Jual Produk Mutiara dari Lombok, Nusa Tenggara Barat

Kami menjual aneka produk berhiaskan mutiara air laut dan mutiara air tawar dengan harga murah. Kami bisa mengirimkan pesanan ke seluruh Indonesia.

Toko Online terpercaya www.iloveblue.netToko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.netToko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Friday 4 December 2009

ASPEK KEUANGAN BUDIDAYA MUTIARA

PEMILIHAN POLA USAHA

Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.

Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen.

ASUMSI DASAR PERHITUNGAN

Tabel 5.1.
Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara

No

Asumsi

Satuan

Jumlah/nilai

1

Periode proyek

Tahun

6

2

Luas tanah dan area budidaya

Luas tanah untuk kantor dan gudang

m2

2.500

Jumlah jalur area budidaya

jalur

30

3

Pembenihan

Siklus usaha

Tahun

5

Lama pemeliharaan

Tahun

1.5

Ukuran spat

cm

2-3 cm

Ukuran siap dioperasi

cm

minimal 9 cm

Intensitas operasi tiap siput

kali

2 – 3 kali

Jangka waktu panen 1 dan ke 2

Tahun

1

Jangka waktu panen 2 dan ke 3

Tahun

1

4

Harga mutiara dan siput

a. Spat ukuran 2 – 3 cm

Rp/cm

2.500

b. Harga mutiara

Rp/gram

400.000

5

Tenaga kerja

a. Tetap (termasuk manajemen)

orang

5

b. Tidak tetap

orang

3

c. Tenaga keamanan

orang

9

6

Pakan untuk spat sampai panen

tidak ada

7

Satu tahun

jumlah bulan

12

8

Resiko kegagalan panen

persen

30

9

Isi kolektor

ekor

200 – 300

10

Isi net (waring)

ekor

20

11

Isi keranjang

ekor

10

12

Harga nukleus

Rp/kg

4.000.000

13

Kebutuhan nukleus

kg

10

14

Biaya operasi nukleus ke siput

Rp

10.000

15

Jumlah spat yang dipelihara

ekor

5.000

Sumber : Lampiran 1

BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL

(1). Kebutuhan Investasi

Secara rinci, kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2.
Investasi Budidaya Tiram Mutiara

Jenis Investasi

Nilai (Rp)

Penyusutan (Rp)

Perijinan

25.000.000

Sewa tanah

75.000.000

15.000.000

Kontruksi tambak

59.700.000

16.500.000

Peralatan Budidaya Mutiara

110.100.000

22.260.000

Bangunan

156.000.000

31.200.000

Jumlah

425.800.000

84.960.000

Sumber dana investasi:

a. Kredit

70 %

298.060.000

b. Dana sendiri

30 %

127.740.000

Sumber : Lampiran 2

Investasi yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini adalah Rp 425.800.000 dengan umur proyek selama 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp. 84.960.000. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, kontruksi rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal budidaya adalah diperairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.

(2). Biaya Operasional

Biaya operasional pada budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk perikanan lainnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya, seperti penyuntikan/operasi tiram mutiara.

Tabel 5.3.
Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara

No

Jenis Biaya

Nilai

1

Biaya pembelian spat dan nukleus

52.500.000

2

Biaya tenaga kerja tetap

450.000.000

3

Biaya tenaga kerja tidak tetap

82.125.000

4

Biaya tenaga keamanan

648.000.000

5

Biaya bola lampu sorot

1.500.000

6

Biaya Operasional dan lain-lain

268.406.250

Jumlah

1.502.531.250

Sumber : Lampiran 4

Tabel di atas menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara selama lima tahun. Secara rinci (pada lampiran 4) dapat dilihat bahwa biaya operasional untuk tahun pertama adalah Rp. 311.606.250. untuk tahun kedua biaya operasionalnya adalah Rp. 309.606.250. Perbedaan ini disebabkan karena adanya biaya yang harus dikeluarkan pada tahun kedua dan tahun ketiga untuk penyuntikan/operasi tiram mutiara, yang biayanya Rp. 10.000 per tiram mutiara.

Dana yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana pembiayaan investasi diasumsikan 70 persen berasal dari kredit (Rp. 298.060.000) dan 30 persennya modal sendiri (Rp. 127.740.000.). Sumber kredit berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk proyek budidaya mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun.

KEBUTUHAN KREDIT DAN MODAL KERJA

Dana yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan dari kredit bank. Secara rinci, sumber dana untuk budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4.
Kebutuhan Kredit dan Modal Kerja

No

Rincian Biaya Proyek

Total Biaya

1

Dana investasi yang bersumber dari

a. Kredit (70%)

298.060.000

b. Dana sendiri (30%)

127.740.000

Jumlah dana investasi

425.800.000

2

Dana modal kerja yang bersumber dari

a. Kredit (0%)

0

b. Dana sendiri (100%)

621.212.500

Jumlah dana modal kerja

621.212.500

3

Total dana proyek yang bersumber dari

a. Kredit

298.060.000

b. Dana sendiri

748.952.500

Jumlah dana proyek

1.047.012.500

Sumber : Lampiran 5

Dana untuk biaya investasi yang diperlukan adalah sebesar seluruh biaya investasi pada tahun 0 proyek, yaitu Rp. 425.800.000. Modal kerja yang diperlukan sampai dengan perusahaan memperoleh penghasilan (tahun 1 dan tahun 2) adalah sebesar Rp. 621.212.500.

Jenis kredit yang diberikan dari bank adalah jenis kredit komersial dengan tingkat bunga yang sama untuk jenis usaha lainnya yang berlaku di masing-masing bank.

PROYEKSI PRODUKSI DAN CASH FLOW

Setelah dilakukan penyuntikan atau operasi memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9 – 10 centimeter atau setelah 1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan diperoleh hasil Rp 1.750.000.000 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal 50 persen dengan harga Rp 400.000 per gram. Secara lengkap, total aliran kas untuk budidaya mutiara ini selama 5 tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5.
Total Aliran Kas Selama Umur Proyek Budidaya Tiram Mutiara

No

Pendapatan dan Pengeluaran

Nilai (Rp)

1

Pendapatan

Penjualan mutiara

5.250.000.000

2

Pengeluaran

0

a. Investasi

0

(1) Perijinan

25.000.000

(2) sewa tanah dan bangunan

75.000.000

(3) Kontruksi tambak

59.700.000

(4) Peralatan Budidaya Mutiara

110.100.000

(5) Bangunan

156.000.000

Jumlah Biaya Investasi

425.800.000

b. Biaya operasional dan lain-lain

0

Biaya pembelian spat

12.500.000

Biaya pembelian nukleus

40.000.000

Perawatan benih sampai operasi

0

Biaya tenaga kerja tetap

450.000.000

Biaya tenaga kerja tidak tetap

82.125.000

Biaya tenaga keamanan

648.000.000

Biaya bola lampu sorot

1.500.000

Biaya Operasional dan lain-lain

268.406.250

Jumlah biaya operasional

1.502.531.250

3

Surplus/defisit

3.321.668.750

Sumber : Lampiran 8

Dilihat dari cash flow selama lima tahun (dapat dilihat pada Lampiran 8) bahwa pada pada tahun 0 sampai tahun 2, proyek ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, proyek budidaya ini akan memberikan keuntungan Rp 3.321.668.750.

PROYEKSI RUGI LABA DAN BEP

Hasil produksi mutiara tergantung pada jumlah tiram yang disuntik atau dioperasi. 5.000 ekor dioperasi akan menghasilkan Rp. 1.750.000.000. Hasil produksi dari budidaya mutiara ini adalah butiran mutiara, untuk daging tiram dan kulit tiram tidak dijual sehingga tidak memberikan nilai ekonomis. Proyeksi pendapatan bersih adalah sebagai berikut :

Tabel 5.6.
Proyeksi Keuntungan dan Kerugian Budidaya Tiram Mutiara
Selama 5 Tahun

Tahun

Surplus/Defisit (Rp)

1

-402.066.250

2

-474.581.250

3

1.126.180.938

4

1.083.255.938

5

1.083.255.938

Jumlah

2.416.045.313

Sumber : Lampiran 9

Keuntungan ini akan terus dinikmati petani budidaya mutiara seteleh panen tahun pertama sampai dengan panen ke dua dan ketiga karena satu tiram mutiara dapat menghasilkan mutiara 2 sampai 3 kali (sesuai asumsi). BEP rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.

PROYEKSI ARUS KAS DAN KELAYAKAN PROYEK

Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh IRR sebesar 24,49%n, NPV Rp. 365.855.344,17 dan Net B/C Ratio lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan. PBP (payback period) untuk proyek budidaya mutiara ini adalah 3 tahun 8 bulan. Artinya seluruh biaya investasi pada proyek tersebut dapat dikembalikan dalam masa tersebut dan hasil penjualan pada tahun-tahun berikutnya merupakan pendapatan bersih dari investasi proyek.

Tabel 5.7.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara

Kriteria Kelayakan

Nilai

NPV DF 17% (Rp)

365.855.344,17

Net B/C Ratio DF 17%

1,2321

IRR (%)

24,49%

PBP Usaha

3 tahun 8 bulan

PBP Kredit

2 tahun 9 bulan

Sumber : Lampiran 10
ANALISIS SENSITIVITAS DAN KELAYAKAN PROYEKDalam suatu proyek, penerimaan dan biaya operasional diasumsikan dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam kenyataannya penerimaan dan biaya operasional mungkin saja mengalami perubahan. Untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan pendapatan dan biaya operasional terhadap kelayakan proyek, maka dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas pendapatan dan analisis sensitivitas biaya operasional.

Sensitivitas Pendapatan

Pada skenario yang pertama ini, pendapatan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 12%, sehingga total pendapatan yang diperoleh hanya 88%. Nilai Net BC Ratio dengan penurunan pendapatan ini adalah lebih besar dari 1 sehingga masih layak dilaksanakan. Apabila pendapatan turun 13%, maka proyek ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan karena Net BC Ratio dibawah 1 dan NPV lebih kecil dari nol (negatif). Secara rinci, hasil skenario ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara

Kriteria Kelayakan

Biaya Operasional Naik

12%

13%

NPV DF 17% (Rp)

26.887.675,20

-1.359.630,55

Net B/C Ratio DF 17%

1,0171

0,9991

IRR

17,59%

16,97%

PBP Usaha

4 tahun 6 bulan

4 tahun 6 bulan

PBP Kredit

3 tahun 3 bulan

3 tahun 3 bulan

Sumber : Lampiran 11

Sensitivitas Biaya Operasional

Tabel 5.9.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara

Kriteria Kelayakan

Biaya Operasional Naik

38%

39%

NPV DF 17% (Rp)

169.796,63

-9.453.507,25

Net B/C Ratio DF 17%

1,0001

0,9947

IRR

17%

16,81%

PBP Usaha

4 tahun 6 bulan

4 tahun 6 bulan

PBP Kredit

3 tahun 3 bulan

3 tahun 3 bulan

Sumber : Lampiran 13 dan Lampiran14

Kenaikan biaya operasional lebih dari 38% akan mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak dengan IRR sebesar 16,81% dan Net B/C Ratio lebih kecil dari 1.

Sensitivitas Gabungan

Tabel 5.10.
Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara Sensitivitas Gabungan

Kriteria Kelayakan

Pendapatan = 91 %

Pendapatan = 90 %

Biaya Operasional = 109%

Biaya Operasional = 110%

NPV DF 17% (Rp)

25.019.857,50

-12.850.752,13

Net B/C Ratio DF 17%

1,0154

0,9921

IRR

17,54%

16,72%

PBP Usaha

4 Tahun 6 Bulan

4 Tahun 6 Bulan

PBP Kredit

3 Tahun 3 Bulan

3 Tahun 3 Bulan

Gabungan perubahan penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 9% masih layak untuk usaha budidaya mutiara ini. Proyek menjadi tidak layak pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan pda saat yang bersamaan terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 10%.

sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-keuangan-budidaya-mutiara/#more-426

No comments:

Post a Comment