSI PRODUKSI DAN CASH FLOW
Setelah dilakukan penyuntikan atau operasi memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9 – 10 centimeter atau setelah 1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan diperoleh hasil Rp 1.750.000.000 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal 50 persen dengan harga Rp 400.000 per gram. Secara lengkap, total aliran kas untuk budidaya mutiara ini selama 5 tahun adalah sebagai berikut :
Total Aliran Kas Selama Umur Proyek Budidaya Tiram Mutiara
No | Pendapatan dan Pengeluaran | Nilai (Rp) |
1 | Pendapatan | |
Penjualan mutiara | 5.250.000.000 | |
2 | Pengeluaran | 0 |
a. Investasi | 0 | |
(1) Perijinan | 25.000.000 | |
(2) sewa tanah dan bangunan | 75.000.000 | |
(3) Kontruksi tambak | 59.700.000 | |
(4) Peralatan Budidaya Mutiara | 110.100.000 | |
(5) Bangunan | 156.000.000 | |
Jumlah Biaya Investasi | 425.800.000 | |
b. Biaya operasional dan lain-lain | 0 | |
Biaya pembelian spat | 12.500.000 | |
Biaya pembelian nukleus | 40.000.000 | |
Perawatan benih sampai operasi | 0 | |
Biaya tenaga kerja tetap | 450.000.000 | |
Biaya tenaga kerja tidak tetap | 82.125.000 | |
Biaya tenaga keamanan | 648.000.000 | |
Biaya bola lampu sorot | 1.500.000 | |
Biaya Operasional dan lain-lain | 268.406.250 | |
Jumlah biaya operasional | 1.502.531.250 | |
3 | Surplus/defisit | 3.321.668.750 |
Dilihat dari cash flow selama lima tahun (dapat dilihat pada Lampiran bahwa pada pada tahun 0 sampai tahun 2, proyek ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, proyek budidaya ini akan memberikan keuntungan Rp 3.321.668.750.
PROYEKSI RUGI LABA DAN BEP
Hasil produksi mutiara tergantung pada jumlah tiram yang disuntik atau dioperasi. 5.000 ekor dioperasi akan menghasilkan Rp. 1.750.000.000. Hasil produksi dari budidaya mutiara ini adalah butiran mutiara, untuk daging tiram dan kulit tiram tidak dijual sehingga tidak memberikan nilai ekonomis. Proyeksi pendapatan bersih adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6.
Proyeksi Keuntungan dan Kerugian Budidaya Tiram Mutiara
Selama 5 Tahun
Tahun | Surplus/Defisit (Rp) |
1 | -402.066.250 |
2 | -474.581.250 |
3 | 1.126.180.938 |
4 | 1.083.255.938 |
5 | 1.083.255.938 |
Jumlah | 2.416.045.313 |
Keuntungan ini akan terus dinikmati petani budidaya mutiara seteleh panen tahun pertama sampai dengan panen ke dua dan ketiga karena satu tiram mutiara dapat menghasilkan mutiara 2 sampai 3 kali (sesuai asumsi). BEP rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.
PROYEKSI ARUS KAS DAN KELAYAKAN PROYEK
Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh IRR sebesar 24,49%n, NPV Rp. 365.855.344,17 dan Net B/C Ratio lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan. PBP (payback period) untuk proyek budidaya mutiara ini adalah 3 tahun 8 bulan. Artinya seluruh biaya investasi pada proyek tersebut dapat dikembalikan dalam masa tersebut dan hasil penjualan pada tahun-tahun berikutnya merupakan pendapatan bersih dari investasi proyek.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan | Nilai |
NPV DF 17% (Rp) | 365.855.344,17 |
Net B/C Ratio DF 17% | 1,2321 |
IRR (%) | 24,49% |
PBP Usaha | 3 tahun 8 bulan |
PBP Kredit | 2 tahun 9 bulan |
Sensitivitas Pendapatan
Pada skenario yang pertama ini, pendapatan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 12%, sehingga total pendapatan yang diperoleh hanya 88%. Nilai Net BC Ratio dengan penurunan pendapatan ini adalah lebih besar dari 1 sehingga masih layak dilaksanakan. Apabila pendapatan turun 13%, maka proyek ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan karena Net BC Ratio dibawah 1 dan NPV lebih kecil dari nol (negatif). Secara rinci, hasil skenario ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan | Biaya Operasional Naik | |
12% | 13% | |
NPV DF 17% (Rp) | 26.887.675,20 | -1.359.630,55 |
Net B/C Ratio DF 17% | 1,0171 | 0,9991 |
IRR | 17,59% | 16,97% |
PBP Usaha | 4 tahun 6 bulan | 4 tahun 6 bulan |
PBP Kredit | 3 tahun 3 bulan | 3 tahun 3 bulan |
Sensitivitas Biaya Operasional
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara
Kriteria Kelayakan | Biaya Operasional Naik | |
38% | 39% | |
NPV DF 17% (Rp) | 169.796,63 | -9.453.507,25 |
Net B/C Ratio DF 17% | 1,0001 | 0,9947 |
IRR | 17% | 16,81% |
PBP Usaha | 4 tahun 6 bulan | 4 tahun 6 bulan |
PBP Kredit | 3 tahun 3 bulan | 3 tahun 3 bulan |
Kenaikan biaya operasional lebih dari 38% akan mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak dengan IRR sebesar 16,81% dan Net B/C Ratio lebih kecil dari 1.
Sensitivitas Gabungan
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara Sensitivitas Gabungan
Kriteria Kelayakan | Pendapatan = 91 % | Pendapatan = 90 % |
Biaya Operasional = 109% | Biaya Operasional = 110% | |
NPV DF 17% (Rp) | 25.019.857,50 | -12.850.752,13 |
Net B/C Ratio DF 17% | 1,0154 | 0,9921 |
IRR | 17,54% | 16,72% |
PBP Usaha | 4 Tahun 6 Bulan | 4 Tahun 6 Bulan |
PBP Kredit | 3 Tahun 3 Bulan | 3 Tahun 3 Bulan |
Gabungan perubahan penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 9% masih layak untuk usaha budidaya mutiara ini. Proyek menjadi tidak layak pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan pda saat yang bersamaan terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 10%.
sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-keuangan-budidaya-mutiara/#more-426
No comments:
Post a Comment