tag:blogger.com,1999:blog-4673554632610630892024-03-06T03:41:51.035+08:00Jual Produk Mutiara dari Mataram, Lombok, Nusa Tenggara BaratKami menjual aneka produk berhiaskan mutiara air laut dan mutiara air tawar dengan harga murah dari Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kami bisa mengirimkan pesanan ke seluruh Indonesia.Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.comBlogger28125tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-36509176407223903192009-12-14T16:30:00.001+08:002009-12-14T16:32:51.896+08:00Tips Memeriksa Keaslian Mutiara dan Cara PerawatannyaTips Mutiara Lombok<br /><br />Cara sederhana untuk mengetahui keaslian Mutiara:<br /><br /> 1. Digosok dipermukaan kaca<br /> Mutiara asli tidak akan lecet / cacat tapi akan meninggalkan bekas seperti kapur dipermukaan kaca tersebut, sebaliknya Mutiara palsu akan lecet / terkelupas.<br /> 2. Digosok pada gigi bagian luar<br /> Mutiara asli akan terasa pasir / kasar, sedangkan Mutiara palsu akan terasa licin.<br /> 3. Dengan cara dibakar<br /> Cara ini merupakan alternatif jika kedua cara diatas masih belum meyakinkan , jika dibakar dalam waktu yang tidak terlalu lama, Mutiara asli tidak akan terbakar sedangkan Mutiara palsu akan meleleh karena berasal dari bahan plastik.<br /> 4. Dengan melihat bentuk dan warna<br /> Mutiara asli memiliki bentuk bulat, oval & bentuk yang tidak beraturan ( Baroque) serta memiliki warna yang natural. Sedangkan Mutiara palsu identik berbentuk bulat dengan warna yang variatif dan memiliki permukaan licin, bercahaya dan memiliki berat yang ringan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Cara perawatan</span><br /><br /> * Hindarkan Mutiara dari bahan kimia yang mengandung alkohol, seperti parfum karena akan berpengaruh pada sinar / cahaya Mutiara dan kerusakan pada kulit mutiara<br /> * Bersihkan dengan sabun lembut / sabun bayi dan air biasa dan gosok dengan kain yang lembut, frekuensinya tergantung dari sering tidaknya Mutiara / perhiasan tersebut dipakai.<br /> * Simpanlah dikotak penyimpanan (save deposit box)<br /><br /><br />sumber: <a href="http://www.mutiaralomboksekarbela.com/tips.html">http://www.mutiaralomboksekarbela.com/tips.html</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-70316608513278941662009-12-07T11:12:00.001+08:002009-12-07T11:14:50.526+08:00Mutiara di Wikipedia<div id="bodyContent"><!-- start content --> <div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 182px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pearls.jpg" class="image"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fc/Pearls.jpg/180px-Pearls.jpg" class="thumbimage" width="180" height="145" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pearls.jpg" class="internal" title="Perbesar"><img src="http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" alt="" width="15" height="11" /></a></div> Mutiara dari Jepang.</div> </div> </div> <p><b>Mutiara</b> adalah sejenis batu permata dalam berbagai bentuk, hasil biomineralisasi kerang dan siput anggota moluska (filum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mollusca" title="Mollusca" class="mw-redirect">Mollusca</a>). Mutiara alami terbentuk karena iritasi yang disebabkan oleh sesuatu yang asing yang masuk ke dalam kerang. Mekanisme pertahanan diri akibat gangguan iritasi ini menghasilkan <i>nacre</i> yang terkomposisi sebagian besar dari kalsium karbonat.</p> <p>Walau semua kerang dan siput dianggap dapat menghasilkan mutiara, namun tidak seluruhnya menghasilkan mutiara dengan kualitas yang dapat diterima sebagai perhiasan.</p> <h2><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Tiram_mutiara">Tiram mutiara</span></h2> <div class="thumb tright"> <div class="thumbinner" style="width: 182px;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pearl.jpg" class="image"><img alt="" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/eb/Pearl.jpg/180px-Pearl.jpg" class="thumbimage" width="180" height="135" /></a> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pearl.jpg" class="internal" title="Perbesar"><img src="http://id.wikipedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png" alt="" width="15" height="11" /></a></div> Peternakan mutiara di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seram" title="Seram" class="mw-redirect">Seram</a></div> </div> </div> <p>Tiram mutiara (Famili Pteriidae) adalah penghasil mutiara yang paling umum dibudidayakan untuk mutiaranya.</p> <p>Jenis-jenis tiram mutiara ini adalah:</p> <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pinctada_maxima&action=edit&redlink=1" class="new" title="Pinctada maxima (halaman belum tersedia)">Pinctada maxima</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pinctada_margaritifera&action=edit&redlink=1" class="new" title="Pinctada margaritifera (halaman belum tersedia)">Pinctada margaritifera</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pinctada_fucata&action=edit&redlink=1" class="new" title="Pinctada fucata (halaman belum tersedia)">Pinctada fucata</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pteria_penguin&action=edit&redlink=1" class="new" title="Pteria penguin (halaman belum tersedia)">Pteria penguin</a>.</li></ul> <p>Sedangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moluska" title="Moluska">moluska</a> penghasil mutiara di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tawar" title="Air tawar">air tawar</a> dihasilkan oleh beberapa jenis remis seperti:</p> <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Margaritifera_margaritifera&action=edit&redlink=1" class="new" title="Margaritifera margaritifera (halaman belum tersedia)">Margaritifera margaritifera</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hyriopsis_cumingii&action=edit&redlink=1" class="new" title="Hyriopsis cumingii (halaman belum tersedia)">Hyriopsis cumingii</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cristaria_plicata&action=edit&redlink=1" class="new" title="Cristaria plicata (halaman belum tersedia)">Cristaria plicata</a></li></ul> <table class="plainlinks stub noprint" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"> <tbody><tr> <td valign="top"><i><br />sumber: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mutiara">http://id.wikipedia.org/wiki/Mutiara</a><br /></i></td></tr></tbody></table></div>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-70329484983830001762009-12-07T10:48:00.000+08:002009-12-07T10:50:05.242+08:00Produksi MutiaraSekedar berbagi informasi mengenai bagaimana petani mutiara memperoleh laba dari peternakan mutiara di air tawar. Foto ini berasal dari luar negeri, saya belum berhasil mengkoleksi foto dari dalam negeri seperti di mataram, sebuah kota mutiara yang memiliki pemandangan laut yang indah.<br /><br />Mutiara dihasilkan dari kerang yang dikembangbiakan di air tawar maupun air laut. Mutiara air laut biasa memiliki warna yang lebih cemerlang dan lebih kuning. Harganya relatif lebih mahal karena memang untuk mendapatkannya sangat sulit apa lagi yang berasal dari kerang laut yang benar-benar dari alam liar. Berbeda dengan mutiara air tawar, bentuknya tidak terlalu bulat, terkadang ada yang lonjong dan warnanya kurang bersinar dan lebih putih.<br /><br />Mutiara air tawar juga bisa diberi pewarna agar memili warna yang indah, namun demikian bagi seseorang yang terbiasa membeli mutiara (para pengepul), perbedaan antara keduanya dapat dilihat dengan mudah secara kasat mata. Bagaimana sebetulnya perkembangan peternakan mutiara?<br /><span class="fullpost"><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0jBkzO8nbcIM75yoCnbn8jmwRHfobpU1MNnvP4JVZk4DGrwdouzxFL-tincop9JNysB1F6M0u8x87A8oBYhRvaGTTpAtC3KmeGYFWaA9DbRaFSyS42rcCz5w3qmQlFCa106jQ8APiUg6c/s1600-h/pearls-001.jpg" /><br />Mutiara air tawar dikembangbiakan<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsMd57X9omSxD1ep_nkv1puoYoX_n9rvjOZFYufGknw4e3eTCVToeDZ76dNGcweecMi0cJb57fYzA2_nksoZrOhsmnNFv1jZ-vxoAWkgSSFsTjMiHhcblbjRV70tUnNSL71Sqoi0k6EyTl/s400/pearls-002.jpg" /><br />Kerang yang cukup umur dipanen untuk diambil mutiaranya<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMqxZydNc1g4vKwL9FCa0Kexh6RSOcrZXBkJeAnM3mcaKAOwBBb5j5RyWLBv_C9zjeRlIAOZnxewWUVwfKCZ0Ljr5pf_kAmIM_A8WogXjNmhYkNFbOKSpmnPh_MkAMN1yRmzcbzHEh5Edp/s400/pearls-003.jpg" /><br />Kerang dibuka untuk diambil mutiaranya, satu kerang ternyata bisa menghasilkan banyak mutiara sekaligus<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiju0P1C2by22YFsibz-ddTJ1T68MmAnGoBdib87l90qh-oSSvQYUr5Zzy2tYTKFhHQo1nOGlFM4u7xHDxlxzlNbMCxXOdT6PQRegtgnIYhcQO6HDiIxiWVvkw14zw2mZM36HzgwOILlGkw/s400/pearls-004.jpg" /><br />Isi kerang selanjutnya diambil seluruhnya dan dicuci dalam satu wadah<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ-cw6AZ2-NQ22QilWiln0x-Qd83wN-qTVt4ke_X_6mVeUwoHtlg1d0gNbud9S0UYkj039evAR8IIHVRmWQa8LvcqUbCIs7NtpGErLKuGCoFZ5JMMN5K8bpmORQ0SnJFiTcv2QDn2Vir-F/s400/pearls-005.jpg" /><br />Pencucian selesai, air dibuang untuk mendapatkan mutiara<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxqO8qkY7t3zNpx3degQ1bcfKiqM6wpmsZGbw3Xgf65765Rn-WmqzEbQEuHKUbMFFepMhIkyQdPyK56WA0UGZFhFROvdzmSjVITSCpVwLNwDHEqYAQsx-Klb325-LLJAX-yOam0D0A_ZNd/s400/pearls-006.jpg" /><br />Butiran mutiara siap untuk dipasarkan ke pengepul/pedagang mutiara<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7EyoK2WVggf8t_iOyXz261-jmCYWpv3DUpRJIwjpvgMCneOCARiFrq_onn9lsNBq8bsPsnnDttJQFNSN6R7ceRGCrbxUKpKeY0u94oamBQWlXh9bQ6AcrWjy5G0CC9YZYIBk2K-oTgKCL/s400/pearls-007.jpg" /><br />Selanjutnya dilakukan proses penyortiran mutiara. Disini mutiara dikelompokkan dari sisi warna, bentuk dan ukuran. Proses penyortiran ini memiliki andil yang cukup besar bagi nilai sebuah mutiara karena mutiara yang memiliki bentuk, warna dan ukuran yang sama selanjutnya memiliki nilai jual yang lebih tinggi.<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9bNud5iFkiza83ItGzF2ZlPhqo0Glbu7ZempLLjy_zB2mw2ITLQHWA5BT_5WwZGvY1cEzmN-Ks31LvFAEVjKR7Osh-GQQEi3iRaV_i9sYzMBz-if8pCV8ZVR3kSI3jMeaTUg0EYkT2zjz/s400/pearls-008.jpg" /><br />Hasil sortir mutiara yang memiliki bentuk bulat sempurna. Selanjutnya mutiara dijual dengan bentuk untian (bahan baku kalung, gelang dll) dan bentuk butiran (bahan baku cincin, mahkota dan perhiasan lain)<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglSZtwyqpniO120Q6Amo619v0br0tJGJW_m8y3LMG3f3kch0VWPgPR_FCscZqE8kzc9K7TQV8IaeqJ22iOMG8mmWoKvffPudOIzJkkXP2HSdyJJwup8MI_5L4HpcqTCZoFhhIkbgf-hEQR/s1600-h/pearls-009.jpg" /><br />Mutiara dengan kualifikasi sama selanjutnya di kumpulkan dalam untaian untuk dijual dengan harga satu untai menurut bentuk, warna dan ukurannya.<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipZSAB6kjeLnJ_VQ6O3Wux65WXqWVe3x0dNXQKdO4O_J65Qe9ooAktuUJoEYyC-vZaut-KRpxQfjxe4U9sZGBnf5nw-F6Qk8RU_d-cWiEeVEQx2SLrE0oZ5rsOqSykKzsHHp3YBIppdXxd/s400/pearls-010.jpg" /><br />Seorang pembeli/pedagang melihat bentuk mutiara dalam untaian mutiara tersebut.<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUzfP1F9hSNcIvH8kg6cGquDJcqCXvkGTGtFbregITVku7Mv6fPZZxAY2HT333HzEYIYuzUQ27UK2OSvQRaIEvU-4DWzt9fwfvWHHS2X5vwTqQdCLRnLHWI8GxaCkZonKcZI67V8MR7fPS/s400/pearls-011.jpg" /><br />Mutiara yang siap dipasarkan dalam bentuk untaian dan butiran di pasar perhiasan setempat.<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW1h2_uQSFp5PyOHnNpkzt6DIyB_yyKvWWS1OyNlCkLOz7sGjG2NUflhYZ33DKI40gnt1lxPoICo0rx057PaLx8MfiqhCCCIrpwSAHzZKI_B6uremM5fuXDfZeeg9eqIqt8HtP_UhlEn_b/s400/pearls-012.jpg" /><br />Salah satu bentuk perhiasan yang menggunakan bahan baku mutiara bijian.<br /><br />Baiklah sekali lagi mutiara memiliki harga yang berbeda tergantung dari jenis, bentuk, warna dan ukurannya. Mutiara air tawar memiliki harga yang lebih murah dibanding mutiara air laut. Warna keduanya berbeda. Umumnya mutiara air laut berbentuk bulat sempurna sedang mutiara air tawar tidak bisa bulat sempurna. Terkait dengan waktu pembuatan maka warna mutiara air laut dan mutiara air tawar juga berbeda.<br /><br />sumber: <a href="http://klikmenurutsaya.blogspot.com/2009/04/produksi-mutiara.html">http://klikmenurutsaya.blogspot.com/2009/04/produksi-mutiara.html</a><br /></span>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-6165024359578006692009-12-04T15:02:00.002+08:002009-12-04T15:11:23.500+08:00Mutiara Laut Selatan, Ratunya Mutiara DuniaKompas/khaerul anwar<br /><br />ACARA bincang-bincang tentang mutiara yang digelar di sebuah hotel berbintang lima di Jakarta, pekan lalu, cukup semarak. Para wanita yang hadir sore itu sebagian menggunakan perhiasan berunsur mutiara. Tidak kerlap-kerlip seterang berlian, tetapi cukup bercahaya.<br />SEPERTI dikemukakan dalam undangan dan juga diulangi oleh moderator, acara yang didahului dengan acara minum teh itu, khusus membahas tentang mutiara. Tak cuma menyangkut jenis-jenisnya, teknis pembudidayaannya di laut, nasib mutiara Indonesia, tetapi juga nilai<br />mutiara yang bisa menjadi selangit.<br /><br />Makanya didatangkan sebagai salah seorang pembicara, AB Susanto yang selain menjadi konsultan perhiasan, juga dianggap ahli dalam investasi. Kepada undangan para nasabah kategori CitiGold tersebut, disampaikan anjuran untuk melirik mutiara sebagai benda investasi.<br /><br />"Di sini, di Indonesia memang belum seperti di Eropa atau Jepang di mana mutiara dihargai sedemikian rupa. Padahal mutiara yang bagus ya dari perairan kita, cuma orang Jepang saja yang pandai seolah-olah itu berasal dari Jepang," kata Ratna Zuhry, pemilik peternakan mutiara di Sumbawa yang sore itu tampil sebagai narasumber. "Sayang sekali, sekitar 80 persen pemilik peternakan mutiara di Indonesia justru orang-orang Jepang," tambahnya.<br /><br />Harga sebutir mutiara yang sampai sekian juta bahkan sampai belasan juta rupiah, menurut Ratna, bukan sesuatu yang mengada-ada. Malah, katanya, sebuah mutiara berbentuk oval harganya mencapai 250.000 dollar AS.<br /><br />Istimewa<br /><br />Dengan sangat bersemangat Ratna mengatakan, "Kita di Indonesia dikaruniai tempat yang luar biasa untuk pembudidayaan mutiara, tetapi untuk sementara hasil itu belum maksimal kita nikmati. Orang luar lebih banyak mengambil hasilnya, orang luar pula yang mendapat nama<br />baik."<br /><br />Selain di Nusa Tenggara Barat, mutiara terbaik juga dibudidayakan di perairan Maluku, Sulawesi, dan Irian. South Sea Pearl atau Mutiara Laut Selatan, sebutan jenis mutiara yang paling diminati oleh dunia Internasional, berasal dari perairan Indonesia tersebut, serta sebagian lagi dari Filipina dan Australia. Berbeda dari mutiara dari Tahiti, misalnya, The Queen of the Pearls dari Indonesia warnanya putih (white) serta keemasan (golden). Sementara mutiara dari Tahiti berwarna hitam.<br /><br />Beragam tingkat<br /><br />Mutiara pada dasarnya bisa dinikmati hampir semua kalangan, mulai mereka yang berduit, sangat berduit, sampai mereka yang kehidupannya sederhana. Ini dimungkinkan karena ada banyak sekali kualitas mutiara.<br /><br />Pilih sesuai dengan kemampuan. Namun, jika yang diinginkan bukan sekadar perhiasan, tetapi juga investasi, tentu bukan sembarang mutiara yang harus dibeli. Seperti kata AB Susanto, "Untuk investasi, yang penting bukan banyaknya mutiara, tetapi kualitasnya."<br /><br />Dalam bilangan uang, ia menyebut setidaknya mutiara seharga 5.000 dollar AS (berarti berkisar Rp 45 juta) yang layak dimiliki sebagai barang investasi. Atau kalau investasi riil malah sebaiknya dua kali harga itu.<br /><br />Kompas/khaerul anwar<br /><br />Kebanyakan orang di Indonesia agaknya masih terpaku pada mutiara sebagai benda menarik untuk perhiasan. Beda, misalnya, dengan berlian yang sudah sangat dikenal cukup mudah untuk diperjualbelikan dengan standar umum.<br /><br />Dari segi gengsi, mutiara bahkan masih tertinggal jauh dibanding berlian. Soalnya tidak semua orang mampu mempunyai berlian, sementara mutiara praktis mampu dibeli oleh hampir semua kalangan.<br /><br />Harga mutiara bisa sangat murah sehingga pedagang asongan di Lombok pun menenteng-nenteng mutiara. Harganya juga harga asongan, bisa cuma puluhan ribu rupiah untuk sebuah kalung yang dikelilingi penuh mutiara.<br /><br />Kalau biasanya orang mengonotasikan harga murah dengan barang palsu, untuk mutiara harga murah tidak serta merta harus dicurigai sebagai mutiara palsu. "Mungkin yang murah itu adalah mutiara air tawar," kata Norberth Lee, dari toko Ocean Pearl yang menjual perhiasan mutiara.<br /><br />Menurut dia, mutiara air tawar didatangkan dari Cina dalam jumlah sangat besar. Seperti namanya, jenis mutiara ini didapat dari kerang air tawar yang biasanya diternakkan di belakang rumah penduduk. Kalau kerang mutiara air laut biasanya cuma berisi satu butir, kerang air tawar bisa berisi 50 butir mutiara. "Makanya kalau panen bisa berember-ember," ujar Norberth Lee sambil menunjukkan foto panen mutiara di Cina.<br /><br />Dari segi kualitas, Norberth menggeleng-gelengkan kepala. "Ya sudah pasti jauh sekali."<br /><br />Budi daya mutiara<br /><br />Salah satu lokasi budi daya tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa (Kabupaten Sumbawa, Dompu, dan Bima), dengan potensi areal 35.550 hektar dan potensi produksi 1.500 kilogram. Namun, dari potensi itu, baru 18.000 hektar areal dimanfaatkan dengan produksi<br />500-600 kilogram mutiara butiran setahun.<br /><br />Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB Ir Busrah Hasan, tahun 2001 saja ada 37 perusahaan budi daya mutiara air laut.<br /><br />Sejumlah pengusaha dan teknisi di NTB, memperkirakan jumlah produksi tidaklah sebesar itu, melainkan cuma 200 kilogram.<br /><br />Mutiara yang beredar di Lombok, demikian kata sejumlah pengusaha, termasuk produk daerah lain seperti Irian Jaya, Maluku, NTT, Sulawesi. Juga mutiara air tawar yang umumnya berasal dari Cina.<br /><br />"Letak geografis NTB yang strategis, tersedianya transportasi darat, laut, dan udara, kemudian keterampilan penduduknya sebagai pandai emas, merupakan faktor pendukung berkembangnya usaha mutiara di Lombok," ujar Budiyanto Halim, dari PT Selas Alas, yang lokasi usahanya berada di Pulau Kalong, Kabupaten Sumbawa.<br /><br />Mutu perairan Lombok yang pas buat pembudidayaan mutiara makin mendorong pengusaha menanamkan investasi di bidang itu.<br /><br />Malah satu dasawarsa terakhir, kata Johan Bachtiar, seorang pengusaha mutiara di Mataram, Lombok menjadi pusat perdagangan mutiara di Indonesia.<br /><br />Lapisan asing<br /><br />Meski sudah dikenal berabad-abad, pengembangan mutiara sangat gencar dilakukan pada abad ke-20. Aslinya, mutiara terbentuk karena penolakan siput terhadap benda asing yang masuk, yang biasanya berupa pasir.<br /><br />Mutiara merupakan hasil reaksi atau penolakan dari disakitinya kerang mutiara oleh benda asing tersebut yang diwujudkan dengan keluarnya cairan yang melapisi seluruh benda asing tadi. Hasil zat pelindung itu menjadikan benda itu berwarna-warni dan mengkilat.<br /><br />Pada sistem budi daya, mutiara dapat dibuat dengan memilih kerang berumur 15 bulan berukuran 12 cm. Benda asing yang biasanya disebut nucleus di sini diciptakan untuk disuntikkan dekat insang pada rongga mantel (kulit lunak yang meliputi tubuh kerang). Nucleus disuntikkan setelah bagian daging dirobek memakai pisau operasi. Total waktu yang dibutuhkan sampai panen, sekitar 24 bulan.<br /><br />Nucleus terselip antara mantel dan cangkang sebagai rumah kerang, bisa menghasilkan mutiara setengah bundar dan bundar. Mikimoto, Nikishawa, Machii dari Jepang, adalah perintis budi daya mutiara dengan teknik itu.<br /><br />Pengamatan Budiyanto Halim (1987-1993), dari 1.000 kerang mutiara hanya dua-tiga ekor saja yang menyimpan mutiara berukuran sebesar biji beras dan jagung. Makanya, itu salah satu yang membuat mutiara menjadi barang mahal, karena sulitnya mendapatkan hasil yang diharapkan.<br /><br />Bentuk serta warna yang dihasilkan tetap saja tiap kali mengandung kejutan. Namun secara umum, jelas Norberth Lee, bentuk yang dikenal adalah bulat (round), tetesan air (drop), seperti kancing (button), circle, baroque, dan semi baroque.<br /><br />Menurut Norberth, citra mutiara untuk wanita berusia matang, kini sudah mulai bergeser. "Mungkin karena desainnya sekarang tidak lagi mengambil desain konvensional mutiara," kata Norberth.<br /><br />Yang dimaksud desain konvensional, misalnya, berupa kalung yang dipenuhi mutiara dari ujung ke ujung atau giwang serta cincin bermata sebutir mutiara.<br /><br />"Yang seperti itu memang masih bertahan, tetapi desain-desain agak funky kini juga dibuat untuk mutiara," ucap Norberth yang kemudian memperlihatkan contoh sebuah anting-anting pajang berbandul mutiara abu-abu pada bagian bawahnya. Jika si pemakai bosan, anting-anting<br />panjang itu bisa dijadikan giwang sehingga tampak lebih resmi. "Atau mutiara bisa dilepas sama sekali sehingga tinggal emas putihnya saja," tambah Norberth sambil membongkar pasang anting-anting itu.<br /><br />Di luar berlian, mutiara tidak mempunyai pesaing. Macam-macam batu mulia, menurut Norberth justru menjadi pendukung yang menguntungkan buat mutiara. "Mereka yang sudah mempunyai koleksi batu ingin memiliki mutiara, begitu juga sebaliknya."<br /><br />Harga mutiara yang ada di tokonya rata-rata Rp 1 juta tiap gramnya. Selain pembeli dari negeri sendiri, tokonya juga mempunyai pembeli dari Jepang, Korea dan orang-orang Eropa, Amerika dan Australia yang jumlahnya sekitar 30 persen.<br /><br />Keterangan soal harga ini memang sangat beragam. Menurut Budiyanto Halim, kelas terbaik yang diameternya 11-12 mm produk lokal NTB mencapai Rp 650.000 per gram. "Tahun 2001 ini, pasaran mutiara di tingkat dunia (kelas A, B, C, D) 25-30 dollar per gram," ucap Budiyanto. Harga ini terbilang murah dibanding tahun 1993 ketika mutiara mencapai 200 dollar AS per gram.<br /><br />Pemasaran mutiara tergantung pada selera konsumen. Misalnya Amerika Serikat dan Eropa semua warna mutiara laku dipasarkan, sedang konsumen di Korea umumnya lebih senang mutiara berwarna kuning, orang Jepang justru lebih suka warna putih. Di Indonesia, khususnya pembeli di Jakarta menggemari warna putih dan emas.<br /><br />Harga mutiara itu kian bernilai ekonomis tinggi setelah dikombinasi dengan emas atau emas putih. Bahkan di tangan pandai emas, mutiara kelas menengah bisa memiliki daya tarik bagi konsumen, seperti dilakukan pandai emas Lingkungan Sekarbela, Kodya Mataram. Produk<br />cincin, kalung, liontin, giwang, dan semacamnya, dari yang mahal sampai yang murah bisa didapat di sentra ini.<br /><br />Nama produknya pun mengambil istilah yang sedang populer. Sebutlah nama cincin casandra, pemeran dalam salah satu telenovela, yang ringnya dari emas dan matanya dari mutiara divariasikan dengan sejenis batuan sirkon.<br /><br />Gelang paloma, yang bahannya mutiara air tawar yang tiap butirannya dibungkus dengan aksesori berbentuk keranjang. Ada pula produk lain berupa bros melati, bunga tulip, anggur (terdiri satu set giwang, cincin, liontin). (rul/ret)<br /><br />sumber: <a href="http://www.kompas.com">www.kompas.com</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-36404062414364213852009-12-04T14:57:00.001+08:002009-12-04T14:59:28.470+08:00Mutiara Laut Asal Lombok Pun Laris Manis<p>Jawa Timur Festival 2009<br /></p><p>Pelaksanaan Jawa Timur Festival di Kenpark Taman Ria Kenjeran yang digelar mulai 3-12 Oktober dalam rangka HUT Provinsi Jatim ke -64 juga menarik minat pengusaha dari luar provinsi untuk mengadu untung selama pameran. Salah satunya pengusaha kerajinan mutiara dari Lombok . </p><p><br />Binar-binar kebahagiaan terpancar jelas dari wajah cantik BQ Yuni Damayanti, SH. Pemilik D & A Genuine Pearls ini tak menyangka keikutsertaannya pertama kali dalam pameran yang digelar Pemprov Jatim ini membawa berkah. Betapa tidak, aneka mutiara dagangannya yang didatangkan dari Lombok laris manis selama pameran. Bahkan mutiara laut berharga jutaan pun sudah banyak dipesan. </p><p><br />"Selama ini Jatim memang menjadi pasar empuk bisnis mutiara. Buktinya selama pameran banyak mutiara dagangan saya terjual," kata Yuni di sela-sela pameran, Kamis (8/10).<br />Dijelaskan Yuni, selama ini dia tak pernah mengikuti pameran yang digagas Pemprov Jatim. Dia mengaku baru 4 kali ini (termasuk di Pantai Kenjeran) ikut pameran. Ceritanya sebulan lalu, ibu 2 anak asli Lombok ini buka cabang di kawasan Rungkut Harapan F 16 Surabaya. Pembukaan cabang itu seiring dengan banyak permintaan mutiara yang terjalin selama mengikuti pameran termasuk pameran di luar propinsi. Ternyata peminat mutiara itu banyak warga Surabaya dan sekitarnya. </p><p><br />Nah, sejak membuka cabang di Surabaya ini, dia membangun hubungan dengan Disperindag Jatim. Dari perkenalan dengan instansi ini, jalan mengikuti pameran kian terbuka luas.<br />"Saya sih ditawari mau nggak ikut pameran oleh Disperindag Jatim, apalagi dibantu stannya. Sedangkan urusan akomodasi dan lain-lain, saya tanggung sendiri. Saya langsung setuju saja. Dan ternyata, tak rugi ikut pameran di Kenjeran. Dagangan saya laris manis,"katanya.<br />Menurutnya konsumen Surabaya banyak yang suka perhiasan mutiara dengan model minimalis. Artinya tak banyak tambahan sirkon atau berlian sebab yang mau ditonjolkan adalah keelokan mutiaranya. Aneka mutiara itu ada yang dibalut dengan emas putih 65 karat, emas kuning 90 karat atau monel. </p><p><br />Sedangkan jenis perhiasan yang disukai konsumen di antaranya kalung dan anting dalam balutan emas putih dan kuning, rata-rata semua perhiasan itu kualitas ekspor. Di stan itu ada jenis kalung stren yang ditawarkan dengan harga Rp 10- 27 juta. Bahkan Yuni juga menyebut ada kalung stren sepanjang 1 meter yang harganya Rp 150 juta. </p><p><br />Konsumen Surabaya juga ada yang membeli butiran-butiran mutiara lepasan. Biasanya ini berlaku bagi konsumen yang sudah memiliki langganan toko emas. Harga butiran mutiara ini ada dipatok Rp 100 ribu per butir hingga Rp 2,5 juta per gram. </p><p><br />Di stan yang berada di sekitar aneka stan batik ini, Yuni menjual 2 jenis mutiara. Mutiara air laut dan mutiara air tawar. Dari sisi harga, mutiara air laut lebih mahal karena dibudidayakan secara alami di Lombok, khususnya daerah-daerah sentra penghasil mutiara seperti Sekotong, Sumbawa . Sedangkan mutiara air tawar, banyak sentuhan tangan manusia.<br />Dari sisi kualitas juga beda. Mutiara air laut memiliki warna khas seperti abu-abu, hitam dan putih dengan kejernihan lebih tajam sehingga jika dipakai tampak bersinar. </p><p><br />Meskipun dari sisi ukuran, jarang ditemukan ukuran yang sama. Berbeda dengan mutiara air tawar dimana dalam sekali panen ada ribuan butir mutiara dalam ukuran sama. Mutiara air tawar juga lebih bervariasi dalam warna, mulai pink, biru.<br />"Pasar Surabaya, lebih menyukai mutiara air laut yang tampilannya lebih eksotis, soal harga tak jadi soal asal mereka puas,"kata Yuni seraya menginformasikan stannya juga melayani pengiriman pesanan hingga ke rumah konsumen. </p><p><br />Berbeda dengan pasar Surabaya , Yuni mengakui bule lebih menyukai mutiara yang tak jadi alias pembentukannya tak sempurna. Ada 2 jenis mutiara seperti ini, barok. Cirinya ada nukleus sehingga bentuknya agak lebih teratur. Atau kesi yang berasal dari air liur kerang yang belum kering. Cirinya bentuknya lebih tak beraturan.</p><p><br />Fatma, warga Sidoarjo yang datang di stan D & A Genuine Pearls mengaku senang mengoleksi dan memakai mutiara, kesannya anggun dan cantik. Apalagi desainnya minimalis tak banyak pernik. "Tapi saya suka mutiara dengan balutan emas putih, kelihatannya lebih mewah," akunya sembari melihat-lihat koleksi mutiara D & A Genuine Pearls. <span mce_style="font-size: x-small;" style="font-size: x-small;"><b>[nel]</b></span></p><p><span mce_style="font-size: x-small;" style="font-size: x-small;"><b>sumber: <a href="http://harianbhirawa.com">http://harianbhirawa.com</a><br /></b></span></p>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-31532442375939848042009-12-04T14:53:00.001+08:002009-12-04T14:55:59.700+08:00Mengangkat Mutiara yang Terbenam<table class="eBlock" border="0" cellpadding="2" cellspacing="1" width="100%"><tbody><tr><td width="90%"><br /></td><td style="white-space: nowrap;" align="right"><br /></td></tr> <tr><td colspan="2" class="eMessage"><div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"><img style="width: 103px; height: 127px;" alt="" src="http://www.majalahsamudra.at.ua/opini/sunan.jpg" align="left" border="0" width="287" height="387" />Oleh : Soen'an Hadi Poernomo</span></div> <div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; color: rgb(255, 0, 0); font-family: Arial;"><strong>Penulis adalah Dewan Pakar ASBUMI (Asosiasi Budidaya Mutiara)</strong></span></div> <div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Mutiara adalah jenis perhiasan yang termuat di Kitab Suci. Ia menghiasi para ratu dan wanita sejak dulu kala. Produk berharga ini memberi peluang ekonomi sangat tinggi. Sebab, negeri kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan belasan ribu pulau dan berpuluh ribu kilometer panjang pantai.<br /><br /></span></div> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Namun harapan tersebut akan terwujud apabila disertai pengelolaan yang positif. Kini, mutiara di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> harus dibenahi dari berbagai permasalahan, baik eksternal maupun internal. Padahal, mutiara putih <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> adalah termasuk jenis mutiara yang termahal di dunia, yakni <i style="">South Sea Pearl</i>.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;"><br /></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0in 0in 0pt; text-indent: 0in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;">Budidaya mutiara di negeri ini berawal pada tahun 1928 di Pulau Buton, <st1:place st="on">Sulawesi</st1:place>, oleh Mitsubishi Co. Ltd yang bergabung dengan Nanyo Shinju KK. <span style="font-size: 10pt;" lang="IT">Lantaran pecah Perang Dunia II, usaha tersebut berhenti tahun 1941. Barulah pada 1967 investor Jepang masuk kembali bermitra dengan pengusaha nasional, mendirikan Maluku Pearl-Development. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Dalam perjalanan selanjutnya, tumbuh puluhan perusahaan, tentu mengalami pasang-surut, karena problem eksternal dan internal.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><b><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Mutiara Putih Indonesia</span></b><span style="font-size: 10pt;" lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Mutiara putih Indonesia atau <i style="">South Sea Pearl</i>, sejenis dengan yang diproduksi oleh Australia, Filipina & Myanmar. Dari volume produksi 9.985 kg, Indonesia adalah yang tertinggi (45 %). Angka itu disusul Australia (32 %), Filipina (17 %), dan Myanmar (5 %). Namun harganya berada pada peringkat ketiga (US$ 16,2 per gram), setelah Australia (US$ 38,4 per gram) dan Myanmar (US$ 25,5 per gram). Ini berarti secara kuantitatif Indonesia berhasil memproduksi mutiara dalam jumlah banyak, namun berkualitas rendah.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Tujuan ekspor utama Indonesia adalah ke Jepang (48,17 %) dan Australia (35,52 %). Adapun provinsi yang mengekspor adalah Bali (34,3 %), Papua (19,73 %), Sulawesi Tenggara (17,06 %), dan DKI Jakarta (15,09 %). Namun produksinya tentu berawal juga dari wilayah lain seperti NTB, NTT, Maluku, dan Lampung oleh 10 perusahaan PMA, 22 swasta nasional, serta 6 PMDN.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Semula mutiara hanya diperoleh dari alam, dalam kerang yang tergolek di dasar laut. Di Jepang, Kokichi Mikimoto melakukan penelitian budidaya mutiara, yang akhirnya berhasil pada tahun 1893. Saat ini budidaya mutiara air tawar juga diproduksi. Namun keelokan mutiara budidaya di laut tetap tak tertandingi.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="PT-BR">Mutiara laut ada tiga macam. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="ES">Pertama, <i>akoya pearl</i> berasal dari Jepang dan Cina. Kedua, <i style="">black pearl</i> (mutiara hitam) yang diproduksi Tahiti atau French Polynesia. Ketiga, <i style="">south sea pearl</i> (mutiara putih) produksi Indonesia, Australia, Filipina, dan Myanmar.<br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="ES"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Dari ketiga jenis tersebut, yang terbanyak produksinya adalah jenis<i> akoya pearl</i>. Pada tahun 2005, produksi <i>akoya, black</i>, dan <i>south sea pearl</i> berturut-turut adalah 34 ton, 10 ton, dan 8,5 ton. Namun mutiara termahal adalah mutiara putih, yakni rata-rata US$ 23,6 per gram. Sedangkan harga mutiara hitam US$ 14,70 per gram. Malah jenis <i>akoya</i> hanya US$ 3,76 per gram.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Berdasarkan nilai perdagangan dunia, ada tiga negara yang mendominasi produksi mutiara, yakni Jepang (32,22 %), Australia (25,13 %), dan Tahiti (14,41 %). Negara lain berada jauh di bawahnya. Indonesia sendiri masuk peringkat ke-11, yakni hanya 1,41 %.<o:p></o:p></span></p> <h1 style="margin: 0in 0in 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES"><o:p> </o:p></span></h1> <h1 style="margin: 0in 0in 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Problem dan solusi</span></h1><br /><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Masalah eksternal perdagangan mutiara secara umum adalah membanjirnya produk dari Cina. Bagi jenis mutiara putih, kedatangan Vietnam dalam pasar juga turut mempengaruhi, walaupun saat ini produksinya masih 750 kg/tahun. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Tampaknya perlu forum mutiara regional penghasil <i style="">South Sea Pearl</i>, yakni Australia, Indonesia, Myanmar, Filipina dan Vietnam. Tujuannya,<span style="font-size: 10pt;"> </span>mengendalikan produksi dan meningkatkan kualitas agar harganya dapat terus menguntungkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Permasalahan budidaya mutiara di dalam negeri juga cukup kompleks, yakni mengenai kepastian tata ruang, keamanan, pajak dan pungutan, kualitas, serta pengendalian produksi. Usaha budidaya mutiara memerlukan modal investasi yang tidak kecil dan tiga tahun kemudian barulah meraih panen. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Usaha ini keberlanjutannya juga sangat tergantung pada kualitas air yang prima, jernih tapi kaya zat hara, serta memiliki arus yang optimal. Dengan demikian faktor kepastian tata ruang menjadi sangat penting. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Selama ini banyak usaha mutiara terusir karena mendadak muncul kegiatan baru yang sangat mengganggu kehidupan mutiara. Yang paling sering adalah kegiatan pertambangan minyak, semen, emas, dan nikel. Tidak jarang pula, tiba-tiba muncul tambak udang dan mengganggu mutiara yang sedang dipelihara. Penebangan hutan di kawasan hulu tentu berakibat pada kualitas air menjadi berselimut lumpur. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Masalah keamanan juga sempat menjadi horor bagi budidaya mutiara yang kebanyakan berlokasi terpencil, di pulau nan sepi. Bermula terjadi pada tahun 1997, mengalami puncak pencurian pada tahun 1999. Syukurlah, saat ini tindakan kriminal tersebut menurun.<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Kebanyakan mutiara yang digasak adalah mutiara siap panen, setelah dipelihara selama tiga tahun. Total kerugiannya bisa mencapai lebih dari Rp 30 miliar. Beberapa perusahaan memilih untuk hengkang, tidak melanjutkan usaha.<span style="font-size: 10pt;"> </span>Di era otonomi daerah ini, timbulnya berbagai pungutan dan pajak aneh-aneh juga menjadi tambahan permasalahan yang cukup merepotkan, misalnya saja PBB laut atau pajak lampu jalan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Di kalangan pengusaha mutiara juga perlu jeli dan cermat. Artinya, mereka tidak asal berproduksi, banting harga, mengabaikan kualitas, yang akhirnya merugikan, bahkan membunuh usaha mutiara nasional. Lalu bagaimana solusi dari berbagai persoalan tersebut?</span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Kita bisa menengok sebuah negara kecil di Pasifik Selatan, yaitu Tahiti. Luas Tahiti yang berukuran satu kabupaten di Indonesia saja bisa turut mendominasi pasar mutiara dunia. Bayangkan, produksinya mencapai sepuluh kali lipat dibandingkan Indonesia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="IT">Di sana keamanan secara serius dijaga. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Tata ruangnya juga dijamin.<span style="font-size: 10pt;"> </span>Kualitas benar-benar dicermati. Jadi, kalau mau sukses maka pemerintah secara serius harus mengendalikan kualitas dan jumlah produksi. Dengan demikian mutiara Indonesia dapat berkibar mendominasi pasar global, dengan harga yang cukup tinggi.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Segenap pengusaha mutiara harus berkumpul<span style="font-size: 10pt;"> </span>dalam asosiasi. Dan ini merupakan prasyarat untuk pengendalian <i style="">South Sea Pearl</i> bersama negara lain, yakni Australia, Myanmar, Filipina, dan Vietnam.<o:p></o:p></span></p> <h1 style="margin: 0in 0in 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></h1> <h1 style="margin: 0in 0in 0pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Bercermin ke Tahiti<o:p></o:p></span></h1> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Salah satu alternatif pengembangan mutiara di Indonesia adalah dengan memilih provinsi atau kabupaten, agar bisa dikelola secara serius dan khusus. Pengelolaan mutiara seperti di Tahiti dapat dijadikan sebagai referensi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="SV">Tahiti atau French Polynesia memang negara kepulauan, tapi luas wilayahnya cuma 1.045 km<sup>2</sup> dengan penduduk 178.133 orang. Itu berarti hanya dua pertiga luas Kabupaten Karimun (1.524 km<sup>2</sup>) yang berpenduduk 162.829 jiwa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Soal kehebatan Tahiti membudidayakan mutiara jangan diragukan lagi. Negara itu menghasilkan devisa US$ 160 juta dan </span><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">membuka kesempatan kerja untuk 7.000 orang. Di sana terdapat 4 pulau dan 26 atol digunakan untuk kegiatan budidaya. Sedangkan 15 atol dipakai untuk pengumpulan anakan kerang (<i style="">spat collection</i>).<br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Pada tahun 1960 mulai dicoba budidaya, dan baru berhasil memanen mutiara bulat pada tahun 1968. Pertengahan tahun 1970-an, mutiara hitam dari Tahiti mulai masuk pasar internasional atas promosi Amerika dan Perancis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="ES">Perkembangannya terus menanjak. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Dalam kurun waktu 1980 - 1990, produksinya sekitar 20 kg. Lalu naik menjadi 600 kg. Pada tahun 2000 sudah mencapai 11 ton.<br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="SV">Pengusaha mutiara pada tahun 1975 baru ada 3 perusahaan. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="FI">Namun 10 tahun kemudian mencapai 110 perusahaan. Bahkan tahun 1995 meningkat menjadi 2.399 perusahaan. Pada saat krisis moneter 1998 pun terdapat 2.745 perusahaan. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="FI">Namun masa krisis itu menunjukkan fenomena yang menimbulkan curiga. Dari 1998 - 2000 walaupun volumenya naik 240 %, tapi nilainya hanya 23 %. Bahkan pada tahun 2000 - 2003 mengalami stagnasi volume, nilainya anjlok 50 %, dari US$ 160 juta menjadi hanya US$ 80 juta.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="FI">Kiat Tahiti menghadapi krisis mutiara juga patut ditiru. Stagnasi tahun 2000, dinilai sebagai kejenuhan dan produksi yang tidak terkendali. Mereka menyebut <i style="">anarchic mass production of lower quality pearl</i>. Pemerintah membentuk Kementrian Urusan Mutiara yang dipimpin langsung oleh Presiden Gaston Fosse. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="FI">Perusahaan-perusahaan ditertibkan. Manajemen audit terhadap teknis dan finansial dilakukan. </span><span style="font-size: 10pt;" lang="ES">Kepatuhan terhadap aturan sosial dan perburuhan dievaluasi. Fasilitas pendataan dicek. Terhadap SDM dilakukan uji sertifikasi. Dari 2.745 perusahaan, yang lulus hanya 865, dan akhirnya tinggal 300 perusahaan.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="ES"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Penertiban ekspor juga dilakukan. Hanya mutiara berkualitas yang diijinkan. Standar mutu ditetapkan, dikontrol melalui uji visual dan ultraviolet. Pajak ekspor dinaikkan agar pengusaha tidak asal mengirim ke luar negeri. Yang tidak layak ekspor ditumbuk untuk didaur ulang menjadi <i style="">bio-coated nuclei</i>. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Pada Juni 2003 diadakan upacara membuang ke laut 33.000 butir mutiara berkualitas rendah, sebagai peringatan keseriusan untuk berpihak pada mutu. Sejak itu, mutiara hitam dari Tahiti harganya di pasar internasional mulai naik dan bangkit kembali.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0in 0in 0pt; text-indent: 0in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES">Nah, dengan mencermati akar permasalahan, merenung solusi yang memungkinkan, dan bercermin pada keberhasilan bangsa lain, tidaklah berlebihan kalau Indonesia kelak menjadi ratu mutiara dunia. Syaratnya, segenap pihak harus serius. Pengusaha harus bersatu dan memiliki komitmen. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memberi dukungan optimal untuk jangka panjang, bukan setoran taktis sesaat.</span></p><p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0in 0in 0pt; text-indent: 0in;"><br /><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial;" lang="ES"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial;"><span style="font-size: 10pt;" lang="ES">Kiranya tidak perlu memandang terlalu lebar ke seluruh bentangan Nusantara. Cukuplah memilih beberapa lokasi untuk dikembangkan secara serius. <i>One district, one product</i>, yakni <i style="">high quality of south sea pearl</i>. </span><span style="font-size: 10pt;">Dan kita pun akan sepakat, bahwa <i>small is great, not just beautiful</i>. ***</span></span></p></td></tr></tbody></table><br />sumber: <a href="http://www.majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-4">http://www.majalahsamudra.at.ua/news/2008-12-10-4</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-6389460064270658662009-12-04T14:35:00.000+08:002009-12-04T14:53:00.533+08:00Mutiara Lombok Tembus Pasar GlobalSAMARINDA, 15/7 (Harkopnas) - Dari sekian banyak hasil kerajinan dalam negeri, kerajinan Mutiara dari Lombok termasuk yang sukses menembus pasar global. Di bawah Koperasi Nusa Tenggara Barat, mutiara hasil budidaya kerang mutiara petani Lombok telah memasuki pangsa pasar Guang Zhou, Korea dan India.<br /><br />Hasil dari pengolahan mutiara menjadi perhiasan ini turut menyemarakan pesta ekonomi rakyat dan produk unggulan pada peringatan Harkopnas ke-62 di Samarinda, Kalimantan Timur.<br /><br />Dedi Iswadi, Pengrajin Mutiara sekaligus pemilik usaha mutiara bernama<br />"Mutiara Lombok" mengungkapkan, promosi dari produk hasil kerajinan mutiara miliknya adalah berkat bantuan instansi pemerintah.<br /><br />"Instansi pemerintah (NTB) telah banyak membantu mempromosikan hasil kerajinan kami. Untuk mengikuti Bahkan untuk kegiatan ini (Expo Harkopnas) kami telah difasilitasi untuk melakukan promosi produk unggulan daerah," ungkapnya.<br /><br />Bentuk mutiara yang dihasilkan cukup beraneka ragam. Dari cincin, kalung, bros hingga pernak-pernik lainnya dibuat oleh tangan-tangan pengrajin Lombok.<br /><br />Harganya pun bervariasi. Untuk mutiara hasil kerang mutiara laut harganya<br />mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sedang untuk mutiara hasil<br />budidaya kerang mutiara air tawar hanya berkisar puluhan ribu rupiah.<br /><br />"Harga mutiara air laut mahal karena perlu waktu tiga tahun untuk<br />membudidayakannya. sedang untuk kerang mutiara air tawar hanya perlu empat bulan," ujarnya. (MC10).<br /><br />sumber: <a href="http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=2405">http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=2405</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-89378019825410861762009-12-04T14:30:00.002+08:002009-12-04T14:35:34.133+08:00Budidaya Tiram Mutiara<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeE3so_XI2i9YingS3MWOccTnYWbb1jQHgggf6fsvSt8LF9bbNxg2xZA8dALEAh6zEngpmTv5v8PELSgVtxqDQ8XZD7gCI-rzmYeT5yXIdlTh-TTWuaqZIOmyrEKsYx-z0qF515zkPaBym/s1600-h/tiram+mutiara.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 122px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeE3so_XI2i9YingS3MWOccTnYWbb1jQHgggf6fsvSt8LF9bbNxg2xZA8dALEAh6zEngpmTv5v8PELSgVtxqDQ8XZD7gCI-rzmYeT5yXIdlTh-TTWuaqZIOmyrEKsYx-z0qF515zkPaBym/s200/tiram+mutiara.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329743782628020914" border="0" /></a><br />Tiram Mutiara<br /><br />Hingga sekarang mutiara hasil budi daya dunia dapat berupa mutiara laut dan mutiara air tawar. Produk mutiara laut yang dewasa ini diperdagangkan di pasar internasional adalah sebagai berikut.<span class="fullpost"><br /><br />1. Akoya pearl<br />Mutiara berkualitas tinggi yang dihasilkan dari <span style="font-style: italic;">P. fucata</span>. Ukuran maksimal 10 mm. Mutiara berwarna putih kehijauan dengan nuansa sangat indah. Jenis ini diproduksi di Jepang dan Cina.<br /><br />2. South sea pearl<br />Mutiara ini diproduksi di Indonesia dan Australia yang dihasilkan dari <span style="font-style: italic;">P. maxima</span>. Termasuk mutiara kelompok putih, berukuran besar sampai 18 mm. Jenis ini berwarna putih perak, kekuning-kuningan, pink, dan keemasan.<br /><br />3. Black pearl<br />Mutiara ini dihasilkan dari <span style="font-style: italic;">P. margaritifera</span>. Black pearl berpenampilan sangat menawan dan berwarna hitam pekat. Jenis ini berukuran lebih kecil dari ukuran south sea pearl. Negara penghasil utama: Tahiti, Hawaii, dan Cook Island.<br /><br />A. Sistematika<br />Famili : Pteridae<br />Spesies : <span style="font-style: italic;">Pinctada maxima</span><br /> <span style="font-style: italic;">P. margaritifera</span><br />Nama dagang: pearl oyster<br /><br />Nama lokal mutiara<br /><br /><br />B. Ciri-ciri dan Aspek Biologi<br /><br />1. Ciri fisik<br />Kerang mutiara mempunyai sepasang cangkang yang disatukan pada bagian punggung dengan engsel. Kedua belahan cangkang<br />tidak sama bentuknya. cangkang yang satu lebih cembung dibanding lainnya. Sisi sebelah dalam dari cangkang (nacre) berpenampilan mengilap.<br /><br />2. Pertumbuhan dan perkembangan<br />Tiram mutiara adalah protandrous-hermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina = 1 : 1, dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau tejadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. <span style="font-style: italic;">P. Margaritifera</span> mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan <span style="font-style: italic;">P. maxima</span> jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya.<br />pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usahanya.Tiram mutiara P.margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis lain, P. maxima, mencapai diameter cangkang 10—16 cm pada tahun kedua.<br /><br />C. Pengelolaan Budi Daya<br />Untuk menghasilkan sebutir mutiara laut dari spat hatchery, diperlukan waktu sekitar 4 tahun. Teknologi budi daya mutiara laut terdiri atas pembenihan, pembesaran benih, produksi mutiara, dan panen.<br /><br />1. Penyediaan benih<br />Awal pengembangan benih yang digunakan berasal dari penangkapan dari alam. Penangkapan dilakukan dengan menggunakan spat collector yang terbuat dari jaring nilon bermata jala halos. Kolektor tersebut dibentangkan di daerah penyebaran kerang mutiara. Dalam waktu 2-4 minggu, benih tiram (spat) akan menempel pada kolektor tersebut.<br /><br />Dewasa ini, dengan kemajuan ilmu dan teknologi spat tiram mutiara sudah dapat dihasilkan melalui proses perbenihan di hatchery. Prosesnya dimulai dengan pemilihan induk yang sudah matang gonad. Sebaiknya induk-induk tersebut berasal dari populasi yang berbeda untuk menghasilkan benih yang berkualitas.<br /><br />2) Pembesaran<br />Di nurseri benih dipelihara sampai mencapai dewasa dan berukuran 10-12 cm selama 12-18 bulan. pada ukuran tersebut proses produksi mutiara sudah dapat dilaksanakan. Adapun tahapan produksi mutiara sebagai berikut.<br /><br />a) Memilah-milah tiram dewasa untuk disuntik. pemilihan didasarkan atas ukuran, umur, dan kondisi kesehatan tiram.<br /><br />b) Menyiapkan potongan mantel berukuran sekitar 4-5 mm2 dan inti berukuran 3,03-9,09 mm. potongan mantel (shaibo) tersebut diambil dari tiram yang secara sengaja disiapkan/ dikorbankan untuk keperluan itu.<br /><br />c) Preconditioning (Melemahkan) tiram untuk memudahkan pembukaan cangkang sewaktu penyuntikan inti da trasplantasi potongan mantel atau shaibo.<br /><br />d) Menoreh irisan pada pangkal kaki menuju dekat gonad. Ke dalam torehan tersebut disisipkan inti dan shaibo yang diletakkan bersinggungan.<br /><br />e) Mengangkat ganjal baji dan menutup cangkang, lalu meletakkan<br />tiram ke dalam keranjang. Keranjang tersebut terbuat dari<br />jaring berbentuk empat persegi panjang. Untuk tiap keranjang,<br />diletakkan 10 ekor tiram.<br /><br />f) Merawat tiram dengan cara membersihkan keranjang dan cangkang luar, membalikkan tiram, dan memeriksa apakah mutiara sudah terbentuk atau belum dengan menggunakan sinar x-ray. Perawatan ini dilakukan setiap 4 hari selama 2 bulan, kecuali pemeriksaan dengan sinar x-ray.<br /><br />g) Memindahkan tiram ke dalam wadah pemeliharaan berbentuk keranjang berkantong terbuat dari jaring. Dalam tiap lempeng terdapat 4 buah kantong. Setiap kantong diisi seekor tiram. Wadah tersebut digantung pada bentangan tambang atau longline. Tiram dan kantong dibersihkan setiap bulan.<br /><br />D. Pengendalian Hama. dan Penyakit<br />Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, racing, dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu.<br /><br />Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelsoni. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum, dan Achromobacter sp.<br /><br />Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram mutiara adalah virus herpes. Upaya untuk mengurangi serangan penyakit pada tiram mutiara antara lain<br />a) selalu memonitor salinitas agar dalam kisaran yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tiram,<br /><br />b) menjaga agar fluktuasi suhu air tidak terlalu tinggi, seperti pemeliharaan tiram tidak terlalu dekat kepermukaan air pada musim dingin,<br /><br />c) lokasi bodi daya dipilih dengan kecerahan yang cukup bagus, dan<br /><br />d) tidak memilih lokasi pada perairan dengan dasar pasir berlumpur.<br /><br /><br />G. Panen<br />Setelah 18-24 bulan masa pemeliharaan, panen mutiara sudah bisa dilakukan. Selanjutnya, hasil panen dibersihkan atau digosok agar mengilap serta memilah mutunya.<br /><br />sumber : Penebar Swadaya,2008<br />sumber: <a href="http://hobiikan.blogspot.com/2009/04/budidaya-tiram-mutiara.html">http://hobiikan.blogspot.com/2009/04/budidaya-tiram-mutiara.html</a><br /></span>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-68002558902194017942009-12-04T14:05:00.001+08:002009-12-04T14:30:21.158+08:00SEJARAH MUTIARA SANG "RATU BATU PERMATA"<p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">Sejak Dahulu, Mutiara telah dikenal sebagai “ Ratu Batu Permata”. Sepanjang sejarah tercatat bahwa mutiara merupakan perhiasan yang paling mahal di dunia. Namun sejak dilakukan budidaya mutiara pada tahun 1900-an hingga saat ini, harga mutiara menjadi relative murah bahkan sebagai aksesoris yang memiliki harga lebih murah dari pada Gemstone.</span> </p> <o:p><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"> </span></o:p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">Tidak seorangpun yang tahu siapa pertama kali yang memiliki dan memakai perhiasan mutiara. Namun menurut legenda <st1:country-region><st1:place>India</st1:place></st1:country-region> menceritakan bahwa salah satu Dewa Hindu yaitu <st1:place>Krishna</st1:place> pertama kali menemukan mutiara dari laut dan menghadiahkan pada putrinya pada hari pernikahannya. </span> </p> <o:p><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"> </span></o:p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">Di Mesir, kisah masyur tentang mutiara yaitu pada saat Cleopatra mengundang Marc Antony untuk hadir dalam jamuan makan malam yang merupakan jamuan makan malam termahal dalam sejarah. Pada saat itu Ratu Cleopatra memberikan satu anting mutiara yang besar digerus dan dilarutkan dalam air dan sang Ratu turun untuk meminumnya.</span> </p> <o:p><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"> </span></o:p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">Mutiara terbesar yang pernah ditemukan sepanjang sejarah adalah Pearl of Allah (Lao-Tze Pearl) yang ditemukan oleh seorang penyelam Filipina di pantai pulau Pallawan dengan berat mencapai 6,4 kilogram, memiliki bentuk yang tidak beraturan (Baroque), dan saat ini harganya ditaksir sekitar 40 juta USD. Mutiara lain yang tidak kalah terkenal adalah La Peregrina, mutiara yang ditemukan di kepulauan Perlas, Panama pada tahun 1500-an, memiliki bentuk seperti air mata atau buah pear dan berat sebesar 10,192 gram. La Peregrina terkenal karena pernah menjadi kado valentine dari Richard Burton untuk Elizabeth Tailor. Sedang mutiara yang pernah dicatat dalam Guiness Book Of Records sebagai mutiara terbesar yang pernah ditemukan di Abalone (Haliotis) adalah mutiara Big Pink, mutiara besar berwarna pink yang ditemukan oleh Wesley Rankin di California tahun 1990, berbentuk baroque dengan berat 94 gram dan pada tahun 1991 bernilai sebesar 4,7 juta USD.</span> </p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> </p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"></span> </p> <p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"> <span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, budidaya mutiara semakin meningkat. Pada awalnya, mutiara hasil budidaya khususnya mutiara air tawar tidak begitu mengkilap dan tidak bulat bentuknya, namun sejalan dengan perkembangan teknologi, bentuk dan kilau mutiara air tawar sudah sulit dibedakan dengan mutiara air laut. Namun demikian, secara umum harga mutiara air tawar masih lebih murah dari pada mutiara air laut.</span></p><p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"><br /><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"></span></p><p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"><br /><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;"></span></p><p style="margin: 0in 0in 0pt;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; color: rgb(0, 0, 0); font-family: Times New Roman;">sumber: <a href="http://www.grosirmutiaracantik.com/latest/mutiara-sang-ratu-batu-permata.php">http://www.grosirmutiaracantik.com/latest/mutiara-sang-ratu-batu-permata.php</a><br /></span> </p>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-37868479228863799822009-12-04T13:53:00.000+08:002009-12-04T13:55:57.719+08:00Sistem grading atau pengujian kualitas mutiara<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHQoQpzuOQI-JTXdCdizyGfhfB88-6-Hn6gWvoAhcoPqnrv9NawVEAY_x6AZYLULg0Dg4LwvgnmUVqqf_8I-Hy9a1tCn4uxpN0SrZeC0vpS4fvI-Yfu4kn8M1vCf6uOYFFA6ChPOik-vFf/s1600-h/mod2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHQoQpzuOQI-JTXdCdizyGfhfB88-6-Hn6gWvoAhcoPqnrv9NawVEAY_x6AZYLULg0Dg4LwvgnmUVqqf_8I-Hy9a1tCn4uxpN0SrZeC0vpS4fvI-Yfu4kn8M1vCf6uOYFFA6ChPOik-vFf/s400/mod2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5174431541452589394" border="0" /></a><br /><span style="font-size: 85%;"><span style="font-style: italic;">Small South sea pearls (Gustaf's Collection)</span></span><br /></div><p class="MsoNormal"><a name="_Toc187227058"></a><span style="" lang="DA">Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacat, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA">Beberapa langkah sebelum pengujian mutiara adalah dengan meyakinkan bahwa mutiara itu palsu atau tidak? Karena harga mutiara relatif mahal sehingga kemungkinan pemalsuan juga dilakukan.Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menghasilkan mutiara yang serupa dengan aslinya. Bahannya pun bervariasi dari jenis batuan tertentu, kaca, plastik, dan bahkan bagian dari cangkang kerang. Mutiara juga disortir apakah mutiara itu terbungkus nacre (nacreous) atau tidak (non nacreous)? Apakah mutiara itu terbentuk alami atau hasil budidaya? Mutiara yang terbungkus nacre adalah mutiara yang umum beredar di pasaran dan mayoritas adalah mutiara hasil budidaya. Sangat kecil kemungkinan mutiara alami (dan terbungkus nacre) beredar di pasaran dengan harga murah. Sayangnya, masih sangat sulit membedakan antara mutiara yang tak terbungkus nacre dengan mutiara yang dibentuk dari cangkang kerang, karena keduanya memiliki komposisi yang sama.Namun peminat mutiara tanpa nacre memang masih sedikit disamping selama ini kegiatan budidayanya baru ddijajaki (khusus beberapa mutiara eksotis dari beberapa siput). <span style=""> </span>Parameter tambahan lain yang jadi bahan pertimbangan pemilihan mutiara adalah dari mana mutiara itu berasal. Apakah mutiara itu adalah mutiara air tawar atau mutiara air laut? Pengelompokkan juga terjadi dalam produk mutiara laut, apakah mutiara itu adalah mutiara Akoya atau South sea atau Tahiti (yang beberapa kalangan juga menggolongkan sebagai bagian dari mutiara south sea)? Pengetahuan ini memang dibutuhkan mengingat mutiara air tawar relatif lebih murah dibandingkan mutiara air laut. Bahkan untuk mutiara air laut juga terdapat pengelompokkan harga menurut jenis mutiaranya, mutiara Akoya relatif lebih murah dibandingkan mutiara Tahiti dan apalagi South sea. Perbandingan harga mutiara dengan<span style=""> </span>kualitas kilau yang sama antara mutiara Akoya dan South sea (misalnya) bisa sangat jauh apalagi dibandingkan antara mutiara South sea dan mutiara air tawar. Indonesia semestinya bersyukur karena mutiara South Sea banyak diproduksi dari perairan Indonesia. Walaupun sejauh ini nilai kualitas mutiara yang diproduksi masih lebih rendah dengan jenis mutiara sama yang diproduksi Australia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA">Setelah melewati beberapa proses di atas, mutiarapun diuji menurut sistem grading yang berlaku. Ada dua pemahaman atau aliran yang selama dipakai untuk kualifikasi kelas mutiara: <span style=""> </span>AAA-A (AAA kualitas terbaik, A kualitas buruk) dan A-D (A kualitas terbaik, D kualitas buruk). Sayang sekali fleksibilitas masih sangat tinggi dalam pengkategorian kelas mutiara. Pemahaman setiap orang berbeda-beda dalam menempatkan kelas mutiara dengan karakteristik tertentu ke kategori yang disarankan. Sederhananya, pihak X mengkategorikan sebuah mutiara memiliki kualitas AAA namun pihak Y mengkualifikasinya dalam kategori AA, dst. Bahkan ada penjual mutiara yang menambah-nambahkan dengan mengkategorikan mutiaranya sebagai AAAA atau AAA+ sehingga bahkan untuk dua aliran grading di atas (AAA-A dan A-D) sering diubah sekehendak hati. Kualifikasi menurut AAA-A adalah kualifikasi yang terbentuk lebih dahulu. Sistim kualifikasi ini banyak dipakai untuk mengkualifikasi mutaira Akoya dan mutiara air tawar. Mutiara akoya adalah mutiara air laut hasil budidaya pertama (lihat artikel lainnya). Sementara sistem kualifikasi A-D lebih dikenal sebagai sistem kualifikasi Tahitian karena awalnya dipakai untuk kualifikasi mutiara Tahiti dan akhirnya South Sea. Namun, kualifikasi AAA-A juga bukan hanya untuk mutiara Akoya dan mutiara air tawar tapi juga sering diaplikasikan ke jenis mutiara lain (Tahiti dan South sea).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA">Secara detail, kualifikasi mutiara menurut sistem <b style="">AAA-A</b> adalah sebagai berikut (sumber: <a href="http://www.pearl-guide.com/pearl-grading.shtml">http://www.pearl-guide.com/pearl-grading.shtml</a>)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">AAA: Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan setidaknya 95% permukaan tak cacat.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">AA: <span style=""> </span>Sangat berkilau dan 75% permukaan tak cacat.<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">A: Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25% permukaan mutiara bercacat <o:p></o:p></span></li></ul> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA">Sedangkan sistem <b style="">A-D</b> adalah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">A: Mutiara kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10%></span></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">B: Sangat berkilau atau kilau sedang. Terlihat sedikit cacat namun tak lebih 30% dari luas permukaan<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">C: Kilau sedang, cacat permukaan tak lebih 60%<o:p></o:p></span></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="DA">D: Memiliki cacat sedikit namun tak dalam dan tak lebih 60% dari luas permukaan<o:p></o:p></span></li></ul> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="DA"><o:p> </o:p></span></p> <span style="" lang="DA">Sekali lagi, kedua sistem kualifikasi mutiara ini sangat terbuka akan interpretasi mengingat banyak faktor lain yang juga menjadi bahan pertimbangan dalam uji kualitas mutiara. </span><span style="" lang="DA"></span><br />© 2007, N. Gustaf F. Mamangkey<br /><br />sumber: <a href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2008/03/sistem-grading-atau-pengujian-kualitas.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2008/03/sistem-grading-atau-pengujian-kualitas.html</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-48131729673825812342009-12-04T13:52:00.000+08:002009-12-04T13:53:32.121+08:00Kerang penghasil mutiaraPada prinsipnya, moluska bercangkang berpeluang menghasilkan mutiara secara alami. Namun tidak semua kerang bisa menghasilkan mutiara yang bagus dan memiliki nilai beli yang lumayan. <a href="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/1600/innershell%20copy.gif"><img style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/200/innershell%20copy.jpg" border="0" /></a>Kerang penghasil mutiara umumnya berasal dari famili Pteriidae, namun yang umum dikenal hanya jenis-jenis tertentu seperti gold atau silver-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir emas atau bibir perak) <em>Pinctada maxima</em>, black-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir hitam) <em>Pinctada margaritifera</em>, Akoya pearl oyster (kerang mutiara Akoya) <em>Pinctada fucata</em> dan the winged-pearl oyster (kerang mutiara bersayap) <em>Pteria penguin.</em> Semua anggota famili ini hidup di laut. Sedangkan moluska lain penghasil mutiara yang sejauh ini dikenal berasal dari kelompok abalone dan beberapa gastropoda lain serta beberapa jenis kerang bivalvia air tawar.<br /><br />Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang berbeda. <em>Pinctada maxima</em> menghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis kerang penghasil mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak dibudidayakan di Indonesia, Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis <em>Pinctada margaritifera</em> merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian harganya sangat mahal. Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi <em>Pinctada maxima</em>. Sementara <em>Pinctada fucata</em> adalah jenis yang banyak dibudidayakan di Jepang, dan <em>Pteria penguin</em> tidak banyak dibudidayakan karena sejauh ini hasilnya diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu mengingat bentuk mutiara yang dihasilkannya umumnya tidak bundar.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 85%;">© Gustaf Mamangkey 2006<br /><br />sumber: <a href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/01/kerang-penghasil-mutiara.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/01/kerang-penghasil-mutiara.html</a><br /></span>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-37550506505351522492009-12-04T13:51:00.000+08:002009-12-04T13:52:37.270+08:00Karakteristik mutiaraKomposisi mutiara alami kebanyakan didominasi nacre sedangkan mutiara hasil budidaya didominasi bagian intinya. Bagian inti yang digunakan untuk membuat mutiara buatan biasanya berbentuk bulat dan diambil dari kerang lain yang memiliki cangkang tebal.<br /><br /><strong>Warna mutiara<br /></strong>Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun demikian warna alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre mutiara itu sendiri yang dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik yang mengikat ubin nacre namun juga berkombinasi dengan warna <span style="color: rgb(51, 102, 255);">overtone</span> dan irredescence. Malah, dalam penelitian yang dilakukan terhadap nacre dari <em>Pinctada maxima</em> membuktikan bahwa warna nacre juga ditentukan oleh adanya “kekacauan” cahaya dalam daerah ikatan antar ubin aragonite yang membentuk nacre. <span style="color: rgb(51, 102, 255);">Irridescence</span> atau juga disebut “<span style="color: rgb(51, 102, 255);">orient</span>” muncul bagaikan pelangi, sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang membuat difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di permukaan mutiara sehingga terlihat berkilau.<br /><br /><strong>Lustre mutiara<br /></strong>Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di dekatnya. Bila daya pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin dalam memantulkan cahaya dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre terlihat berwarna kusam, kabur dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan oleh komposisi ubin nacre sehingga menciptakan difraksi cahaya tertentu dan membuat nacre kelihatan buram.<br /><br /><strong>Bentuk mutiara<br /></strong>Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: <span style="color: rgb(51, 102, 255);">spherical</span> (bulat bola), <span style="color: rgb(51, 102, 255);">simetris</span> dan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">baroque</span>. <span style="color: rgb(51, 102, 255);">Bentuk</span> <span style="color: rgb(51, 102, 255);">spherical</span> adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara hasil budidaya. Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun, bentuk yang benar-benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara alami. Mengingat model terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti, sehingga dibuatlah inti bundar dengan maksud menghasilkan mutiara yang bundar pula. <span style="color: rgb(51, 102, 255);">Bentuk</span> <span style="color: rgb(51, 102, 255);">simetris</span> adalah bentuk mutiara apabila dibelah dua maka setengah bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya. Bentuk mutiara simetris yang umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">bentuk</span> <span style="color: rgb(51, 102, 255);">baroque</span> adalah bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini, tak simetris. Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami.<br /><br /><strong>Ukuran mutiara<br /></strong>Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang menghasilkannya. Mengingat kerang mutiara Akoya (<em>Pinctada fucata</em>) memiliki bentuk tubuh lebih kecil sehingga mutiara yang dihasilkanpun relative lebih kecil daripada mutiara dari kerang mutiara bibir hitam (<em>P. margaritifera</em>) apalagi dengan kerang mutiara bibir emas (<em>P. maxima</em>). Di samping jenis kerang mutiara, factor lain yang menentukan ukuran mutiara adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin tebal nacre yang dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur diameter mutiara adalam millimeter (mm). Mutiara hasil budidaya dengan ukuran di atas 20 mm, jarang ditemukan sehingga harganyapun mahal.<br /><br /><strong>Kontur permukaan<br /></strong>Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak gampang. Mutiara yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di permukaan disamping kurang indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila bergesek. Keberadaan permukaan juga akan mempengaruhi warna dan lustre dari mutiara.<br /><br /><strong>Berat mutiara<br /></strong>Umumnya berat mutiara diekspresikan dengan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">carat</span>, <span style="color: rgb(51, 102, 255);">grain</span> dan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">momme</span>. Menakar mutiara dengan berat biasanya dilakukan untuk pembelian jumlah besar, kebanyakan mutiara budidaya ditakar dengan ukuran diameter (milimeter) disamping faktor-faktor penentu kualitas mutiara lainnya.<br /><br /><span style="color: rgb(255, 204, 0);"><strong style="color: rgb(0, 0, 0);">Satu carat</strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> = 4 grain = 200 milligram = 1/5 gram</span><br /><strong style="color: rgb(0, 0, 0);"></strong><br /><strong style="color: rgb(0, 0, 0);">Satu grain</strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> = 1/4 carat = 50 milligram = 1/20 gram</span><br /><strong style="color: rgb(0, 0, 0);"></strong><br /><strong style="color: rgb(0, 0, 0);">Satu momme</strong><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> = 18.75 carat = 3750 milligram = 3.75 gram</span><br /><br /><span style="font-size: 85%;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">© 2006, N. Gustaf F. Mamangkey</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">sumber: </span><a style="color: rgb(0, 0, 0);" href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/06/karakteristik-mutiara.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/06/karakteristik-mutiara.html</a><br /></span></span>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-84581791385506573162009-12-04T13:50:00.000+08:002009-12-04T13:51:21.765+08:00Jenis dan kualitas mutiara<h3 class="post-title entry-title"> </h3> <div class="post-body entry-content"> <a href="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/1600/mabe2.2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/400/mabe2.2.jpg" border="0" /></a>Pemanenan mutiara berlangsung kurang lebih satu setengah tahun dari saat penyisipan, saat itu diharapkan ketebalan nacre sudah berkisar 2 sampai 3 cm. Makin tebal nacre, makin bagus pula kualitasnya. Sebelum pemanenan, kerang dibersihkan pada setiap kurun waktu tertentu dan pada beberapa areal budidaya pada saat tertentu kerang diputar posisinya dengan asumsi akan menghasilkan mutiara yang bundar. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hasil panen tidak selalu menghasilkan mutiara bundar, karena kerang mutiara bisa saja menghasilkan mutiara yang berbentuk oval, ataupun dengan bentuk yang tidak beraturan. Bentuk ini dikenal dengan istilah baroque. Lagipula, persentasi mutiara dengan kualitas baik, sejauh ini hanya 5 sampai 10 persen dari total panenan, 50 persen adalah mutiara dengan kualitas menengah dan selebihnya adalah mutiara kualitas rendah.<br /><br />Jenis mutiara yang bisa dibuat lewat kegiatan budidaya bisa berupa mutiara bundar (round pearl), mabe atau setengah mutiara (half pearl) dan keshi atau mutiara yang dihasilkan oleh lembar mantel yang tertinggal di dalam kerang sementara inti mutiara yang disisipkan sudah terlempar keluar. Keshi biasanya berbentuk baroque. Mutiara bundar lebih sulit dibuat dibandingkan mabe karena dibutuhkan keahlian khusus untuk menyisipkan diantara gonad dan otot kerang. Mabe dibuat dengan melekatkan setengah bundar nucleus ke bagian sisi dalam kerang. Bentuk inti yang dilekatkan bisa bervariasi, bahkan China terkenal dengan menghasilkan mabe berbentuk Budha. Saat panen, biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan lagi untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya kerang akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan kerajinan tangan.<br /><br />Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.<br /><br /><span style="font-family: arial; font-size: 85%; color: rgb(0, 0, 153);">© Gustaf Mamangkey 2006<br /><br />sumber: <a href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/01/jenis-dan-kualitas-mutiara.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2006/01/jenis-dan-kualitas-mutiara.html</a><br /></span></div>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-45661560903626647562009-12-04T13:48:00.000+08:002009-12-04T13:49:41.184+08:00Bagaimana mutiara dihasilkan?<a href="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/1600/bakal%20mutiara.jpg"><img style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/7776/1881/200/bakal%20mutiara.jpg" border="0" /></a> Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an. Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.<br /><br />Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.<br /><br />Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus <em>irritant</em> yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.<br /><br /><strong>Proses pembuatan mutiara</strong><br /><strong></strong><br /><strong><em>Secara alami</em></strong><br />Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, <a href="http://www.strack-gih.de/">Elisabeth Strack </a>(secara mendalam terdapat dalam buku <a href="http://www.cigem.ca/640.html"><strong>Pearls</strong> </a>tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.<br /><br /><strong><em>Mutiara hasil budidaya</em></strong><br /><br />Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil. Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar <em>P. Maxima</em>, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya. Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang.<br /><br />Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang <a href="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/1600/saibo.jpg"><img style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/320/saibo.jpg" border="0" /></a>teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya. Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo. Ukuran <a href="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/1600/operasi1.jpg"><img style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/320/operasi1.jpg" border="0" /></a>Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut. Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan <a href="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/1600/pegging.jpg"><img style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="http://photos1.blogger.com/blogger/2434/2489/320/pegging.jpg" border="0" /></a>”menendang” keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.<br /><br />foto-foto dari <a href="http://www.atlaspacific.com.au/">North Bali Pearl Farm, Atlas Pacific</a><br /><br />sumber: <a href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2007/01/bagaimana-mutiara-dihasilkan.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2007/01/bagaimana-mutiara-dihasilkan.html</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-61907484055712870882009-12-04T13:47:00.000+08:002009-12-04T13:48:10.003+08:00Areal kumpulan kerang mutiara di duniaSetidaknya ada tiga kawasan yang memiliki kumpulan kerang mutiara laut dan menjadi areal pencarian mutiara alami. Mereka adalah, daerah Teluk Persia, Selat Manaar di Srilanka dan perairan Australia utara. Namun, sebaran kumpulan kerang mutiara laut mulai dari Laut Merah ke arah timur sampai ke Pasifik. Selain ketiga tempat yang terkenal, kawasan kumpulan kerang mutiara juga ditemukan ada di daerah perairan Burma, Selat Malaka, Laut Arafura, Laut Sulu sampai ke perairan Jepang, dan di negara-negara pasifik selatan. Beberapa tempat juga ditemukan di Amerika tengah dan utara seperti di Panama, kepulauan Margarita Venezuela sampai ke perairan Mexico.<br /><br /><strong>Teluk Persia<br /></strong>Kawasan kumpulan mutiara di daerah ini telah dikenal sejak 2000 tahun sebelum masehi. Areal yang paling terkenal adalah di sekitar Bahrain. Areal ini menjadi daerah ekonomis penting bagi masyarakat sekitar sebelum adanya tambang minyak. Jenis kerang mutiara yang tersebar di kawasan ini adalah <span style="font-style: italic;">Pinctada radiata.</span> Perbandingan mutiara yang ditemukan dan jumlah kerang mutiara yang adalah sekitar 1 : 500. Ukuran mutiara yang ditemukan biasanya kurang dari 1 grain (=50 mg), sangat jarang ditemukan mutiara dengan ukuran lebih dari 12 grain. Metode pengumpulan kerang mutiara dilakukan secara tradisional dengan melilitkan tali sebagai penahan dan mereka menyelam dengan tubuh telanjang. Diperkirakan, tradisi menyelam ini tidak memiliki banyak perubahan sejak areal kumpulan kerang mutiara ditemukan. Mereka hanya dibekali penjepit hidung dan tas tali yang digantung di lehernya. Kegiatan penyelaman ini berangsur-angsur menghilang sejak sebelum perang dunia kedua dan berakhir di tahun 1950-an. Kegiatan ini berhenti sejak ladang-ladang minyak ditemukan.<br /><br /><strong>Selat Manar, Srilanka</strong><br />Tempat ini dikenal kira kira 500 tahun sebelum kawasan di Teluk Persia ditemukan. Selat ini memisahkan antara Dataran India dan Srilanka. Kelompok kerang mutiara di kawasan ini adalah Pinctada radiata. Sejak zaman penjajahan Inggris kontribusi kawasan ini cukup tinggi. Metode penyelaman juga dilakukan secara tradisional dan dalam keadaan telanjang. Sayang sekali, kegiatan penyelaman ini makin berkurang apalagi sejak terjadi pemberontakan di awal tahun 1980 an.<br /><br /><strong>Australia Utara & Indonesia</strong><br /><br />Kawasan ini merupakan areal tempat hidup kerang mutiara. Sepanjang pantai utara Australia, ke utara di perairan Arafura, Indonesia (Dobo) dan ke arah timur melewati Selat Torres, selat yang memisahkan Australia dan pulau Papua. Titik-titik kumpulan kerang mutiara di daerah ini ditemukan sekitar pertengahan abad ke 19 sampai awal abad ke 20. Jenis kerang pada umumnya adalah <span style="font-style: italic;">Pinctada maxima</span>. Kawasan Dobo adalah kawasan terkenal sehingga mutiara yang dihasilkan dari daerah ini disebut mutiara Dobo. Sementara di kawasan Australia, beberapa titik merupakan areal kumpulan kerang mutiara yang banyak seperti di Shark Bay dan Thursday Island. Jumlah penyelam yang mati di kawasan ini termasuk tinggi, umumnya akibat serangan hiu.<br /><br />© 2007, N. Gustaf F. Mamangkey<br />sumber: <a href="http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2007/02/areal-kkumpulan-kerang-mutiara-di-dunia.html">http://mutiara-mutiara.blogspot.com/2007/02/areal-kkumpulan-kerang-mutiara-di-dunia.html</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-43226283623169626422009-12-04T11:41:00.000+08:002009-12-04T11:52:08.299+08:00Budidaya Mutiara Rakyat? Siapa Takut?Oleh N Gustaf F Mamangkey SPi MSc PhD<br />(Peneliti Kerang Mutiara; Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat)<br /><br />SEJAK booming mutiara dimulai di awal abad yang lalu, Jepang mendominasi produksi mutiara global. Dimotori Mikimoto sang pemegang paten produksi mutiara budidaya, pasar mutiara merambah Eropah dan Amerika yang terkenal angkuh dengan emas dan berliannya. Pasarpun berkembang merambah belahan dunia lain termasuk Asia. Walau dekat, Asia masuk belakangan mengingat kondisi ekonominya yang belum bangkit di masa revolusi.<br /><br />Pangsa pasar mutiara memang tak jauh dari kalangan bangsawan. Walau sempat juga merambah para dukun yang menggunakan mutiara sebagai bahan obat di abad mula-mula, namun toh tak melampaui posisi mutiara sebagai benda perhiasan di era selanjutnya. Kalangan bangsawanlah yang mengangkat nilai mutiara bersanding dengan bahan perhiasan kelas atas lainnya bahkan melebihinya.<br /><br />Selain sebagai perhiasan, nilai lebih mutiara adalah sebagai lambang kesetiaan dan kelembutan. Bahkan mutiara sempat berjaya di abad pertengahan sebelum ditemukannya gugusan deposit berlian di Brasil pada abad ke-17. Walaupun demikian, toh mutiara bangkit lagi di awal abad 20 setelah metode budidayanya ditemukan.<br /><br />Namun pangsa pasarpun akhirnya bergeser. Dunia pencinta perhiasan memaklumkan diri bahwa penguasa kerajaan bukanlah satu-satunya yang bisa mengklaim sebagai pengguna mutlak perhiasan mutiara. Kesetiaan bukan hanya ada di kalangan bangsawan saja. Kesetiaan ada di setiap nurani yang mengagungkannya! Dan, mutiara adalah lambangnya. Mungkin itulah yang memicu Mikimoto membawanya keluar Jepang. Keluar dari kurungan para nobleman.<br />Namun di balik glamour-nya ternyata mutiara banyak menyimpan rahasia budidayanya. Mengapa bisnis budidaya mutiara terlihat kurang sexy di kalangan masyarakat kecil Indonesia? Mengapa produksi mutiara sepertinya hanya buat pemodal besar sehingga mengaminkan pemeo: "hasil besar hanya untuk pemodal besar?"<br /><br />RISIKO BUDIDAYA TINGGI<br /><br />Pebisnis biasanya main aman. Hanya sedikit yang keluar dari lingkaran 'aman'. Walaupun potensial, mutiara dianggap memiliki risiko usaha yang tinggi. Di samping tidak menentunya kondisi laut sebagai salah satu masalah utama bagi pebudidaya di laut, budidaya mutiara juga memiliki risiko tak balik modal tinggi mulai dari masalah durasi usaha dan kesalahan penyisipan inti mutiara sampai pada pemanenannya. Dengan demikian usaha ini sering dijauhi the non risk-takers.<br /><br />Masalah khusus spesifik budidaya mutiara bisa dikategorikan dalam masalah budidaya, pemasaran dan kebijakan. Masalah budidaya mencakup: pertama, masalah yang diakibatkan kesalahan pada proses operasi yang bisa mengakibatkan kematian kerang massal dan rendahnya jumlah kerang yang menghasilkan mutiara. Kedua, adalah lamanya masa panen (sampai 2 tahun) yang mengakibatkan ongkos operasi yang tinggi tanpa pemasukan. Hal ini berlaku khusus untuk spesies yang umum dibudidayakan di Indonesia, Pinctada maxima.<br />Masalah pemasaran mutiara diwarnai dengan aksi kartel mutiara dunia yang memonopoli pembelian (dan sekaligus) mengontrol harga mutiara. Kondisi ini susah ditembus oleh rakyat kecil. Permainan tingkat tinggi ini telah dikondisikan sedemikian rupa sejak Jepang dijadikan dari pusat teknologi dan pemasaran mutiara. Walaupun kiblat pasar mutiara saat ini bergeser ke China namun tetap saja aksi monopoli tak tertepis. Hanya perusahaan besar atau mereka yang bernaung di bawah bendera perusahaan besar saja yang memiliki akses penjualan dengan harga 'layak'.<br /><br />Sedangkan masalah kebijakan adalah seperti kebijakan negara Jepang yang disebut Diamond Policy yang di antaranya mengakibatkan mahalnya operator penyisip inti mutiara karena dimonopoli orang Jepang. Kebijakan ini memang secara legal telah berakhir di era 1980-an namun pada prakteknya masih dijalankan banyak perusahaan budidaya mutiara negara ini, di dalam maupun di luar Jepang. Bila sang operator penyisip tak memiliki kemampuan yang memadai, kerugian akibat kesalahan penyisipan tak bisa dihindari. Sayang sekali, kerugian ini tak bisa segera diperbaiki mengingat waktu tunggu hasil yang lama.<br />SIAPA TAKUT?<br />Ketiga masalah spesifik budidaya mutiara di atas bukannya tanpa celah pemecahan. Masalah budidaya sepertinya terlalu ringan untuk dipecahkan. Pelatihan budidaya yang intensif dengan sistem magang atau penyuluhan dan pendampingan ahli dapat mengatasi masalah ini. Namun masalah pemasaran dan kebijakan yang berimplikasi pada ketersediaan penyisip inti handal yang lebih diperhitungkan. Perusahaan mutiara besar dunia yang berekspansi di Indonesia bisa dijadikan Bapak Asuh sebagai pemecahan masalah pemasaran. Kondisi ini tentu saja dibutuhkan campurtangan pemerintah sebagai fasilitator. Hal yang sama juga dilakukan untuk mengatasi kelangkaan penyisip inti mutiara. Beberapa perusahaan mutiara (umumnya selain milik Jepang) telah melakukan training penyisip mutiara.<br /><br />Sebuah profesi yang sangat mahal namun berisiko. Karena di tangan merekalah urat nadi bisnis ini. Cara lain mengatasi kelangkaan penyisip untuk skala usaha kecil adalah dengan berkongsi bersama untuk menyewa penyisip handal. Hal ini sudah dilakukan di beberapa negara Pasifik Selatan.<br />Bisnis mutiara rakyat bisa menjadi usaha rumah tangga. Koperasi yang sudah ada akan menjadi wahana pemersatu antar kelompok yang nantinya berimbas pada kokohnya bisnis ini. Peran koperasi akan menyentuh mulai dari suplai bibit, pemeliharaan, ketersediaan pasar bahkan sampai pada ketersediaan penyisip inti mutiara handal yang menjadi momok para pelaku bisnis ini. Usaha mutiara skala rumah tangga ini bukan tanpa bukti. Jepang dan China sudah membuktikannya! Mengapa Indonesia tidak?#<br /><br />sumber:<a href="http://mdopost.com/news2009/index.php?option=com_content&view=article&id=11203:budidaya-mutiara-rakyat-siapa-takut-&catid=36:opini&Itemid=66"> http://mdopost.com/news2009/index.php?option=com_content&view=article&id=11203:budidaya-mutiara-rakyat-siapa-takut-&catid=36:opini&Itemid=66</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-49780877457308090562009-12-04T11:37:00.000+08:002009-12-04T11:41:47.087+08:00Penangkaran Mutiara Teluk Terima - BaliSejak jaman dulu mutiara telah menjadi perhiasan yang banyak digrandrungi kaum wanita. Mutiara telah menjadi simbol kemewahan dan keanggunan wanita. Bagi sejumlah wanita di kalangan atas, mengenakan untaian kalung mutiara akan menambah rasa percaya diri jika tampil di muka publik. Mutiara memang memiliki daya pikat luar biasa.<br /><br />Di tingkat dunia, Indonesia dikenal sebagai penghasil mutiara kelas satu. Kualitas mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) hasil budidaya siput unggul belum tersaingi di pasaran dunia. Tersedianya lingkungan perairan yang jernih, berpasir, berterumbu karang, bebas dari pencemaran, serta sepi dari gangguan lalu lintas kapal dan alat-alat transportasi laut lainnya yang menggunakan bahan bakar minyak menjadi syarat utama untuk penangkaran maupun budidaya mutiara.<br /><br />Teluk Terima di kawasan Taman Nasional Bali Barat merupakan lokasi yang cukup potensial untuk penangkaran mutiara. Sejak tahun 1997 sebagian dari kawasan perairan di Teluk Terima telah dijadikan area penangkaran mutiara oleh PT. Disthi Kumala Bahari pemilik brand mutiara The Bali Pearl. Melalui program Educational Tourism Program yang dikembangkan PT. DKB, kawasan penangkaran mutiara ini kini menjadi salah satu alternatif kunjungan wisata menarik untuk mengenal mutiara secara lebih mendalam.<br /><br />Di kawasan ini pengunjung dapat menyaksikan setiap tahap penangkaran mutiara, mulai dari operasi penanaman nucleus ke dalam siput hingga masa panen yang berlangsung sekitar 1,5 – 2 tahun tergantung kondisi air laut. Kondisi air laut memang sangat berperan dalam pertumbuhan mutiara. Tidak ada treatment khusus yang dilakukan, semua sangat tergantung pada alam.<br /><br />Untuk menjaga kualitas mutiara, tindakan yang bisa dilakukan hanyala meminimalisir stress siput atau kerang. Kerang yang stress akan menghasilkan mutiara berbintik hitam. Semakin banyak bintik hitamnya, apalagi sampai membentuk ring, maka akan semakin rendah pula nilai mutiara tersebut. Cara paling sederhana yang dilakukan adalah dengan mencuci kerang setiap sepuluh hari sekali agar sirkulasi air lebih lancar. Demikian juga penanganan saat panen yang harus hati-hati. Saat meletakkan kerang tidak boleh dengan cara melempar, tetapi dengan cara meletakkannya pelan-pelan.<br /><br />Mengingat kawasan pengangkaran mutiara ini berada di area perairan yang terbuka, penjagaan kawasan ini pun dilakukan secara ketat. Selama 24 jam penuh patroli oleh polisi bersenjata dilakukan. Tujuannya tidak semata-mata untuk menghindari pencurian, tetapi juga menghalau para pencari ikan yang sering menggunakan sianida yang dapat membunuh bioata laut lainnya.<br /><br />Nah, jika Anda pecinta perhiasan mutiara, agendakan hari libur Anda untuk mengunjungi penangkaran mutiara di Teluk Terima Bali Barat.<br /><br />sumber: <a href="http://www.matatita.com/2009/01/penangkaran-mutiara-teluk-terima-bali.html">http://www.matatita.com/2009/01/penangkaran-mutiara-teluk-terima-bali.html</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-90338855885902977022009-12-04T11:36:00.000+08:002009-12-04T11:37:34.237+08:00Analisa Singkat Peluang dan Tantangan Budidaya Tiram Mutiara di Sumbawa<p align="center">Oleh : Dedi Syafikri<br />Magister Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan<br />Universitas Diponegoro</p><p>A. Peluang dan Manfaat</p><p>Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi 116" 42' sampai dengan 118" 22' Bujur Timur dan 8” 8' sampai dengan 9” 7' Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 Km2.<br />Berbicara mengenai potensi kelautan, dapat dikatakan bahwa kabupaten Sumbawa memiliki segalanya baik berupa sumberdaya yang dapat pulih (renewable-resourcer) berupa ikan, rumput laut, tiram mutiara, karang, lamun, mangrove bahkan sampai jenis mikroba laut. Sumberdaya yang tidak dapat pulih (unrenewable-resources) berupa minyak bumi, gas alam dan mineral lainnya yang terkandung di bawah dasar laut, energi kelautan (OTEC) serta jasa lingkungan berupa pariwisata dan transportasi pelayaran.<br />Kekayaan sumberdaya kelautan yang dimiliki Kabupaten Sumbawa saat ini kiranya sudah cukup menjadi suatu alasan untuk mulai merubah cara pandang pemerintah, masyarakat serta pelaku bisnis di wilayah tersebut, bahwasanya kesejahteraan masyarakat, kesetabilan politik dan pemerintahan yang didukung oleh kekuatan perekonomi yang kuat akan dapat diraih jika kita mampu memberdayakan segala potensi yang dimiliki daerah terutama potensi wilayah pesisir dan laut sebagai salah satu kekuatan ekonomi dan politik yang baru.<br />Selain mengembangkan sektor pariwisata dan perikanan tangkap pemerintah Kabupaten Sumbawa saat ini juga sedang mengalakkan sektor perikanan budidaya yang salah satunya adalah industri budidaya tiram mutiara yang memiliki potensi lahan budidaya seluas 5.700 Ha. Banyaknya teluk dan kualitas air yang relatif baik dan cenderung masih alami serta masih jauh dari unsur kontaminan sebagaimana yang terjadi di perairan Pulau Jawa memungkinkan perairan utara dan selatan Sumbawa memiliki peluang yang besar dalam pengembangan usaha budidaya tiram mutiara ini.<br />Menurut sumber data yang kami peroleh dari DKP setempat bahwa pada tahun 2005 potensi tersebut baru termanfaatkan sekitar 29,6% atau sekitar 1.688 Ha dengan total produksi sebesar 225,8 Kg. Tahun 2005 jumlah perusahaan swasta yang bergerak pada usaha budidaya mutiara di Kabupaten Sumbawa adalah sebanyak 18 perusahaan (seluruhnya perusahaan swasta) yang tersebar di 5 kecamatan diantaranya Kecamatan Alas, Labuhan Badas, Moyo Hilir, Lape Lopok dan Kecamatan Plampang dengan total investasi sebesar Rp. 17.356.409.000,-. Artinya jika dirata-ratakan maka masing-masing perusahaan menginvestasikan dana sebesar Rp.964.244.944,-. Pada tahun 2008 tingkat pemanfaatan area budidaya mutiara di kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan menjadi 1.950 Ha atau setara dengan 34% dari total potensi yang ada (5.700 Ha). Begitupula dengan jumlah produksinya juga meningkat dari 225,8 Kg menjadi 359,3 Kg. Namun lain halnya dengan jumlah perusahaan yang beroprasi justru mengalami penurunan yaitu menjadi 16 perusahaan yang sebelumnya tahun 2005 mencapai 18 perusahaan (Tabel 1). Hal yang menarik lainnya adalah bahwa saat ini pulau Bungin adalah salah satu penghasil bibit indukan mutiara terbaik di Indonesia.</p><p>Tabel 1. Jumlah Usaha Budidaya Mutiara dan Produksi Mutiara<br />di Rinci Per Kecamatan</p><span><p align="justify"> </p></span><table dir="ltr" border="1" cellpadding="7" cellspacing="1" width="470"><tbody><tr><td rowspan="2" valign="middle" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">No</p></span></span></td><td rowspan="2" valign="middle" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Kecamatan</p></span></span></td><td rowspan="2" valign="middle" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Potensi</p><p align="center">Luas </p><p align="center">( Ha )</p></span></span></td><td rowspan="2" valign="middle" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Jumlah </p><p align="center">Pengusaha</p></span></span></td><td colspan="2" valign="middle" width="25%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Pendayagunaan </p><p align="center">Tahun 2007</p></span></span></td><td rowspan="2" valign="middle" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Persentase </p><p align="center">Pemanfaatan </p><p align="center">( %)</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="10%" height="51"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Luas </p><p align="center">( Ha )</p></span></span></td><td valign="middle" width="14%" height="51"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Produksi</p><p align="center">( Kg )</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Lunyuk</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Alas</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">200</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">117</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">10.2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">59</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">3</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Alas Barat</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1000</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">315</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">56.2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">32</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Buer</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">5</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Utan</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">800</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">602</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">93.5</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">75</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">6</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Rhee</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">400</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">237</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">44.4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">59</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">7</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Batu Lanteh</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">8</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Sumbawa</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">9</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Untir Iwis</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">10</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Lab. Badas</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">500</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">80</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">26.4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">16</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">11</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Moyo Hilir</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">500</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">80</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">18.8</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">16</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">12</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Moyo Utara</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">300</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">13</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Moyo Hulu</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">14</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Ropang</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">15</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Lape /Lopok</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">500</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">239</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">45.4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">48</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">16</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Maronge</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">17</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Plampang</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">700</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">159</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">33.8</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">23</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">18</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Labangka</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">300</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">121</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">30.6</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">40</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">19</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Empang</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">20</p></span></span></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p>Tarano</p></span></span></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">500</p></span></span></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> -</p></span></span></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">- </p></span></span></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">-</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="7%" height="17"><br /></td><td valign="bottom" width="20%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Jumlah</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="12%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">5700</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="17%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">16</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="10%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">1950</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="14%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">359.3</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="19%" height="17"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">34</p></span></span></strong></td></tr></tbody></table><span><p align="center"> </p><strong><span style="font-size:85%;"><p>Sumber : Seksi Budidaya Dislutkan 2008</p></span></strong><p align="justify"> </p><p align="justify">Jika kita merujuk pada analisa keuangan mengenai besarnya nilai investasi yang dijadikan sebagai dasar oleh Bank Indonesia dalam pemberian bantuan modal dalam bidang usaha budidaya mutiara di Indonesia (Tabel 2) dan biaya oprasional budidaya (tabel 3) maka kita dapat memperkirakan besarnya keuntungan yang didapat baik oleh pihak pembudidaya/investor maupun pemerintah daerah dalam hal ini pemkab Sumbawa.</p></span><strong><span style="font-size:100%;"><span><p>Tabel 2. Investasi Budidaya Tiram Mutiara</p></span></span></strong><table dir="ltr" border="1" cellpadding="0" cellspacing="1" width="431"><tbody><tr><td bg valign="middle" width="44%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Jenis Investasi</p></span></span></strong></td><td bg valign="middle" width="24%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Nilai (Rp)</p></span></span></strong></td><td bg valign="middle" width="31%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">Penyusutan (Rp)</p></span></span></strong></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Perijinan</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">25.000.000</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"> </td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Sewa tanah</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">75.000.000</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">15.000.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Kontruksi tambak</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">59.700.000</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">16.500.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Peralatan Budidaya Mutiara</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">110.100.000</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">22.260.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Bangunan</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">156.000.000</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">31.200.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Jumlah</p></span></span></strong></td><td valign="middle" width="24%"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">425.800.000</p></span></span></strong></td><td valign="middle" width="31%"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">84.960.000</p></span></span></strong></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Sumber dana investasi:</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"> </td><td valign="middle" width="31%"> </td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>a. Kredit</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">70 %</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">298.060.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="middle" width="44%"><span style="font-size:85%;"><span><p>b. Dana sendiri</p></span></span></td><td valign="middle" width="24%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">30 %</p></span></span></td><td valign="middle" width="31%"><span style="font-size:85%;"><span><p align="center">127.740.000</p></span></span></td></tr></tbody></table><strong></strong><strong></strong><strong><span style="font-size:85%;"><span><p align="center"> </p><p>Sumber : <span>http://www.bi.go.id/sipuk/id</span></p></span></span></strong><span><p align="justify"> </p><strong><span style="font-size:100%;">Tabel <span>3</span><span>. Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara<br /></span></span></strong></span><table dir="ltr" border="1" cellpadding="0" cellspacing="1" width="433"><tbody><tr><td bg valign="bottom" width="9%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>No</p></span></span></strong></td><td bg valign="bottom" width="69%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Jenis Biaya</p></span></span></strong></td><td bg width="22%" style="color:#d9d9d9;"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Nilai</p></span></span></strong></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>1</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya pembelian spat dan nukleus</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>52.500.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>2</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya tenaga kerja tetap</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>450.000.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>3</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya tenaga kerja tidak tetap</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>82.125.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>4</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya tenaga keamanan</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>648.000.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>5</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya bola lampu sorot</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>1.500.000</p></span></span></td></tr><tr><td valign="bottom" width="9%"><span style="font-size:85%;"><span><p>6</p></span></span></td><td valign="bottom" width="69%"><span style="font-size:85%;"><span><p>Biaya Operasional dan lain-lain</p></span></span></td><td valign="bottom" width="22%"><span style="font-size:85%;"><span><p>268.406.250</p></span></span></td></tr><tr><td colspan="2" valign="middle" width="78%"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Jumlah</p></span></span></strong></td><td valign="bottom" width="22%"><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>1.502.531.250</p></span></span></strong></td></tr></tbody></table><strong></strong><strong></strong><strong><span style="font-size:85%;"><span><p>Sumber : <span>http://www.bi.go.id/sipuk/id</span></p><p>Biasanya dalam satu siklus atau periode budidaya tiram mutiara berlansung selama 5 tahun dan baru dapat berproduksi mulai pada tahun ke-3, sebab mutiara baru dapat dioprasi (proses penyuntikan/pemasukan nucleus/inti mutiara) setelah tiram tersebut berumur 1,5-2 tahun atau pada ukuran 9-10 cm. Sebagai patokan untuk perusahaan budidaya tiram mutiara bersekala kecil dan menengah dengan besaran rata-rata investasi dan biaya oprasional sebagaimana tertera pada Tabel 1 dan 2 di atas, kemudian kapasitas oprasi sebanyak 5.000 tiram mutiara, dengan menghitung angka/tingkat kegagalan sebesar 50% dan harga rata-rata mutiara 400.000 per gram maka akan diperoleh keuntungan Rp.1.750.000.000 per tahunnya atau 5,25M selama 1 periode budidaya (5 Th) dengan 3 kali masa produksi (<a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id">http://www.bi.go.id/sipuk/id</a>). Padahal rarata-rata perusahaan mutiara membutuhkan setidaknya 10.000-30.000 tiram untuk di budidayakan. Artinya keuntungan bisa saja di tingkatkan menjadi 2 sampai dengan 6 kalinya untuk setiap perusahaan.<br />Sementara itu keuntungan yang bisa didapatkan oleh daerah dalam hal ini Kabupaten Sumbawa dapat di golongkan ke dalam 2 aspek yaitu : </p></span></span></strong><p>a. Pertama aspek ekonomi,<br />Keberadaan industri budidaya mutiara ini akan membuka lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mampu menekan angka pengangguran sekaligus menambah jumlah pendapatan penduduk khususnya masyarakat di sekitar lokasi budidaya tersebut, bertambahnya sumber pendapan asli daerah (PAD) yang diperoleh dari nilai investasi, perijinan, pajak dan retrebusi serta bertambahnya jenis komuditas asli daerah. Salah satu sifat dari industri di sektor kelautan dan perikanan adalah bahwasanya industri ini memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnnya. Untuk itu keberadaan industri budidaya tiram mutiara ini juga akan menggerakkan sektor industri lain yang ada di Sumbawa sehingga akan memacu pertumbuhan dan perputaran roda perekonomian di daerah tersebut.</p><p>b. Kedua aspek social<br />Perkembangan usaha budidaya tiram mutiara di Kabupaten Sumbawa memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat di sekitar lokasi budidaya. Keuntungan yang diperoleh diantaranya adalah kesempatan kerja yang tersedia dan peningkatan kesejahteraan. Keberadaan usaha budidaya tiram mutiara juga akan membuka wawasan, meningkatkan gairah dan sifat kewirausahaan masyarakat dalam usaha dibidang perikanan dan kelautan sebagai suatu alternative baru dalam membangun kekuatan ekonomi masyarakat dan daerah, serta memberi pandangan baru sekaligus pengaruh pada kultur dan kebiasaan sebagian besar masyarakat Sumbawa yang selama ini perekonomiannya banyak bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan dan peternakan. </p><p><br />B. Tantangan</p><p>Jika kita melihat sepintas besarnya nilai keuntungan yang bisa didapatkan melalui usaha budidaya tiram mutiara ini memang sangat menggiurkan, namun dibalik keuntungan yang besar tersebut terdapat berbagai macam tantangan yang memang harus kita hadapi sebagai seorang pembudidaya ataupun investor yang mungkin saja bisa berubah menjadi hambatan dan ancaman keberhasilan usaha budidaya tersebut.<br />Setidaknya ada 3 aspek pokok yang sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan usaha budidaya ini diantaranya; </p><p>1. Aspek Kebutuhan Modal Usaha<br />Modal merupakan hal yang sangat pokok dalam kita melakukan suatu usaha terlebih usaha yang mengandung beban resiko yang relative tinggi sebagaimana halnya budidaya tiram mutiara. Dalam usaha ini setidaknya pengusaha ataupun investor harus menyediakan dana sekitar 750 juta sampai dengan 1 Miliar untuk dapat mengelola sebanyak 10.000 tiram yang akan dibudidayakan. Jumlah ini memang tergolong besar terlebih lagi jika dilakukan oleh nelayan atau masyarakat pesisir yang ada di sepanjang pantai utara dan selatan kabupaten Sumbawa.</p><p>2. Aspek Pemasaran</p><p>a. Penawaran<br />Jumlah produksi mutiara untuk setiap musim panen, tidak terdata dan terdokumentasi dengan baik. Hal ini dikarenakan panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Selain itu lamanya rentang waktu yang dibutuhkan dari proses pembesaran sampai pada tahap penyuntikan yaitu kurang lebih 1,5 s/d 2 tahun mengakibatkan tiram mutiara tersebut baru dapat dipanen untuk pertama kalinya pada tahun ke-3. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah, sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu di budidayakan. Hal ini saya rasa terjadi tidak hanya di Sumbawa ataupun NTB namun berlaku di seluruh daerah yang memiliki potensi pemanfaatan budidaya tiram mutiara di Indonesia. Hal ini sepertinya sudah menjadi sebuah sindikat penjualan mutiara sehingga agak sulit bagi kita untuk mendata berapa jumlah hasil produksi ataupun kemana produksi itu di pasarkan. Sebagaimana yang terjadi di beberapa perusahaan yang ada di Indonesia, terutama di NTB yang menjadi sentra mutiara nasional. </p><p>b. Harga<br />Harga mutiara sangat fluktuatif tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang dihasilkan. semakin baik kualitasnya maka harganyapun semakin tinggi. Untuk jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Bahkan dalam situs <a href="http://www.balipos.com/">www.balipos.com</a> menyebutkan harga jual mutiara kualitas baik berkisar antara 100 sampai dengan 200 US$. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20. Selain itu harga mutiara juga sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika. </p><p>c. Pemasaran<br />Secara umum, kegiatan pemasaran hasil budidaya tiram mutiara ini hampir tidak menemui kendala yang berarti mengingat sistem pemasaran yang selama ini terjadi adalah dimana pembeli baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri biasanya menjadi pelanggan tetap dan siap menampung atau menerima mutiara hasil produksi ansalkan sesuai dengan kualitas yang di tetapkan. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, baik dalam ataupun luar negeri terutama Jepang, Amerika dan Eropa. </p><p>3. Asspek Produksi</p><p>a. Teknologi<br />Untuk menghasilkan kualitas mutiara yang baik, maka penggunaan atau penerapan teknologi menjadi suatu hal yang wajib diperhatikan. Memang saat ini di Indonesia terlebih lagi para pembudidaya di Sumbawa penggunaan teknologi dalam bidang budidaya tiram mutiara masih tergolong sederhana jika dibandingkan di Negara lain misalnya Jepang dan Australia. Dalam budidaya ini biasanya pembudidaya menggabungkan teknologi sederhana dan juga moderen. Teknologi sederhana biasanya diterapkan pada peralatan, perlengkapan lapangan misalnya keramba apung dan metode long line. Sementara teknologi moderen dapat kita lihat pada jenis peralatan dan teknik-teknik yang di gunakan di laboratorium khususnya peralatan dan perlengkapan penyuntikan (oprasi).</p><p><br />b. Tenaga Kerja<br />Salah satu hal pokok yang menentukan baik buruknya kualitas biji mutiara yang dihasilkan adalah penggunaan teknik dan cara penyuntikan nucleus (inti) dari mutiara itu sendiri. Untuk itu biasanya dalam proses penyuntikan ini dilakukan oleh tenaga professional yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di bidang tersebut. Sampai saat ini sebagian besar tenaga penyuntikan yang ada berasal dari luar negeri biasanya Jepang dan Australia. Sedangkan untuk tenaga oprasional lapangan dan keamanan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja local.</p><p>c. Kendala Produksi<br />Masalah klasic dalam budidaya tiram mutiara adalah hasil panennya yang tidak seragam, bentuk, warna dan ukurannya sangat bervariatif ada yang bulat, oval, kuning keemasan, keperakan, ada yang besar dan adapula yang kecil. Selain itu masalah diluar teknis yang sering kali merugikan atau bahkan mengakibatkan perusahaan gulung tikar adalah pencurian. Contoh kasus bangkrutnya perusahaan mutiara di Labuhan Padi kecamatan Utan.</p><p> </p><p>C. Masalah Dan Ancaman</p><p>Dalam usaha budidaya tiram mutiara ini selain membutuhkan modal usaha dan prospek keuntungan yang besar, terynata masih menyimpan masalah dan juga ancaman yang besar pula yang sampai saat ini masih belum dapat ditangani dan dipecahkan dengan baik. </p><p>a. Pencurian dan Prampokan<br />Indahnya Kilauan mutiara serta besarnya keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha ini ternyata sebanding dengan resiko yang harus dihadapi oleh para pembudidaya. Harganya yang mahal dan lokasi budidayanya yang relative terbuka mengakibatkan usaha ini sangat rentan terhadap pencurian dan perampokan, terlebih lagi jika system pengamanan yang diterapkan masih sangat sederhana. Selama ini kasus pencurian dan perampokan inilah yang menjadi penyebab utama kebangkrutan beberapa perusahaan mutiara yang beroprasi di kabupaten Sumbawa, sebagaimana contoh kasus yang menimpa salah satu perusahaan mutiara yang ada di Labuhan Padi Kec. Utan Sumbawa. Masalah ini pula yang menjadi ancaman serius begi kebrlansungan usaha budidaya tiram mutiara di kabupaten Sumbawa dan jika masalah ini tidak segera di atasi maka cepat atau lambat dipastikan usaha atau industri budidaya tiram mutiara di Sumbawa dan juga NTB umumnya akan musnah.</p><p>b. Standar Kualitas dan Mutu Mutiara<br />Belum jelasnya standart kualitas mutiara itu sendiri, dengan kata lain patokan standar dalam menentukan kualitas mutiara belum jelas. Masing-masing perusahaan penghasil mutiara memiliki standar kualitas yang berbeda, begitupula dengan para pembeli (konsumen). Penentuan kualitas mutiara ini tergolong sangan subjektif karma masih tergantung pada individu baik itu perusahaan penghasil maupun para pembeli. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh pada standar nilai jual dari mutiara itu sendiri.</p><p>c. Harga Mutiara yang Fluktuatif<br />Harga mutiara yang stara atau bahkan jauh melebihi harga jual emas ternyata selama ini belum memiliki sertifikat dan kartu tanda asal (KTA). Hal ini tentunya akan sedikit menyulitkan terutama bagi para konsumen dan kolektor yang ingin memperdagangkan kembali mutiara tersebut. Maka seringkali timbul pertanyaan mengenai kemurnian, kualitas dan dari mana mutiara tersebut berasal. Padahal pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat menentukan harga dari sebutir mutiara. Bahkan bila ditijau dari segi keamananpun sang pemilik mutiara kadang tidak memiliki bukti otentik yang menguatkan dari barang kepemilikannya manakala barang tersebut berpindah tangan. </p><p>d. Aspek Ekologi Lingkungan<br />Proses penangkapan ikan yang tidak bersahabat dan mencemari lingkungan perairan misalnya penggunaan bahan peledak dan beracun oleh para nelayan setempat akan mengakibatkan rusak dan tercemarnya ekosistem perairan yang pada akhirnya akan memberi pengaruh baik secara morfologi, fisiologi serta reproduksi dari tiram mutiara yang dibudidayakan di wilayah perairan tersebut. Dampaknya tentu pada kualitas dan juga kuantitas dari mutiara yang dihasilkan, bahkan lebih jauh lagi sampai pata taraf kematian masal. Selain itu perairan yang sudah tercemar tentunya tidak dapat digunakan untuk lokasi budidaya dan membutuhkan waktu yang relative lama untuk bisa merecovery diri sehingga perairan tersebut dapat digunakan lagi. Masalah lain yang mungkin akan timbul adalah jika pemanfaatan bibit atau benih indukan mutiara semata-mata mengandalkan atau berasal dari alam tanpa adanya upaya pembibitan dan konservasi, maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan stock spesies tiram mutiara (Pinctada maxima) di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekologis biota dan ekosistem perairan.</p><p>e. Keterbatasan dalam Mengakses Data<br />Sifat tertutup, tidak kooperatif dan tidak adanya tranparansi dari pihak pembudidaya atas hasil produksi, jumlah penjualan dan data-data lainnya kepada pemerintah setempat menambah panjang daftar permasalahan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan usaha ini. Akibatnya pemerintah sulit melakukan control, bimbingan, pengawasan dan kerjasama dengan pihak pembudidaya. Pemerintah juga sulit memprediksi besarnya nilai pajak dan retrebusi yang menjadi hak atau pendapatan daerah. Selain itu pemerintah akan mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan dan maju mundurnya usaha budidaya sehingga pada akhirnya berdampak pada bentuk kebijakan yang dihasilkan yang nantinya akan berpengaruh pada aktivitas usaha budidaya tersebut. Aktifitas budidaya mutiara di Sumbawa sudah berjalan cukup lama, namun karena keterbatasan data dan informasi dari pihak pembudidaya maka besaran kontribusi dari sector ini yang dapat disumbangkan dan dirasakan manfaatnya oleh daerah baik secara lansung ataupun tidak belum dapat teridentifikasi, terukur, dan terhitung dengan jelas, misalnya berapa pendapatan daerah yang diperoleh dari pajak, perijinan dan retrebusi tiap taunnya, termasuk berapa besar pengaruhnya pada tingkat kesejahteraan masyarakat Sumbawa khususnya yang berdomisili di sekitar area budidaya tersebut.</p><p> </p><p>D. Penutup</p><p>Dengan melihat ketersediaan potensi lahan dan lingkungan, bididaya tiram mutiara di kabupaten Sumbawa sangat layak untuk dikembangkan dan berpotensi besar untuk dapat menjadi sumber pertumbuhan dan kekuatan ekonomi yang baru bagi daerah dan juga masyarakat Sumbawa yang selama ini terfokuskan pada usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Untuk itu dibutuhkan perhatian khusus dari semua pihak khususnya pemerintah setempat untuk dapat menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan pihak investor atau pembudidaya, masyarakat dan juga akademisi guna mencari jalan keluar dari berbagai macam ancaman dan permasalahan yang ada sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif.<br />Untuk masa yang akan datang, budidaya mutiara ini sangat prospektif, karena permintaan produk mutiara baik dari dalam maupun luar negeri, terutama Jepang, Amerika dan negara Eropa bersifat tidak terbatas. Untuk mengakomodir permintaan pasar tersebut selain memanfaatkan sisa potensi lahan yang masih belum termanfaatkan secara optimal, juga perlu dilakukan modifikasi dan juga penerapan IPTEK dalam hal ini bioteknologi mutakhir agar dapat diperoleh keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas mutiara hasil budidaya dan mengurangi risiko kegagalan panen. </p><p>Demikian uraian ini mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membutuhkan.</p><p>sumber: <a href="http://www.sumbawanews.com/berita/opini/analisa-singkat-peluang-dan-tantangan-budidaya-tiram-mutiara-di-sumbawa.html">http://www.sumbawanews.com/berita/opini/analisa-singkat-peluang-dan-tantangan-budidaya-tiram-mutiara-di-sumbawa.html</a><br /></p>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-40253325252430824952009-12-04T11:13:00.001+08:002009-12-04T11:23:30.463+08:00" Mutiara Palsu Dari Lombok" Detik News Oleh Kris Fathoni W<p> Dikolom berita Detik News diulas tentang "Mutiara Palsu " dari lombok Seperti di link<a href="http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/11/tgl/10/time/082511/idnews/706325/idkanal/10"> </a><a target="_blank" href="http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/11/tgl/10/time/082511/idnews/706325/idkanal/10">ini </a>, Tanggapan saya sipenulis hanya memberitakan pendapat pribadi seorang pemandu wisata yang mengatakan bahwa mutiara yang dijual oleh pedagang "asongan" dipantai senggigi adalah mutiara palsu seperti yang dituduhkan oleh pemandu wisata tersebut tanpa meminta pendapat orang yang menguasai bidangnya. dalam hal ini mutiara.<br />Pengetahuan dasar tentang mutiara ada dua jenis mutiara yang membedakan yaitu Mutiara Airtawar dan Air Asin (Laut) dari nama jenis tersebut dapat kita ketahui bahwa mutiara itu dihasilkan oleh kerang yang hidupnya di Air yang berbeda dan juga jenis kerangnya pun berbeda.<br />Mutiara air laut juga mempunyai perbedaan jenis kerang dan asal kerang misalnya<br /></p><ol><li>Akoya Pearl dihasilkan oleh jenis kerang Akoya <span style="font-style: italic;">(Pinctada Fucata Martensii)</span> Jepang yang pertama membudidayakan jenis kerang ini namun sekarang negara seperti China, Korea, Srilangka juga membudidaya jenis kerang tersebut.dan mutiara yang dihasilkan oleh kerang ini tidak bisa besar karena ukuran kerang kecil sehingga "gonad" kelenjar reproduksi kerang dimana neclues atau inti mutiara ditanam yang akhirnya menghasilkan mutiara.<br /></li><li>South Sea Pearl mutiara yang dibudidayakan dilaut selatan dari spesies kerang laut selatan <span style="font-style: italic;">(Pinctada maxima) </span>varian spesies kerang ini pun banyak seperti <span style="font-style: italic;">Pinctada Margaritiera</span> sejenis kerang laut selatan <span style="font-style: italic;">(Pinctada maxima) </span>namun mempunyai warna bibir kerang hitam atau black lipped yang menghasilkan mutiara hitam yang terkenal dengan Black Tahitian Pearl dan konon jenis kerang black lipped ini hanya bisa hidup di air dengan PH tertentu seperti ditahiti , sedangkan yang menghasilkan warna selain hitam dikatakanWhite-lipped oysters , ada juga Yellow lipped oyster yang menghasilkan mutiara keemasan "gloden south sea pearl". ada juga Rainbow-lipped oyster <span style="font-style: italic;">(Pteria Sterna) , </span>begitu banyak varian kerang ini sehingga memperkaya warna mutiara laut yang ada sekarang. Mutiara yang dihasilkan kerang ini bisa mencapai 20mm lebih karena memang jenis kerang ini lebih besar fisiknya dibanding dengan kerang Akoya sehingga gonad nya pun besar dan mutiara yang bisa dihasilkan pun besar.</li><li>dan ada beberapa jenis mutiara atau istilah yang kurang dikenal seperti :<span style="font-style: italic;"></span></li></ol><ul><li><span style="font-style: italic;">conch pearls </span>yaitu mutiara dari siput (bukan kerang) laut (<i>Strombus gigas</i>) dan jarang sekali keberadaan mutiara ini dan belum bisa dibudidayakan mungkin dari 50,000 siput hanya ada satu yang ada mutiaranya. </li></ul><ul><li><i>Keshi Pearls </i>yaitu mutiara yang dihasilkan dari proses budidaya mutiara baik itu tawar atau asin , jadi pada saat panen mutiara budidaya kadang ada butiran-butiaran kecil mutiara yang bentuknya tidak beraturan dan mempunyai warna yang mengilap dan mutiara tersebut tidak mempunyai inti mutiara sehingga bentuknya tidak beraturan</li><li><span style="font-style: italic;">Mabe Pearl</span> mutiara setengah bulat yang menempel kulit mutiara (penjelasan lebih lengkap ada dikolom berita yang lain )</li><li>Dan banyak macam mutiara seperti Biwa Pearl, Melo Pearl dll.</li></ul>Sementara Mutiara airtawar atau Freshwater Pearl adalah mutiara yang dibudidayakan di Air tawar seperti Sungai dan Danau yang dikembangkan adalah kerang air tawar <i>margaritifera</i> ( masih banyak lagi jenis kerang air tawar lainya )dan mumpunyai variasi warna yang lebih banyak dari mutiara laut, mutiara air tawar tidak memiliki inti mutiara sehingga bentuk umum mutiara ini tidak bulat atau jarang sekali yang bulat , dan dalam satu cangkang kerang bisa ditanam potongan "mantle tisue" jaringan tubuh kerang tersebut yang akan menghasilkan atau menjadi butiran mutiara , saat sekarang ini mutiara air tawar dibudidayakan secara besar-besaran oleh <span style="font-weight: bold;">China </span>sehingga produksi mutiara tawar sangat banyak dan mengakibatkan harga mutiara tersebut sangatlah murah dibanding mutiara laut selain masing masing mutiara mempunyai karakter yang berbeda sehingga masing masing juga mempunyai nilai yang berbeda pula.<br /><br />Kerang palsu yang dibuat dari kulit kerang memang ada dan biasaya didalam penyebutanya juga disebutkan asal jenis kerang tersebut seperti mutiara buatan dari kulit kerang <span style="font-style: italic;">(Pinctada maxima) </span>akan disebut dengan<span style="font-style: italic;"> </span>" South Sea <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Shell </span>Pearl " coba anda cari di search engine dengan kata kunci tersebut maka akan ada dapati ribuan site yang kata tsb. dan setahu saya mutiara tersebut tidak ada beredar dilombok.<br /><br />memang jenis kecurangan yang terjadi dikalangan pedagang mutiara dilombok juga ada seperti misalnya memberi warna mutiara dengan dicelupkan di zat pewarna namun menurut saya hal itu mudah untuk membedakan mana mutiara hasil celupan dan mana yang tidak atau kalau mutiara laut biasanya dengan mengosoknya sehingga kelihatan mulus dll.<br /><br />Kembali lagi tentang tuduhan yang dimuat beritanya oleh saudara Kris Fathoni diweb detikNews bahwa pedagang asogan dipantai senggigi lombok yang menjual mutiara palsu , setahu saya kebanyakan mereka jual adalah mutiara tawar atau fresh water pearl , dan kalau mutiara tersebut dikatakan palsu oleh pemandu wisata yang menginformasikan kepada penulis berita tersebut maka saran saya sebelum menjadi pemandu wisata ya baiknya banyak-banyak dulu lah belajar dari pada memberikan informasi yang menyesatkan dan bagi sipenulisnya sebelum menulis berita alangkah baiknya mencari narasumber yang lebih memahami tentang topik tulisan dari pada hanya sekedar menulis saja<br /><br /><a href="http://www.toko-mutiara.com/">-----Nugroho-----</a><br />sumber: <a href="http://www.toko-mutiara.com/news/8/Mutiara-Palsu-Dari-Lombok-Detik-News-Oleh-Kris-Fathoni-W">http://www.toko-mutiara.com/news/8/Mutiara-Palsu-Dari-Lombok-Detik-News-Oleh-Kris-Fathoni-W</a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-22453282855470218572009-12-04T11:12:00.000+08:002009-12-04T11:13:39.634+08:00MENGENAL MUTIARA, Perhiasan Para Bangsawan<div id="primary"> <div class="entry"> <div class="post-meta"> <h1 class="post-title" id="post-233">MENGENAL MUTIARA, Perhiasan Para Bangsawan</h1> <p class="post-metadata">Desember 31, 2007 in <a href="http://id.wordpress.com/tag/umum/" title="Lihat seluruh tulisan dalam umum" rel="category tag">umum</a> </p> </div> <div class="post-content"> <div class="snap_preview"><p>23/03/06 – Lain-lain: Artikel<br /><big><br /></big></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Karena ketinggian nilainya, mutiara tersebut dalam berbagai kitab suci dan digunakan untuk mengungkapkan suatu kemuliaan atau hadiah tak temilai atas perbuatan baik. Begitu pula dalam sejarahnya, mutiara dulunya hanya digunakan oleh kaum bangsawan sebagai simbol kekuasaan, kekayaan dan keanggunan. Hingga sekarang, perhiasan anggota kerajaan Inggris pada acara resmi adalah mutiara.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Kini mutiara masih digunakan sebagai simbol keanggunan dan kekayaan, dan pemakainya tidak terbatas hanya di kalangan kaum bangsawan tetapi sudah merambah sampai ke masyarakat umum.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Pada dasarnya mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan hasil budidaya. Dalam proses pembentukan mutiara diperlukan zat pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaringan/tisu yang dimasukkan ke dalam kerang-kerangan seperti <i>oyster/mollusk. </i>Sebagai upaya perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan tersebut akan melapisi zat pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan nacre yang pada akhirnya akan menghasilkan mutiara. Untuk menghasilkan mutiara budidaya, zat pengganggu yang dimaksud secara sengaja dimasukkan ke dalam kerang-kerangan melalui proses pembedahan.</span><span id="more-233"></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Mutiara alami saat ini sudah mulai jarang ditemukan sehingga harganya sangat mahal. Jenis yang sering diperdagangkan adalah mutiara hasil budidaya seperti mutiara <i>Akoya,</i> mutiara <i>Tahiti, South Sea Pearl </i>dan mutiara air tawar yang banyak terdapat di Jepang dan Cina.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Selain mutiara hasil budidaya, saat ini pun sudah banyak pula dijumpai mutiara imitasi yang benar-benar merupakan hasil buatan tangan manusia yang dibuat dari keramik, kulit/kerang, gelas/kaca atau bahkan plastik. Mutiara imitasi bukan termasuk jenis mutiara, tetapi karena teknik pembuatan pabrikasi saat ini sudah begitu maju, sehingga kadang terlihat sempurna seperti mutiara asli. Salah satu cara termudah untuk membedakan mutiara imitasi dengan mutiara asli adalah dengan menggesekkan mutiara tersebut ke ujung gigi. Apabila terasa lembut, maka dipastikan itu adalah mutiara imitasi. Sementara apabila ketika digesekkan terasa berpasir, bahkan kadang terasa ngilu, maka itulah mutiara asli karena berkaitan dengan keberadaan lapisan nacre.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b>PENENTUAN KUALITAS/MUTU MUTIARA ALAMI DAN BUATAN :</b></span></p> <div align="justify"> <ol><li><b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> KILAUAN</span></b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><br />Kilauan merupakan faktor terpenting dalam penentuan kualitas suatu mutiara. Kilauan merupakan kemampuan mutiara untuk memantulkan kembali sinar yang mengenai permukaan mutiara. Kilauan muncul sebagai perpaduan dari 2 hal yaitu <i>brilliance</i>/kejernihan (cara permukaan memantulkan cahaya) dan<i> inner glow </i>(pantulan cahaya dari dalam). Derajat kilauan suatu mutiara ini berkaitan dengan keberadaan lapisan nacre, yang merupakan kandungan alamiah yang dikeluarkan kerang mutiara di dalam melindungi inti. Semakin tebal nacre yang dihasilkan, maka mutiara yang dihasilkan akan lebih berkilau. Tingkatan dalam penilaian kilauan mutiara adalah : tinggi, sedang, dan rendah. </span><p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Mutiara dengan kilauan yang tinggi akan menghasilkan kilauan yang terang dan mempunyai pancaran cahaya yang kuat sehingga dapat memantulkan obyek didekatnya dengan jelas. Biasanya mutiara dengan derajat kilauan yang tinggi memiliki lapisan nacre yang tebal, namun bukan berarti bahwa nacre tebal pasti memiliki kilauan yang terang. Hal ini terjadi akibat ketidaksempurnaan genetik pada beberapa oyster yang tidak memungkinkan dapat membentuk nacre yang sempurna. Sementara untuk mutiara dengan kualitas kilauan yang rendah, biasanya tampak terlalu pucat atau terlalu suram atau terlalu berkapur, dan biasanya hanya memiliki nacre yang cenderung tipis.<br /></span> </p></li><li><b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> PERMUKAAN</span></b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><br />Kondisi permukaan mutiara merupakan faktor kedua dalam menilai kualitas suatu mutiara. Dalam pembentukan mutiara, lapisan nacre yang dihasilkan oleh kekerangan tidak selalu melekat dengan lembut. Kadang-kadang dalam prosesnya timbul noda dan gelembung yang tampak pada permukaan mutiara. Kondisi permukaan mutiara ini biasanya dinilai dalam tingkatan bersih mulus hingga cacat. Semakin mulus kondisi permukaan mutiara, maka semakin tinggi kualitasnya. </span><p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Mutiara yang bersih berarti tidak ada noda, tonjolan, lubang, retakan, bulatan atau kerutan di permukaannya dan sebaliknya. Cacat pada permukaan mutiara terbagi atas <i>damaging</i> (cacat yang bersifat merusak dan cenderung meluas seperti retak dan sumbing) dan<i> non-damaging</i> (cacat yang tidak merusak, seperti noda, tonjolan, lubang, bulatan dan kerutan).<br /></span> </p></li><li><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> <b>BENTUK</b><br />Berdasarkan bentuknya, mutiara dikelompokkan menjadi 8 kategori yaitu: <i>round </i>(bulat),<i> drop</i> (tetesan), <i>button</i> (kancing), <i>oval, semi-round</i> (semi bulat), <i>circle/ring</i> (lingkaran),<i> baroque </i>(tidak beraturan) dan <i>semi-baroque</i>. Secara umum, semakin bulat bentuk suatu mutiara, maka semakin tinggi nilainya. Namun mutiara berbentuk bulat sempurna sangat jarang ditemui. Dengan keunikannya, kadangkala mutiara berbentuk baroque juga dapat senilai dan setingkat dengan mutiara bulat.<br /></span></li><li><b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> WARNA</span></b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><br />Secara umum warna suatu mutiara juga mcrupakan warna badan mutiara sehingga warna mutiara sangat ditentukan oleh jenis kerangnya. Warna setiap mutiara sangat khas seperti putih, krem, kuning, mcrah muda, perak atau hitam. Meski demikian, suatu mutiara juga mempunyai warna sekunder atau <i>overtone</i>, yang terlihat sebagai pantulan warna lain yang terlihat dari mulai yang sedang, sangat tipis atau sangat kuat pada permukaan mutiara. Sebagai contoh, suatu mutiara yang mempunyai warna khas putih, pada saat diuji warna secara lebih detail, terdapat warna tambahan metah muda yang cukup nyata. </span><p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Mutiara budidaya laut biasanya tampil dengan susunan warna yang lebih menarik, yaitu keseluruhan spektrum dari putih ke hitam dengan pantulan warna-warna lain diantaranya.<br /></span> </p></li><li><b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> UKURAN</span></b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><br />Ukuran mutiara adalah diameter besarnya mutiara, yang diukur dalam satuan milimeter. Kisaran ukuran mutiara adalah dari 1 mm sampai lebih dari 20 mm. Besaran ukuran ini sangat tergantung pada jenis mutiaranya. Ukuran yang paling umum diperdagangkan adalah 7 – 7.5 mm. Meskipun ukuran bukan merupakan indikator kualitas, namun ukuran menjadi salah satu faktor penentu harga. Semakin besar diameter mutiara, maka semakin tinggi mutu dan harganya. Apabila suatu mutiara memiliki kualitas untuk ke-4 faktor lainnya adalah setara, maka mutiara dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki harga yang lebih mahal.</span></li></ol> </div> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b>JENIS-JENIS MUTIARA POPULER</b></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b><i>Mutiara Akoya</i></b><br />Secara umum <i>Akoya</i> (mutiara klasik Jepang) merupakan jenis mutiara pertama yang dibudidayakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :</span> </p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Kilauan </i>: Dengan perbandingan ketebalan nacre yang sama, <i>Akoya </i>dinilai oleh sebagian ahli mempunyai kilauan yang lebih baik dibandingkan mutiara jenis lain. Perairan Jepang, tempat pengembangbiakan Akoya, merupakan perairan dengan suhu 10-15° lebih dingin dibanding perairan untuk pengembangbiakan mutiara jenis lain. Kondisi perairan yang lebih dingin ini menyebabkan Akoya membentuk lapisan nacre lebih lambat dan struktur kristal yang lebih padat. Hal inilah yang meningkatkan kualitas kilauan <i>Akoya.</i> Sehingga meskipun lapisan nacre-ny& lebih tipis ( kira-kira ‘/> mm) dibandingkan sebagian besar jenis mutiara budidaya lain, tetapi kilauannya paling terang.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Permukaan</i> : Relatif bersih dan umumnya tidak ada cacat.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Bentuk</i> : Umumnya dijumpai dalam bentuk bulat, semi bulat, tetesan air dan baroque (bentuk tidak beraturan). Hampir tidak pernah dalam bentuk circle!ring, button atau oval.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Warna </i>: rose, perak/putih, krem, emas dan biru/abu-abu</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Ukuran </i>: berkisar dari 2—10 mm, dengan ukuran rata-rata 7 mm.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b><i>South Sea Pearl (The Queen of Pearls)</i></b><br />Merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang <i>Pinctada maxima</i> dengan negara produsen utamanya adalah Indonesia, Australia, Philipina, Myanmar, Vietnam dan Thailand. Dijuluki sebagai Ratunya Mutiara karcna ukurannya yang besar dengan </span><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">kilauan yang khas sehingga seringkali memiliki harga termahal.</span> </p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Kilauan</i> : Lapisan nacre south sea pearl umumnya tebal dengan kilauan yang relatif lebih kuat dibanding jenis mutiara lainnya. <i>South sea pearls </i>juga memiliki pantulan warna lembut yang indah yang hanya dapat dijumpai pada mutiara berlapis nacre tebal.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Permukaan</i> : relatif bersih (bebas dari noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan) sampai dengan sangat cacat. Cacat yang tidak merusak seperti noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan kadang dijumpai pada <i>south sea pearl.</i> Namun demikian, menginga mutiara merupakan produk alam, hampir sulit untuk mendapatkan mutiara dengan permukaan tanpa cacat. Cacat yang ada juga tidak selalu mengurangi nilai maupun keindahan mutiara itu sendiri.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Bentuk</i> : hampir ditemukan dalam semua bentuk seperti bulat (<i>round</i>), tetesan (<i>drop</i>), kancing (<i>button</i>), oval, setengah bulat (<i>semi-round</i>), <i>circle </i>atau<i> ringed</i>, tidak beraturan (<i>baroque</i>) dan <i>semi baroque</i>. Pada umumnya bentuk bulat dan tetesan memiliki harga yang paling mahal.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Warna</i> : cakupan warna <i>south sea pearl</i> sangat luas, umumnya berwarna putih, perak, merah muda dan emas. <i>South sea pearl</i> asal Australia umumnya berwarna putih, demikian pula south sea pearl asal Indonesia dan Philipina meskipun ada kecenderungan berwarna krem dan keemasan.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Ukuran</i> : Dibandingkan dengan semua jenis mutiara budidaya, south sea pearl umumnya memiliki ukuran yang lebih besar yaitu kisaran 8 — 22 mm, dengan ukuran rata-rata 15 mm. Meski demikian, dijumpai juga south sea pearl dalam ukuran kecil yaitu 2 — 8 mm. Ukuran ini biasanya berbentuk <i>baroque keishi,</i> yaitu mutiara hasil ikutan sebagai akibat suatu benda terikut masuk ke dalam organ tubuh kerang sewaktu proses insersi berlangsung.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i><b>Mutiara Tahiti</b></i><br />Mutiara Tahiti merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang <i>Pinctada margaritifera</i> yang memiliki ukuran kerang hampir dua kali lipat dibanding kerang <i>Akoya</i>. Negara produsen utamanya adalah Tahiti (<i>French Polynesia</i>), Hawaii, Cook Island dan negara di kawasan Pasifik.</span> </p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Kilauan</i> : berkisar dari kilauan tinggi, sedang hingga rendah.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Permukaan</i> : cakupan kualitas permukaannya cukup luas yaitu dari bersih/mulus hingga sangat cacat. Untuk mutiara Tahiti dengan kualitas tinggi, permukaannya bebas dari noda, bengkak, lubang kecil, kerutan dan bulatan. Sebagai mutiara yang memerlukan waktu budidaya lama, mutiara Tahiti dengan permukaan yang kurang sempurna kadangkala justru </span><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">menambah keindahan dan menjadi lebih memikat.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Bentuk</i> : bulat sempurna, tetesan, kancing, oval, <i>semi round</i>, melingkar atau <i>ringed, baroque</i> dan <i>semi baroque</i>.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Ukuran</i> : sekitar 8-13 mm</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Warna</i> : mutiara Tahiti dikenal dengan wama-warninya, cendcrung warna metalik dan unik dibanding warna mutiara budidaya lainnya. Sebagai Mutiara Hitam, warna umumnya adalah kelabu dengan dcrajat yang lebih terang atau lebih gelap. Selain itu, mutiara Tahiti memiliki kemampuan yang unik untuk menampilkah variasi warna yang muncul secara bcrsamaan – seperti warna<i> peacock,</i> <i>eggplant </i>atau <i>aubeigine</i>, hijau, biru dan warna merah keungu-unguan. Mutiara Tahiti yang paling bernilai tinggi adalah yang berwarna peacock dan biru yang diikuti warna pelangi, kelabu dan emas.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Dalam rangka peningkatan nilai tambah, mutiara dalam bentuk “loose” umumnya dikembangkan dalam bentuk “jewelry” atau menjadi bahan perhiasan yang kadangkala dikombinasikan dengan benda-benda berharga lainnya seperti emas, perak, berlian, intan dan Iain-Iain. Bentuk perhiasan yang dihasilkan diantaranya mahkota, kalung, gelang, cincin, bros, jepitan dasi dan Iain-lain. Dalam perdagangan internasional, kalung mutiara dengan berbagai ukurannya memiliki istilah-istilah tersendiri seperti <i>choker, collar, matinee, opera, princess </i>dan <i>rope.</i> Istilah-istilah tersebut digunakan khususnya untuk kalung mutiara yang berasal dari butiran mutiara yang seragam.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Dari usaha budidaya mutiara, diperolch pula hasil sampingan yang bernilai cukup tinggi yaitu kulit kerangnya sebagai bahan perhiasan yang mahal harganya serta dagingnya setclah tidak berproduksi dapat dikonsumsi dengan nilai jual yang lumayan.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b>MUTIARA DI INDONESIA<br /></b></span><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Saat ini, Indonesia terutama menghasilkan South Sea Pearl dari kerang <i>Pinctada maxima</i> baik dari hasil alam maupun budidaya. Sentra pengembangan budidaya Pinctada maxima tersebar di beberapa daerah seperti : Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua.</span> </p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>South Sea Pearl </i>Indonesia sangat digemari di pasar dunia, dan biasanya dijual dalam bentuk loose dan jewelry (perhiasan). Pemasaran untuk mutiara loose biasanya dilakukan melalui lelang (<i>auction</i>) baik di dalam maupun di luar negeri.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Selain kerang jenis <i>Pinctada maxima</i>, kerang mutiara lainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah <i>Pinctada margaritifera</i>, <i>Pinctada fucata, Pinctada lentiginosa </i>dan <i>Pteria penguin</i>. Budidaya mutiara dapat terselenggara hanya pada lingkungan perairan yang bersih dan tenang. Jadi budidaya mutiara, selain hasil yang diperoleh cukup tinggi maka secara otomatis akan menjaga kualitas perairan laut.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>South Sea Pearl</i> diproduksi oleh beberapa negara. Oleh karenanya untuk memberikan nilai tambah diperlukan promosi khusus keunikan mutiara Indonesia disertai dukungan<i> Letter of Authencity</i> yang terakreditasi.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Beberapa pelaku usaha mutiara Indonesia yang bergerak dalam usaha budidaya termasuk pemasarannya telah tergabung dalam Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI). Sebagai organisasi yang mewadahi para pengusaha budidaya mutiara di Indonesia, keberadaan ASBUMI sangat penting dan sebagai fasilitator dalam upaya pengembangan budidaya dan pemasaran mutiara Indonesia.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b>Kamus Istilah Mutiara</b></span></p> <ul><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Blemish : cacat yang terdapat pada permukaan mutiara baik yang berupa cacat yang tidak merusak (non-damaging), seperti noda, benjolan, lubang kecil dan kerutan, maupun cacat yang menyebabkan mutiara terlihat bertambah buruk seperti retak, berongga dan sumbing. Cacat ini berpengaruh terhadap harga mutiara;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Button : mutiara berbentuk kubah dengan alas datar;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Choker : mutiara dan kalung yang panjangnya sekitar 14 sampai 16 inci;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Circles: mutiara berbentuk cekung pada permukaannya;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Clean : permukaan mutiara yang bebas cacat;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Color: evaluasi mutu yang digunakan untuk menguraikan warna suatu mutiara;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Collar: kalung mutiara yang panjangnya 10 sampai 13 inci;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Grafting: insersi (penyisipan) benda asing oleh manusia ke dalam badan atau lapisan tipis suatu kekerangan guna menghasilkan mutiara berbudaya;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Luster: kilauan yang muncul sebagai kombinasi antara permukaan mutiara yang bersinar dengan pembiasan cahaya yang keluar dari bagian dalam suatu mutiara. Kilauan merupakan salah satu faktor penentu utama suatu mutu mutiara.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mantle Tissue: lapisan tipis suatu kekerangan yang melekat ke kulit/kerang bagian dalamnya;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Matching: penyesuaian satu mutiara dengan mutiara lainnya berdasarkan kilauan, permukaan, bentuk, warna dan ukuran untuk menghasilkan suatu perhiasan mutiara, seperti kalung.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Matinee: kalung mutiara yang panjangnya 20 sampai 24 inci (1.5 kali choker);</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mftlimeter: satuan ukuran yang digunakan dalam menentukan panjang suatu mutiara. 1 mm = 1/25 inci;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Momme: satuan ukuran berat mutiara yang umum digunakan di Jepang. 1 momme = 3.75 gram atau setara dengan 18.7 carats.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Nacre: zat kapur dengan unsur dasar karbon yang jernih yang dikeluarkan oleh suatu kerang-kerangan sebagai alat mempertahankan diri dalam melawan zat asing (pengganggu) yang masuk ke dalam badannya.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Nucleus : inti yaitu potongan kulit/kerang yang kecil dari suatu kerang-kerangan Air tawar Amerika yang digunakan sebagai zat pengganggu untuk kemudian dimasukkan/disisipkan ke dalam badan suatu kerang-kerangan air tawar lainnya.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Nucleation : okulasi atau implementasi, yaitu proses memasukkan/menyisipkan suatu inti ke dalam badan suatu kerang-kerangan sedemikian rupa sampai pada akhirnya kekerangan tersebut mengeluarkan nacre untuk menutupinya. Proses tersebut merupakan bagian dari upaya menghasilkan mutiara budidaya.</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Opera: kalung mutiara yang panjangnya 28 sampai 34 inci (2 kali choker); </span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Princess: kalung mutiara yang panjangnya 17 sampai 20 inci;</span></div> </li><li> <div align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Rope: kalung mutiara dengan panjang di atas 45 inci.</span></div> </li></ul> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Sumber : Warta Pasar Ikan</i></span></p><p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/mengenal-mutiara-perhiasan-para-bangsawan/<br /></i></span></p> </div> </div> </div> </div>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-32608249735390645392009-12-04T11:11:00.000+08:002009-12-04T11:12:36.658+08:00Mutiara The Queen of Pearl, Kilaunya Kian Mempesona<p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Mutiara selalu diimpikan kaum wanita. Seindah dan semahal apapun gaun yang dikenakan, tanpa ada kalung yang beruntai mutiara di leher atau pergelangan tangan, penampilan saat itu menjadi kurang sempurna dan elegan. Mutiara yang sudah dibuat dalam bentuk <i>jewelry</i> (perhiasan) lebih indah bila dikombinasikan dengan benda-benda berharga lainnya seperti emas, perak, berlian, atau intan. Bentuk perhiasan yang dihasilkan diantaranya mahkota, kalung, gelang, cincin, bros, dan jepitan dasi.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Melihat tingginya permintaan mutiara, maka prospek budidaya mutiara di tanah air cukup cerah. Tidak hanya pasar dalam negeri yang membutuhkan mutiara-mutiara, tapi juga pasar luar negeri masih menganga lebar. Apalagi mutiara dari Indonesia sudah tersohor kualitasnya di berbagai belahan dunia. Indonesia dikenal sebagai penghasil Mutiara Laut Selatan (<i>south sea pearl</i>) yang juga dijuluki The Queen of Pearls.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Komoditas mutiara baik lewat budidaya laut dan air tawar ini masih memiliki peluang yang cukup luas. Masih banyak pulau dan teluk-teluk yang terlindung dari hempasan ombak yang cocok untuk untuk lokasi pengembangan budidaya laut yang belum dimanfaalkan.</span><span id="more-244"></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Dengan kondisi iklim yang hampir stabil sepanjang tahun, memungkinkan pengembangan budidaya laut ini hampir tidak terpengaruh oleh perubahan musim. Selain kondisi alamnya yang tidak banyak mengalami Perubahan hampir sepanjang tahun, jenis kerang mutiara sebagai penghasil mutiara yang diproduksi di Indonesia merupakan salah satu jenis yang paling unggul dibandingkan dari negara lain.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Bukti bahwa pasar dunia begitu bergairah menyambut mutiara dari ibu Pertiwi terlihat pada tahun 1998, saat Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) nielakukan penjualan mutiara dengan cara lelang (auction) yang mengundang calon pembeli dari luar negeri. Asbumi saat itu menggandeng PT Bumi bersama Asbumi mengadakan auction di Indonesia dengan mengundang pembeli dari luar negeri. Mutiara Laut Selatan (<i>south sea pearl</i>) saat itu laku dilego dengan harga US$100 sampai dengan US$200 per gram untuk kualitas terbaik. Sejak pameran itu, konsumen dari berbagai negara mulai terbuka matanya bahwa di Indonesia juga dapat dibeli langsung mutiara Laut Selatan <i>(south sea pearl)</i>. Selama ini rupanya pembeli-pembeli dari AS dan negara Eropa lainnya hanya tahu membeli mutiara tersebut di Jepang.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mutiara Indonesia yang di pasar dunia dikenal sebagai <i>south sea pearl</i>. Dari segi keunikan dan nilai ekonominya yang tinggi, memiliki keunggulan komparatif dam kompetitif, sehingga apabila usaha budidayanya dikembangkan dengan baik, maka dapat meningkatkan nilai tambah. Menurut <i>Jewellery News Asia Magazine </i>(Maret 2001) dan <i>Global Pearl Production Estimates in Value </i>2000, produksi mutiara Indonesia <i>(south sea pearl</i>) dibanding dengan negara lain adalah sebagai berikut: Australia 550 kan (48,83%) atau 2.062 kg, Indonesia 500 kan (41,67%) atau 1.875 kg, Filipina dan Myanmar 150 kan (12,50%) atau 562 kg.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> <i>Global Pearl Production Estimates in Value 2000 </i>juga mengungkapkan angka perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis muliara di dunia pada 2000 adalah <i>south sea pearl</i> 4,5 ton (1.200 kan) dan US$200 juta, <i>black pearls</i> 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, <i>akoya pearls</i> 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta dan<i> chinese freshwater pearl </i>650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta. Setiap tahun, produksi mutiara akan terus meningkat. Menurut data dari Departemen Kelautan dan Perikanan, tahun 2005 produksi mutiara mencapai 12 ton. Diharapkan selama periodc 2005-2009 produksi mutiara akan meningkat dari 12 ton menjadi 18 ton pada tahun 2009.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Sebenarnya bukan tak mungkin, produksi mutiara nasional dapat digenjol lebih banyak. Hanya saja, modal yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara cukup besar, disamping risiko yang bakal diterima cukup tinggi. Jumlah Produksi Jumlah produksi mutiara tergantung pada jumlah kerang yang sudah dioperasi. Setiap kerang akan menghasilkan satu butir mutiara seberat antara 2,5 sampai 3 gram. Risiko kegagalan dari budidaya ini cukup tinggi, yaitu rata-rata 30 per-sen. Artinya dari 10.000 kerang yang dipelihara dan dioperasi, 3.000 diantaranya akan mali atau gagal panen.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Saat ini, Indonesia menghasilkan <i>South Sea Pearl</i> dari kerang <i>Pinctada maxima </i>baik dari hasil alam maupun budidaya. Sentra pengembangan budidaya <i>Pinctada maxima</i> tersebar di beberapa daerah seperti: Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua. <i>South Sea Pearl</i> Indonesia sangat digemari di pasar dunia, dan biasanya dijual dalam bentuk <i>loose</i> dan <i>jewelry</i>. Selain kerang jenis <i>Pinctada maxima</i>, kerang mutiara lainnya yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah <i>Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada lentiginosa </i>dan<i> Pteria penguin.</i></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> <b>Jepang pasar Utama</b><br />Indonesia termasuk negara yang eukup berperan dalam menghasilkan mutiara. Sampai saat ini, 26 persen mutiara yang diperdagangkan di dunia, berasal dari Indonesia. Sebenarnya persentase ini dapat ditingkatkan sampai dengan 50 persen karena potensi kelautan di Indonesia yang sangat po-tensial. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkal untuk tahun berikutnya atau tahun 1999 yang menjadi 1.130.098 momme senilai 15.107.000 yen. Secara rinci, jumlah ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 1998 -200 adalah sebagai berikut:</span> </p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Sedangkan perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis mutiara di dunia pada 2000 adalah south sea pearl 4,5 ton (1.200 kan) dan US$200 juta, black pearls 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, akoya pearls 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta clan <i>Chinese freshwater pearl </i>650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Pasar mutiara adalah luar negeri, sehingga harganya amat tergantung pada fluktuasi nilai kurs rupiah terhadap dolar. Sclain itu, harga mutiara juga sangat tergantung pada kualitas dan bentuk dari muliara yang dihasilkan. Untuk jenis Pound (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat meneapai harga US$40 sampai US$50, Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat US$ 20.</span></p> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="46%"> <tbody><tr bg style="color:#ffcccc;"> <td colspan="3"> <div align="center"><b><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">Nilai Ekspor Mutiara dari Indonesia ke Jepang Tahun 1998 – 2000</span></b></div> </td> </tr> </tbody></table> <span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;">(sumber: Bisnis Indonesia)</span><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><b>Ratunya Mutiara</b><br />Kerang penghasil mutiara hanya bisa dihasilkan secara alami oleh kerang-kerangan anggota moluska. Namun tidak semua kerang bisa menghasilkan mutiara dan kerang penghasil mutiarapun tidak semuanya bisa menghasilkan mutiara secara alami.</span> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Kerang penghasil mutiara umumnya berasal dari <i>famili Pteriidae</i>, namun yang umum dikenal hanya jenis-jenis tertentu seperti <i>gold</i> atau s<i>ilver-lip pearl oyster</i> (kerang mutiara bibir emas atau bibir perak) <i>Pinctada maxima, black-lip pearl oyster</i> (kerang mutiara bibir hitam)<i> Pinctada margaritifera,</i> <i>Akoya pearl oyster </i>(kerang mutiara Akoya) <i>Pinctada fucata </i>dan <i>the winged-pearl oyster</i> (kerang mutiara bersayap) <i>Pteria penguin</i>.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mutiara terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan hasil budidaya. Dalam proses budidaya mutiara diperlu-kan zat pengganggu seperti misalnya suatu potongan jaring-an yang dimasukkan ke dalam kerang-kerangan seperti oys-ter/mollusk.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Sebagai langkah perlindungan, secara otomatis kerang-kerangan tersebut akan melapisi zat pengganggu yang masuk tersebut dengan lapisan <i>nacre </i>yang pada akhirnya akan menghasilkan mutiara. Rekayasa budidaya mutiara ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan letap menggunakan teknisinya. Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah <i>grafting </i>atau <i>seeding </i>atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (<i>nucleus)</i> bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ’saibo’) ke dalam kerang mutiara.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mutiara alami saat ini sudah mulai jarang ditemukan sehingga harganya sangat mahal. Maklum, mutiara alami sulit ditemukan, karena mendapatkannya harus di laut lepas.Untuk membanjiri pasar, jenis yang sering diperdagangkan adalah mutiara hasil budidaya seperti mutiara Akoya, mutiara Tahiti, South Sea Pearl dan mutiara air tawar yang banyak terdapat di Jepang dan Cina.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Selain mutiara hasil budidaya, saat ini pun sudah banyak pula dijumpai mutiara imitasi yang benar-benar merupakan hasil buatan tangan manusia yang dibuat dari keramik, kulit. kerang, gelas, kaca atau bahkan plastik. Mutiara imitasi bukan termasuk jenis mutiara, tetapi karena teknik pembuatan pabrikasi saat ini sudah begitu maju, sehingga kadang terlihat sempurna seperti mutiara asli.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mutiara memiliki 8 kategori yaitu: <i>round</i> (bulat), <i>drop</i> (tetesan), <i>button</i> (kancing), <i>oval</i>, <i>semi-round </i>(semi bulat), <i>circle/ring</i> (lingkaran), <i>baroque</i> (tidak beraluran) dan <i>semi-baroque</i>. Sceara umum, semakin bulat bentuk suatu mutiara, maka semakin tinggi nilainya. Namun mutiara berbentuk bulat sempurna sangat jarang ditemui. Dengan keunikannya, kadangkala mutiara berbentuk <i>baroque</i> juga dapat senilai dan setingkat dengan mutiara bulat.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Harga mutiara juga ditentukan dari besar kecilnya, yang diukur dalam satuan milimeter. Kisaran ukuran mutiara adalah dari 1 mm sampai lebih dari 20 mm. Besaran ukuran ini sangat tergantung pada jenis mutiaranya. Ukuran yang paling umum diperdagangkan adalah 7 – 7.5 mm. Mutiara Akoya merupakan jenis mutiara pertama yang dibudidayakan di Jepang. Perairan Jepang, tempat pengembangbiakan Akoya, merupakan perairan dengan suhu 10-15° lebih dingin dibanding perairan untuk pengembangbiakan mutiara jenis lain. Kondisi perairan yang lebih dingin ini menyebabkan Akoya membentuk lapisan <i>nacre</i> lebih lambat dan struktur kristal yang lebih padat. Hal inilah yang meningkatkan kualitas kilauan Akoya.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> South Sea Pearl <i>(Hie Queen of Pearls)</i> merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang <i>Pinctada maxima</i> dengan negara produsen utamanya adalah Indonesia, Australia, Philipina, Myanmar, Vietnam dan Thailand. Dijuluki sebagai Ratunya Mutiara karena ukurannya yang besar dengan kilauan yang khas sehingga seringkali memiliki harga lermahal.</span></p> <p><span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"> Mutiara Tahiti Mutiara Tahiti merupakan jenis mutiara yang dihasilkan dari kerang <i>Pinctada margaritifera</i> yang memiliki ukuran kerang hampir dua kali lipat dibanding kerang Akoya. Negara produsen utamanya adalah Tahiti <i>(French Polynesia),</i> <i>Hawaii, Cook Island</i> dan negara di kawasan Pasifik. </span></p> <span style="font-family:Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;color:#000066;"><i>Sumber ; Majalah Demersal<br />sumber: <a href="http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/01/mutiara-the-queen-of-pearl-kilaunya-kian-mempesona/">http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/01/mutiara-the-queen-of-pearl-kilaunya-kian-mempesona/</a><br /></i></span>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-54833741082258487392009-12-04T11:09:00.001+08:002009-12-04T11:09:59.003+08:00BUDIDAYA MUTIARA<h5>PENDAHULUAN</h5> <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/images/mutiara.gif" border="0" width="424" height="321" /></p> <p>Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.</p> <p>Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa fihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar.</p> <p>Mutiara yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung, Irian Jaya, Sulawesi, dan Halmahera merupakan jenis kerang Pinctada Maxima atau di pasaran internasional dikenal dengan <b>Mutiara Laut Selatan (MLS)</b> atau south sea pearl. Di Nusa Tenggara Barat, budidaya mutiara terdapat di perairan laut Sumbawa yang memiliki arus tenang. Jenis kerang ini konon hanya terdapat di perairan laut Indonesia dan Australia. Dilihat dari ukurannya, kerang jenis ini ukurannya lebih besar dari pada jenis lainnya. Ukuran kerang yang besar berpeluang menghasilkan mutiara yang besar pula. Di pasar internasional, 26% MLS merupakan mutiara yang berasal dari Indonesia. Selain Pinctada Maxima, ada pula jenis lain, yaitu :<span id="more-424"></span></p> <ul><li>Pinctada margaritifera</li><li>Pinctada fucata</li><li>Pinctada chemnitzi</li><li>Pteria penguin.</li></ul> <p>Tiram muda jenis Pinctada Maxima mempunyai warna cangkang bervariasi dengan warna dasar kuning pucat, kuning tua, cokelat kemerahan, merah anggur, dan kehijauan. Pada cangkang bagian luar, terdapat garis-garis radier yang menonjol seperti sisik yang berwarna lebih terang daripada warna dasar cangkang.</p> <p>Bila dilihat dari jenis pinctada yang banyak di budidayakan di Indonesia, ada perbedaan ciri dan karakteristik dari masing-masing jenis. Perbedaan jenis dan karakteristik untuk jenis pinctada ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.</p> <div align="center">Tabel 1.1.<br />Perbandingan Tiga Jenis Pinctada Penghasil Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="596"> <tbody><tr> <td colspan="2" bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Sifat-sifat</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><i><span>P. Martensii</span></i></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><i><span>P. Margaritifera</span></i></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><i><span>P. Maxima</span></i></b></p> </td> </tr> <tr> <td rowspan="2" valign="top" width="88"> <h5 align="left"><span>Ukuran </span></h5> </td> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Dewasa Penuh</span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>4 inchi</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>4 inchi</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>4 inchi</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Rata-rata</span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>3 inchi</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>3 inchi</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>3 inchi</span></p> </td> </tr> <tr> <td rowspan="3" valign="top" width="88"> <p class="MsoNormal"><b><span> </span></b><b><span>Cangkang</span></b></p> </td> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Kecembungan </span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Cembung</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Agak cembung</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Rata</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Warna Luar</span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Abu-abu kuning</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Kuning abu2</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Coklat kuning</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Garis Cangkang</span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Coklat ungu</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Garis bintik</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Pucat </span></p> </td> </tr> <tr> <td rowspan="4" valign="top" width="88"> <p class="MsoNormal"><b><span> </span></b><b><span>Nacre (interior)</span></b></p> </td> <td valign="top" width="120"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Nacre</span></p> </td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Perak kehijauan</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Warna baja</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Putih perak</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"><br /></td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Jingga kuning</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Hijau metalik</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Kuning emas</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"><br /></td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Sedang</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Pendek</span></p> </td> <td valign="top" width="128"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Sedang</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="120"><br /></td> <td valign="top" width="129"> <p class="MsoNormal"><span>60-100 cangkang tiap </span><span>kan</span></p> </td> <td valign="top" width="131"> 15 cangkang tiap ikan</td> <td valign="top" width="128"> <p style="text-align: justify;">9-10 cangkang tiap ikan</p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber: Forek Indonesia 2001 – 2004.<br />Catatan : 1 kan = 8,267 pon; 1 pon = 2,205 pon</div> <p><b>PROFIL USAHA</b></p> <p>Usaha budidaya mutiara ini dapat dikembangkan di daerah yang memiliki potensi perairan laut tenang dan luas. Karakteristik daerah di Indonesia sangat mendukung pengembangan usaha budidaya mutiara ini, seperti di Nusa Tenggara Barat, Halmahera, Lampung, Maluku Utara, dan Maluku bagian Tenggara, Sulawesi Tenggara. Untuk Nusa Tenggara Barat dan daerah sekitarnya, ada beberapa perusahaan budidaya mutiara maupun pembesaran spat, diantaranya :</p> <div align="center">Tabel 2.1.<br />Beberapa Perusahaan Pembudidayaan Mutiara di Kawasan Timur Indonesia<span class="GramE">.</span></div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;">Nama Perusahaan</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;">Lokasi</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: left;" align="left"><span>Selat Alas, Kesha Mutiara, Bumitama, NTB </span><span>Pearl</span><span>, Mitra Usaha, Paloma Agung, Gita Mandiri, Cahaya Cemerlang</span></p> </td> <td valign="middle" width="283"> <p align="center"><span>NTB</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Timor</span><span> Outsuki Mutiara</span></p> </td> <td valign="middle" width="283"> <p class="MsoNormal" align="center"><span>Kupang</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Kesuma Mutiara</span></p> </td> <td valign="middle" width="283"> <p class="MsoNormal" align="center"><span>Dompu</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Proposindo, Mitra Nusra</span></p> </td> <td valign="middle" width="283"> <p class="MsoNormal" align="center"><span>Lombok</span><span> Timur</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Chamar Sentosa</span></p> </td> <td valign="middle" width="283"> <p class="MsoNormal" align="center"><span>NTT</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : Forek Indonesia 2001 – 2004.</div> <p>Diantara perusahaan budidaya biasanya menjalin kemitraan dalam bentuk kerjasama pemasaran spat. Biasanya dari jumlah spat yang dimiliki, tidak semuanya dioperasi karena masing-masing perusahaan memiliki keterbatasan sarana pembudidayaan sehingga spat tersebut harus dijual kepada perusahaan lain. Begitupula sebaliknya, perusahaan yang membutuhkan spat untuk dipelihara dan dibudidayakan akan membeli dari perusahaan lain yang terdekat karena dalam kondisi saat ini, mencari induk tiram dari penyelaman tidak dimungkinkan lagi. Selain jumlah tiram di laut bebas semakin berkurang, ukurannya pun biasanya tidak seragam.</p> <p>Mutiara yang berkualitas baik di pasaran internasional juga datang dari Sri Lanka, Australia, Jepang, Mexico, Panama, Venezuela dan Tahiti. Mutiara ini dari perairan tawar didapatkan dari sungai Missisippi dan anak-anak sungainya, juga dari Skotlandia dan China. Dalam perdagangan mutiara terdapat beberapa merek dagang, diantaranya adalah berikut ini :</p> <div align="center">Tabel 2.2.<br />Jenis dan Karakteristik Mutiara di Pasar Internasional</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jenis atau Merek Dagang</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Karakteristik Mutiara</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara “</span><span>Asia</span><span> Timur”</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;" align="left"><span>mutiara yang di dapat dari teluk Persia</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara “</span><span>Ceylon</span><span>” atau “</span><span>Madras</span><span>“ </span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;" align="left"><span>mutiara yang mempunyai overtone biru indah, hijau atau violet pada warna dasar putih atau krem</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara ‘</span><span>Venezuela</span><span>‘</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;" align="left"><span>putih atau kuning; lebih transparan dari pada Asia Timur</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara ‘</span><span>Tahiti</span><span>‘</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;" align="left"><span>mutiara putih dengan overtone sedikit, kadang-kadang dengan abu-abu metalik</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara ‘</span><span>Australia</span><span>‘</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;" align="left"><span>putih dengan hampir tidak adaovertone</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara ‘</span><span>Panama</span><span>‘</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" align="left"><span>umumnya hitam, keabu-abuan, ataukuning</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Mutiara ‘air tawar’</span></p> </td> <td valign="top" width="283"> <p class="MsoNormal" align="left"><span>umumnya memiliki warnayang kuat dan indah</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber: Forek Indonesia 2001 – 2004.</div> <p>Hal yang terpenting dalam usaha budidaya mutiara adalah ketepatan dalam pemilihan lokasi. Lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim. Selain itu, kualitas air disekitar budidaya kerang mutiara harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta jauh dari perumahan penduduk, karena polusi dan pencemaran dapat mengakibatkan kegagalan usaha. Lokasi yang sesuai adalah berupa teluk dan pulau-pulau kecil yang tenang.</p> <p>Dasar perairan yang memiliki karang atau berpasir merupakan lokasi yang baik untuk melakukan budidaya kerang. Kondisi suhu yang baik untuk kerang adalah berkisar antara 25 – 30<sup>o</sup>C dan suhu air berkisar antara 27 – 31<sup>o</sup>C. Perubahan kondisi suhu yang drastis dapat mengakibatkan kematian spat karena suhu air menentukan pola metabolisme.</p> <div align="center">Tabel 2.3.<br />Potensi Areal dan Potensi Produksi Mutiara di Nusa Tenggara Barat</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="151"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Kabupaten</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="144"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Potensi areal (Ha)</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="168"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Potensi Produksi (Ha)</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Sumbawa</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 100,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,65 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Dompu</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 50,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,15 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Bima</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 110,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,55 </span></p> </td> </tr> <tr> <td width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Lombok</span><span> Barat</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 100,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,50 </span></p> </td> </tr> <tr> <td width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Lombok</span><span> Tengah</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 50,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,15 </span></p> </td> </tr> <tr> <td width="151"> <p class="MsoNormal"><span>Lombok</span><span> Timur</span></p> </td> <td width="144"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 90,00 </span></p> </td> <td width="168"> <p class="MsoNormal" align="center"><span> 0,30 </span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : Forek Indonesia 2001 – 2004.</div> <p><b>POLA PEMBIAYAAN</b></p> <p>Untuk memulai usaha budidaya kerang mutiara memang dibutuhkan investasi yang relatif besar, paling tidak 750 juta rupiah – 1 miliar rupiah untuk 10.000 jumlah tiram yang dibudidayakan. Ada beberapa alasan bank kurang berminat untuk menyalurkan kredit untuk budidaya tiram mutiara, diantaranya adalah :</p> <ol><li>Bank belum mengetahui secara detail profil usaha budidaya mutiara</li><li>Bank belum memiliki tenaga yang berpengalaman dan ahli untuk bidang budidaya mutiara.</li><li>Bank beranggapan bahwa budidaya tiram mutiara ini memiliki risiko kegagalan yang tinggi.</li><li>Kurangnya perhatian pemerintah untuk pengembangan usaha budidaya mutiara, misalnya dalam bentuk bantuan teknis.</li></ol> <p>Bila sampai saat ini ada bank yang menyalurkan kredit untuk usaha budidaya mutiara, biasanya bank mensyaratkan adanya bisnis sampingan (side-business) dari debitur yang mengajukan kredit untuk budidaya mutiara sehingga apabila budidaya mutiara ini mengalami kegagalan, maka bisnis lain tersebut dapat dijadikan sebagai pengganti sehingga tidak terjadi kemacetan kredit.</p> <p>Bank memberikan kredit untuk perusahaan (misalnya PT), dan tidak untuk kelompok, apalagi secara individu. Kredit yang diberikan oleh bank biasanya digunakan untuk investasi sebesar 70 persen dan untuk modal kerja sebesar 30 persen. Selain itu biasanya bank tidak mensyaratkan adanya bantuan teknis yang berkaitan dengan usaha budidaya mutiara dari dinas terkait, misalnya Dinas Perikanan dan Kelautan.</p> <p>Dalam memberikan kreditnya, bank biasanya menilai beberapa aspek yang dinilai penting dalam analisis aspek kelayakan usaha. Aspek tersebut diantaranya adalah :</p> <div align="center">Tabel 2.4.<br />Aspek Penilaian Bank dalam Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span>Aspek</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="367"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: center; line-height: normal;" align="center"><b><span>Jenis Aspek</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Sosial Ekonomi</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367"> <ul><li>Proyek budidaya ini dinilai prospektif dan menguntungkan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang</li><li> <span>Proyek ini dapat menyerap tenaga kerja lokal</span></li><li><span>Mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah</span></li><li> <span>Tidak menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan</span></li></ul> </td> </tr> <tr> <td width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Lokasi Usaha</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367"> <ul><li>Lokasi usaha jelas</li><li><span>Memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk usaha budidaya mutiara ini</span></li><li><span>Teknik produksi yang memadai dan tidak tertinggal</span></li><li><span>Memiliki tenaga ahli yang dibutuhkan</span></li></ul> </td> </tr> <tr> <td width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Manajemen</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367"> <ul><li>Memiliki profesionalisme</li><li>Berkarakter bisnis</li><li>Kualitas organisasi yang baik</li></ul> </td> </tr> <tr> <td width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Komersial/pemasaran</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367"> <ul><li><span>Produk yang dihasilkan memiliki peluang pasar, baik pasar lokal maupun pasar internasional</span></li><li>Memiliki sistem pemasaran yang baik</li><li>Pola pembayaran yang jelas</li></ul> </td> </tr> <tr> <td width="199"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Finansial</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367"> <ul><li>Struktur keuangan sehat</li><li>Kemampuan membayar (<i>repayment</i>)</li><li>Ketersediaan <i>self financing</i></li></ul> </td> </tr> <tr> <td width="199" height="171"> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: left; line-height: normal;" align="left"><b><span>Aspek Khusus</span></b></p> </td> <td valign="top" width="367" height="171"> <ul><li>Aspek Yuridis<br />a. Legalitas usaha<br />b. Legalitas pendirian perusahaan<br />c. Legalitas permohonan</li><li>Aspek Yuridis<br />a. marketable dan nilainya mencover<br />b. <i>sellable</i><br />c. dapat diikat sempurna</li><li>Lainnya: tidak tercatat dalam daftar hitam Bank Indonesia</li></ul> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p align="right"><span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;font-size:85%;"><b>@</b><b><br /></b></span><b> </b></p> sumber: <a href="http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/budidaya-mutiara/#more-424">http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/budidaya-mutiara/#more-424<br /></a>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-45278518035246756522009-12-04T11:07:00.000+08:002009-12-04T11:08:37.118+08:00ASPEK PEMASARAN BUDIDAYA MUTIARA<p><b>PERMINTAAN</b></p> <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/images/mutiara.gif" border="0" width="158" />Permintaan mutiara dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Sampai saat ini, 26 persen mutiara yang diperdagangkan di dunia, berasal dari Indonesia. Sebenarnya persentase ini dapat ditingkatkan sampai dengan 50% karena potensi kelautan di Indonesia yang sangat potensial. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkat untuk tahun berikutnya yang menjadi 1.130.098 momme senilai Y 15.107.000. Secara rinci, jumlah ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 1998 – 200 adalah sebagai berikut :</p> <div align="center">Tabel 3.1.<br />Nilai Ekspor Mutiara dari Indonesia ke Jepang Tahun 1998 – 2000</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="114" height="18"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Tahun</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah (momme)</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="139"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Nilai (Yen)</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="114"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1998</span></p> </td> <td valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>371.364</span></p> </td> <td valign="top" width="139"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>6.304.783.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="114"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1999</span></p> </td> <td valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>521.232</span></p> </td> <td valign="top" width="139"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>7.470.429.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="114"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2000</span></p> </td> <td valign="top" width="161"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>247.762</span></p> </td> <td valign="top" width="139"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>3.132.099.000</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <p>Penurunan ekpor ini dikarenakan berkurangnya jumlah perusahaan yang melakukan budidaya mutiara di Indonesia. Berkurangnya perusahaan tersebut dikarenakan perginya perusahaan budidaya yang dimiliki oleh orang asing ke negara lain. Faktor jaminan keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan salah satu alasan utama pindahnya perusahaan itu dari Indonesia.</p> <p>Permintaan mutiara dunia tidak ada jumlah pastinya, karena dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya tingkat pendapatan masyarakat, selera, dan kondisi perekonomian secara umum. Berapapun mutiara yang dihasilkan, akan selalu laku dijual dipasar lokal dan pasar internasioonal, asalkan kualitas mutiara yang dihasilkan sesuai dengan yang diminta pasar. Bahkan sebelum panen dilakukan, pembeli besar sudah memesan dan menunggu hasil panen mutiara tersebut.</p> <p><b>PENAWARAN</b><span id="more-427"></span></p> <p>Jumlah produksi mutiara untuk setiap musim panen, tidak terdokumentasi secara baik. Hal ini karena panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan. Selain itu rentang waktu dari pembesaran sampai panen mencapai 3 tahun. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah, sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu di budidayakan. Beberapa perusahaan yang ada di Indonesia, terutama di NTB menyatakan bahwa jumlah produksi keseluruhan per tahun mencapai 30 sampai 50 kilogram yang mampu terserap ke pasar lokal maupun pasar internasional. Menurut sumber data yang diperoleh dari Jewellery News Asia Magazine, Maret 2001 dan Global Pearl Production Estimates in Value 2000 (dikutip dari Forek Indonesia 2001-2004), produksi mutiara Indonesia (south sea pearl) dibanding dengan negara lain adalah sebagai berikut:</p> <div align="center">Tabel 3.2.<br />Nilai Produksi Mutiara dari Beberapa Negara Tahun 1998 – 2000</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="150"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Negara</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="125"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="110"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Persentase</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="150"> <p class="MsoBodyText"><span>Australia</span></p> </td> <td valign="middle" width="125"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>550 </span><span>kan</span></p> </td> <td valign="middle" width="110"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>47,9</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="150"> <p class="MsoBodyText"><span>Indonesia</span></p> </td> <td valign="middle" width="125"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>500 </span><span>kan</span></p> </td> <td valign="middle" width="110"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>41,67</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="150"> <p class="MsoBodyText"><span>Filipina dan </span><span>Myanmar</span></p> </td> <td valign="middle" width="125"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>150 </span><span>kan</span></p> </td> <td valign="middle" width="110"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>10,07</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber: Majalah Trubus, Edisi Desember 2003/ XXXIV.</div> <p>Diinformasikan juga angka perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis mutiara di dunia pada 2000 adalah south sea pearl 4,5 ton (1.200 kan) dan US$ 200 juta, black pearls 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, akoya pearls 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta dan chinese freshwater pearl 650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta.</p> <p><b>HARGA</b></p> <p>Harga mutiara sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika. Harga mutiara juga sangat tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang dihasilkan. Untuk jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20.</p> <p><b>JALUR PEMASARAN</b></p> <p>Pengusaha mutiara tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pemasaran produknya, hal ini dikarenakan pembeli yang berasal dari dalam dan luar negeri akan menjadi pelanggan tetap dan selalu siap membeli berapapun mutiara yang dihasilkan asalkan sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Konsumen akhir untuk produk mutiara ini biasanya adalah perorangan atau individu, perancang busana, dan kolektor.</p> <p>Perusahaan yang melakukan budidaya mutiara dapat menjual produknya melalui dua pihak, yaitu :<br />a. dijual kepada pedagang besar dalam negeri;<br />b. ditawarkan dan dijual kepada importir luar negeri yang datang ke Indonesia.</p> <div align="center">Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Mutiara<img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Gambar31.jpg" width="400" height="344" /></div> <p><b>KENDALA PEMASARAN</b></p> <p>Secara umum, tidak ada kendala yang berarti dalam pemasaran mutiara hasil budidaya ini. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, terutama pasar luar negeri dari Jepang.</p> <p>Masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha budidaya mutiara adalah terjadinya fluktuasi harga yang sangat rentan terhadap perubahan kurs. Resesi ekonomi yang terjadi di beberapa belahan dunia mengakibatkan permintaan mutiara mengalami penurunan. Selain itu pengusaha mutiara mengalami kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim panen tidak seragam baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas.</p><p><br /></p><p>sumber: <a href="http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-pemasaran-budidaya-mutiara/#more-427">http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-pemasaran-budidaya-mutiara/#more-427</a><br /></p>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-64863206671475065612009-12-04T11:06:00.001+08:002009-12-04T11:07:22.202+08:00ASPEK PRODUKSI BUDIDAYA MUTIARA<p><b>LOKASI USAHA</b></p> <p>Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :</p> <p><b>(1). Faktor Ekologi</b></p> <p>Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :</p> <ol><div> <li>Lokasi terlindung<br />Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.</li> <li>Dasar perairan<br />Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.</li> <li>Arus air<br />Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.</li> <li>Salinitas<br />Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 – 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 – 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara.</li> <li>Suhu<br />Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0 C. Suhu air pada kisaran 27 – 31&degC juga dianggap layak untuk tiram mutiara.</li> <li>Kecerahan air<br />Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 – 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada.</li> <li>Derajat keasaman<br />Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 – pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 – pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 – 6,5.</li> <li>Oksigen terlarut<br />Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 – 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran 40 – 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.</li> <li>Parameter lain<span id="more-425"></span> <ol><li> Fosfat<br />Kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi akan mengakibatkan tiram mutiara mengalami hambatan pertumbuhan. Fosfat pada kisaran 0,1001 – 0,1615 g/l merupakan batasan yang layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan fosfat berkisar antara 0,16 – 0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang baik untuk budidaya mutiara.</li><li> Nitrat dan nitrit<br />Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 – 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5 – 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stres dan bahkan kematian pada organisme yang dipelihara.</li><li> Amoniak<br />Batas toleransi organisma akuatik terhadap amoniak berkisar antara 0,4 – 3,1 g/l. Pada kisaran yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan akhirnya mengakibatkan kematian pada organisme.<br />Pemilihan lokasi juga harus terhindar dari polusi dan pencemaran air, misalnya pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri. Pencemaran air akan mengakibatkan kematian, baik spat maupun induk tiram mutiara.<br />Selain itu kegiatan mulai dari pembenihan sampai dengan budidaya induk tiram dapat dipilih lokasi di sekitar pantai yang berdekatan dengan lokasi tempat tinggal pengelola usaha budidaya. Hal ini untuk kemudahan dalam pengangkutan dan pemindahan induk tiram mutiara, sehingga mengurangi risiko kerugian akibat kematian.</li></ol> </li> </div></ol> <p><b>(2). Faktor Risiko</b></p> <ol><li> Pencemaran<br />Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tanga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara.</li><li> Manusia<br />Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).</li></ol> <p><b>FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN</b></p> <p>Fasilitas produksi dan peralatan utama yang dibutuhkan untuk budidaya tiram mutiara ini adalah :</p> <p>1. Rakit Pemeliharaan</p> <p>Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis.</p> <p>Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali kedalaman tempat.</p> <ol><div align="center">Foto 4.1. Rakit Pemeliharaan Untuk Tiram Mutiara</div></ol> <div align="center"><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Foto41.jpg" width="400" height="265" /></div> <p>2. Keranjang Pemeliharaan Induk</p> <p>Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk ukuran dorso ventral 17 – 20 cm (DVM) sebanyak 8 – 10 ekor.</p> <p>Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery, digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.</p> <div align="center"> Foto 4.2. Keranjang Pemeliharaan Untuk Tiram Mutiara <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Foto42.jpg" width="277" height="485" /></p></div> <p>3. Spat Kolektor</p> <p>Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat erat.</p> <p>Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30 – 50 cm, lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm) sepanjang 40 – 50 cm.</p> <div align="center"> Foto 4.3. Keranjang Kawat Tiram Mutiara <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Foto43.jpg" width="400" height="171" /></p></div> <p>4. Bak Pencucian</p> <p>Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan bahan lainnya.</p> <div align="center"> Foto 4.4. Bak Pencucian Tiram Mutiara dari Fiberglass <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Foto44.jpg" width="393" height="262" /></p></div> <div align="center">Tabel 4.1.<br />Fasilitas yang Dibutuhkan dalam Usaha Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="49"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b>No</b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b>Jenis Keranjang</b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b>Ukuran</b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="49"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">1.</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText">Keranjang jaring</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">40 cm x 60 cm</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="49"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">2.</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText">Keranjang kawat</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">25 cm x 25 cm x 60 cm</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="49"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">3.</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText">Keranjang waring</p> </td> <td valign="top" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center">40 cm x 60 cm</p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber: Winanto, Tjahjo, Memproduksi Benih Tiram Mutiara,<br />Seri Agribisnis, Tahun 2004</div> <div align="center">Tabel 4.2.<br />Fasiltas dan Perlengkapan Lain yang Dibutuhkan dalam Budidaya Mutiatra</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="555"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jenis Fasilitas dan Peralatan</span></b></p> </td> <td width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Satuan</span></b></p> </td> <td width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah</span></b></p> </td> <td width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Umur<br />Ekonomis</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoHeading8"><span>Kontruksi tambak</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>rakit apung ukuran 7m x 7m</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>tali tambang untuk jalur*)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>gulung</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>30</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>pelampung jalur tambang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>300</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Jangkar untuk 30 jalur</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>60</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>10</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><b><span>Peralatan Budidaya Mutiara</span></b></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>pengebor siput</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>tang pembuka siput</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>keranjang kawat</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>120</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>spat kolektor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>300</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>keranjang jaring</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1.500</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>genset</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>bak pencucian</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>mesin semprot jaring</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>body perahu tanpa mesin</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>mesin perahu 40 pk</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>lampu sorot</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>bola lampu sorot</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><b><span>Bangunan</span></b></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"><br /></td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>bangunan kantor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>m2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>150</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>sewa bangunan gudang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>m2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>200</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="288" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>menara pengawas</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>unit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="73" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td valign="bottom" width="97" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran01.htm" target="_blank">Lampiran 1</a>, Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Budidaya Mutiara<br />*) = per gulung 100 meter</div> <p>Bila dilihat dari umur ekonomisnya, masing-masing peralatan memiliki umur ekonomi relatif pendek, terutama untuk keranjang jaring, keranjang kawat, tali tambang, pelampung jalur tambang, dan spat kolektor. Hal ini dikarenakan peralatan dan fasilitas tersebut rentan terhadap korosi air laut.</p> <p><b>BAHAN BAKU</b></p> <p>Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : (1). spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maxima; dan (2) inti bundar (nukleus) .</p> <p>Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara.</p> <div align="center">Tabel 4.3.<br />Bahan Baku Yang Dibutuhkan dalam Usaha Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="528"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="166"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Bahan Baku</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="206"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Diperoleh dari</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="156"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Harga Bahan </span></b><b><span>Baku</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="166"> <p class="MsoNormal"><span>Kerang anakan (<i>spat</i>)</span></p> </td> <td valign="top" width="206"> <p class="MsoNormal"><span>pengembangbiakan sendiri (<i>hatchery</i>)</span></p> <p class="MsoNormal"><span>membeli dari <i>hatchery</i></span></p> <p class="MsoNormal"><span>membeli dari perusahaan lain</span></p> </td> <td width="156"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp 2.000 – 2.800 / cm</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="166"> <p class="MsoNormal"><span>Nukleus</span></p> </td> <td valign="top" width="206"> <p class="MsoNormal"><span>Impor dari Jepang </span></p> </td> <td valign="top" width="156"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>US $ 500 / kg</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber: Data Primer</div> <b>TENAGA KERJA</b> <p>Tenaga kerja untuk budidaya mutiara ini harus memiliki keahlian khusus, terutama untuk melakukan operasi penyuntikan nukleus kedalam tiram mutiara. Ketidaktepatan dalam penempatan nukleus akan mengakibatkan kegagalan panen karena nukleus yang sudah dimasukkan akan dimuntahkan kembali. Untuk tenaga kerja lain, seperti tenaga kerja untuk perawatan tiram mutiara dan tenaga kerja untuk keamanan tidak memerlukan keahlian khusus. Jumlah tenaga kerja untuk keamanan relatif banyak karena budidaya ini rentan terhadap perampokan dan pencurian.</p> <div align="center">Tabel 4.4.<br />Pengeluaran Untuk Tenaga Kerja pada Budidaya Tiram Mutiara Per Tahun</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="467"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td width="273" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jenis Tenaga Kerja</span></b></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Satuan</span></b></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Gaji/Upah</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Tenaga kerja tetap</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"><br /></td> <td width="108" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Bulan kerja</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>bulan</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>12</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>c. Gaji</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp/bln</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>1.500.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>d. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>90.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Tenaga tidak tetap (panen)</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"><br /></td> <td width="108" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>3</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Jumlah Hari</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Hari</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>365</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>c. Upah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp/hari</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>15.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>d. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>16.425.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Tenaga keamanan</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"><br /></td> <td width="108" nowrap="nowrap"><br /></td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>9</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Bulan kerja</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>bulan</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>12</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>c. Gaji</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>orang/bulan</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>1.200.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>d. Jumlah</span></p> </td> <td width="86" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp</span></p> </td> <td width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>129.600.000</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran03.htm" target="_blank">Lampiran 3</a></div> <b>TEKNOLOGI</b> <p>Teknologi yang digunakan pada budidaya tiram mutiara ini merupakan kombinasi antara teknologi sederhana dan teknologi modern. Teknologi sederhana yang digunakan dalam budidaya mutiara ini adalah penggunaan fasilitas rakit apung, sedangkan teknologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Teknologi operasi peletakan nukleus pada kerang yang telah cukup umur (ukuran minimal 9 cm) sangatlah rumit dan kompleks. Untuk pengoperasian ini digunakan tenaga kerja asing yang sebagian besar berasal dari Jepang.</p> <p><b>PROSES PRODUKSI</b></p> <p>Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan, yaitu:<br />a. Pengoperasian tiram<br />b. Pemeliharaan<br />c. Panen</p> <p>Untuk proses produksi usaha budidaya mutiara ini, spat yang berukuran 700 milimikron dipelihara dan dibersihkan, serta diseleksi untuk dibudidayakan. Setelah tiram diseleksi, maka tahap selanjutnya adalah memasukkannya kedalam kolektor. Isi satu kolektor untuk ukuran ini adalah 200 – 300 buah. Spat yang dipelihara tersebut akan dipelihara selama 2 bulan. Setelah 2 bulan, maka spat akan bertambah menjadi 2 – 3 centimeter. Dalam jangka waktu tersebut, ukuran masing-masing tiram tidak selalu sama. Langkah selanjutnya adalah memasukkan tiram ukuran 2-3 cm tersebut kedalam waring (net) yang berisi 20 buah. Tiram mutiara yang telah dipelihara dalam kurun waktu tersebut akan siap dioperasi apabila ukuran minimalnya 9 cm. Rata rata pertumbuhan tergantung pada suhu dan kondisi air. Apabila kondisi air berkurang, maka tiram kemungkinan tidak terjadi pertumbuhan. Setelah satu setengah tahun dioperasi maka tiram sudah dapat menghasilkan mutiara yang siap untuk diperdagangkan.</p> <div align="center">Gambar 4.1. Proses Budidaya Tiram Mutiara <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Gambar41.jpg" width="400" height="452" /></p></div> <p>(1). Pengoperasian Tiram Mutiara</p> <p>Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya, dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati. Kemudian dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat. Inti dimasukkan dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel dan penempatannya harus bersinggungan dengan mantel. Setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.</p> <p>Untuk pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister), tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti. Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm. Setelah itu sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas. Inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister carrier ditempatkan pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di atas otot adducator.</p> <p>Setelah cangkang bagian atas diisi inti mutiara blister, kemudian tiram mutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya. Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister sebanyak 8 ~ 12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4 ~ 6 buah, setelah pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.</p> <div align="center">Gambar 4.2. Bagian Dalam Tiram Mutiara dan<br />Cara Pemasangan Nukleus <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Gambar42.jpg" width="200" height="237" /></p></div> <div align="center">Gambar 4.3. Cara Pemasangan Mutiara Blister <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Gambar43.jpg" width="200" height="189" /></p></div> <p>(2). Proses Pemeliharaan</p> <ol><div> <li>Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.</li> <li>Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 – 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.</li> <li>Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.</li> </div></ol> <p>(3). Panen</p> <p>Waktu yang dibutuhkan dari setelah dioperasi (nukleus dimasukkan kedalam kerang) sampai dengan masa panen adalah 1,5 tahun. Jadi jangka waktu dari mulai spat sampai dengan panen dibutuhkan waktu kurang lebih tiga tahun. Dalam satu tahun dapat dilakukan 2-3 kali operasi sehingga dalam satu tahun dapat dipanen lebih dari satu kali. Setelah kerang menghasilkan mutiara, maka kerang dewasa tersebut dapat dioperasi lagi sebanyak 2 sampai 3 kali (cukunyo), dengan setiap masa panen menunggu jangka waktu 1 tahun.</p> <div align="center">Foto 4.5. Tiram Mutiara yang Telah Dibuka dan Menghasilkan Mutiara <p><img src="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/images/Foto45.jpg" width="261" height="326" /></p></div> <b>JUMLAH, JENIS DAN MUTU PRODUKSI</b> <p>(1). Jumlah Produksi</p> <p>Jumlah produksi mutiara tergantung pada jumlah kerang yang sudah dioperasi. Setiap kerang akan menghasilkan satu butir mutiara seberat antara 2,5 sampai 3 gram. Risiko kegagalan dari budidaya ini cukup tinggi, yaitu rata-rata 30 persen. Artinya dari 10.000 kerang yang dipelihara dan dioperasi, 3.000 diantaranya akan mati atau gagal panen.</p> <p>(2). Jenis Produksi</p> <p>Dengan cara pembudidayaan yang benar, maka jenis mutiara yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :<br />a. Round (bundar sempurna)<br />b. Semi round (agak bundar)<br />c. Drop (bentuk tetesan air)<br />d. Oval (lonjong)<br />e. Barok (bentuk tidak beraturan)</p> <p>(3). Mutu Produksi</p> <p>Mutiara yang dihasilkan sangat tergantung dari teknik menyuntik dan kondisi alam selama proses penyuntikan sampai dengan panen. Mutiara yang dihasilkan dengan cara budidaya yang biasa, terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :<br />a. Grade A : 40 persen<br />b. Grade B : 30 persen<br />c. Grade C : 30 persen.</p> <p><b>PRODUKSI OPTIMUM</b></p> <p>Kapasitas produksi optimum tergantung pada jumlah blok yang dimiliki, setiap blok biasanya berukuran lebar 10 meter dan panjang rentang tali 100 meter. Untuk setiap blok terdapat 11 buah rentang tali yang berjarak masing-masing 1 meter. Rata-rata jarak antar blok 10 – 15 meter dan sangat tergantung pada ketersediaan lokasi. Jumlah kerang berukuran 10 centimeter yang siap dioperasi sekitar 10 persen dari jumlah seluruh kerang yang dimiliki. Kerang besar dimasukkan ke dalam kantung jaring berbingkai besi dengan ukuran 40 cm x 70 cm untuk 8 – 12 kerang.</p> <p><b>KENDALA PRODUKSI</b></p> <p>Pengusaha mutiara mengalami kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim panen tidak seragam baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas.</p> <p>Selain itu risiko keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan kendala produksi yang seringkali mengakibatkan kerugian sampai miliaran rupiah, bahkan kebangkrutan.</p><p><br /></p><p>sumber: <a href="http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-produksi-budidaya-mutiara/#more-425">http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-produksi-budidaya-mutiara/#more-425</a><br /></p>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-467355463261063089.post-14088319922271595272009-12-04T11:04:00.000+08:002009-12-04T11:05:30.013+08:00ASPEK KEUANGAN BUDIDAYA MUTIARA<p><b>PEMILIHAN POLA USAHA</b></p> <p>Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.</p> <p>Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen.</p> <p><b>ASUMSI DASAR PERHITUNGAN</b></p> <div align="center">Tabel 5.1.<br />Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="475"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>No</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Asumsi</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Satuan</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah/nilai</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Periode proyek</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Tahun </span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>6</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Luas tanah dan area budidaya</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Luas tanah untuk kantor dan gudang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>m<sup>2</sup></span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>2.500</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Jumlah jalur area budidaya</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>jalur</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>30</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>3</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Pembenihan </span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Siklus usaha</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Tahun </span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Lama pemeliharaan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Tahun </span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1.5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Ukuran spat</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>cm</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>2-3 cm</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Ukuran siap dioperasi </span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>cm</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>minimal 9 cm</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Intensitas operasi tiap siput</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>kali</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>2 – 3 kali</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Jangka waktu panen 1 dan ke 2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Tahun </span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Jangka waktu panen 2 dan ke 3</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Tahun </span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>4</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Harga mutiara dan siput</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>a. Spat ukuran 2 – 3 cm</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp/cm</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>2.500</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>b. Harga mutiara</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp/gram</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>400.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Tenaga kerja</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>a. Tetap (termasuk manajemen)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>5</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>b. Tidak tetap </span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>3</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>c. Tenaga keamanan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>orang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>9</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>6</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Pakan untuk spat sampai panen</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>tidak ada</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>7</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Satu tahun</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>jumlah bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>12</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>8</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Resiko kegagalan panen</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>persen</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>30</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>9</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Isi kolektor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>ekor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>200 – 300 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>10</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Isi net (waring)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>ekor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>20</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>11</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Isi keranjang</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>ekor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>10</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>12</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Harga nukleus</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp/kg</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>4.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>13</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Kebutuhan nukleus</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>kg</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>10</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>14</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Biaya operasi nukleus ke siput</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>Rp</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>10.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="35" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>15</span></p> </td> <td width="272" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal"><span>Jumlah spat yang dipelihara</span></p> </td> <td valign="bottom" width="87" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span>ekor</span></p> </td> <td valign="bottom" width="108" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>5.000</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran01.htm" target="_blank">Lampiran 1</a></div> <p><b>BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL</b></p> <p>(1). Kebutuhan Investasi</p> <p>Secara rinci, kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut :<span id="more-426"></span></p> <div align="center">Tabel 5.2.<br />Investasi Budidaya Tiram Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="431"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="197"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jenis Investasi</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Nilai (Rp)</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Penyusutan (Rp)</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Perijinan</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>25.000.000</span></p> </td> <td width="138"> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Sewa tanah</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>75.000.000</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>15.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Kontruksi tambak</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>59.700.000</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>16.500.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Peralatan Budidaya Mutiara</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>110.100.000</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>22.260.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Bangunan</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>156.000.000</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>31.200.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><b><span>Jumlah </span></b></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><b><span>425.800.000</span></b></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><b><span>84.960.000</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>Sumber dana investasi:</span></p> </td> <td width="105"> </td> <td width="138"> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Kredit</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>70 %</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>298.060.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td width="197"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Dana sendiri</span></p> </td> <td width="105"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>30 %</span></p> </td> <td width="138"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>127.740.000</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran02.htm" target="_blank">Lampiran 2</a></div> <p>Investasi yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini adalah Rp 425.800.000 dengan umur proyek selama 5 tahun, maka nilai penyusutan per tahunnya adalah Rp. 84.960.000. Investasi merupakan biaya tetap (fixed cost) yang terdiri dari beberapa komponen seperti biaya perijinan, sewa tanah, sewa bangunan, kontruksi rakit untuk budidaya, dan peralatan-peralatan lainnya. Dalam proyek ini, areal budidaya adalah diperairan laut tenang sehingga luas areal budidaya diukur dalam satuan jalur penggantung tiram untuk budidaya mutiara.</p> <p><b>(2). Biaya Operasional</b></p> <p>Biaya operasional pada budidaya mutiara sedikit berbeda dengan biaya operasional untuk budidaya produk perikanan lainnya. Biaya operasional pada budidaya mutiara lebih banyak bersifat tetap sepanjang waktu, mulai dari penebaran spat sampai dengan masa panen. Hal ini dikarenakan pada budidaya mutiara, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Biaya operasional pada budidaya mutiara terdiri dari biaya pembelian spat (anakan tiram mutiara), biaya tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya, seperti penyuntikan/operasi tiram mutiara.</p> <div align="center">Tabel 5.3.<br />Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="423"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="bottom" width="36" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>No</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="bottom" width="295" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jenis Biaya</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" valign="top" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Nilai</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya pembelian spat dan nukleus</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> </span><span>52.500.000 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya tenaga kerja tetap</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> 450.000.000 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>3</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya tenaga kerja tidak tetap</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> </span><span>82.125.000 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>4</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya tenaga keamanan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> 648.000.000 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya bola lampu sorot</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> 1.500.000 </span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>6</span></p> </td> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya Operasional dan lain-lain</span></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> </span><span>268.406.250 </span></p> </td> </tr> <tr> <td colspan="2" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah</span></b></p> </td> <td valign="bottom" width="121"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><b><span> 1.502.531.250</span></b></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran04.htm" target="_blank">Lampiran 4</a></div> <p>Tabel di atas menunjukkan besarnya pengeluaran biaya operasional budidaya tiram mutiara selama lima tahun. Secara rinci (pada lampiran 4) dapat dilihat bahwa biaya operasional untuk tahun pertama adalah Rp. 311.606.250. untuk tahun kedua biaya operasionalnya adalah Rp. 309.606.250. Perbedaan ini disebabkan karena adanya biaya yang harus dikeluarkan pada tahun kedua dan tahun ketiga untuk penyuntikan/operasi tiram mutiara, yang biayanya Rp. 10.000 per tiram mutiara.</p> <p>Dana yang digunakan untuk investasi ini dilakukan pada tahun nol proyek. Sumber dana pembiayaan investasi diasumsikan 70 persen berasal dari kredit (Rp. 298.060.000) dan 30 persennya modal sendiri (Rp. 127.740.000.). Sumber kredit berasal dari perbankan dan jenis kredit komersial, yang syarat dan tingkat bunganya disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank. Untuk proyek budidaya mutiara ini, suku bunga kredit adalah 17% menurun.</p> <p><b>KEBUTUHAN KREDIT DAN MODAL KERJA</b></p> <p>Dana yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini diperoleh dari dua sumber, yaitu dari modal sendiri dan dari kredit bank. Secara rinci, sumber dana untuk budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut:</p> <div align="center">Tabel 5.4.<br />Kebutuhan Kredit dan Modal Kerja</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" align="center" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="534"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td width="31" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>No</span></b></p> </td> <td width="340" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Rincian Biaya Proyek</span></b></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Total Biaya</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Dana investasi yang bersumber dari</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Kredit (70%)</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>298.060.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Dana sendiri (30%)</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>127.740.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Jumlah dana investasi</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><b><span>425.800.000</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Dana modal kerja yang bersumber dari</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Kredit (0%)</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>0</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Dana sendiri (100%)</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>621.212.500</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Jumlah dana modal kerja</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><b><span>621.212.500</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>3</span></p> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Total dana proyek yang bersumber dari</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Kredit </span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>298.060.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> </td> <td nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>b. Dana sendiri</span></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>748.952.500</span></p> </td> </tr> <tr> <td colspan="2" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah dana proyek</span></b></p> </td> <td width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><b><span>1.047.012.500</span></b></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran05.htm" target="_blank">Lampiran 5</a></div> <p>Dana untuk biaya investasi yang diperlukan adalah sebesar seluruh biaya investasi pada tahun 0 proyek, yaitu Rp. 425.800.000. Modal kerja yang diperlukan sampai dengan perusahaan memperoleh penghasilan (tahun 1 dan tahun 2) adalah sebesar Rp. 621.212.500.</p> <p>Jenis kredit yang diberikan dari bank adalah jenis kredit komersial dengan tingkat bunga yang sama untuk jenis usaha lainnya yang berlaku di masing-masing bank.</p> <p><b>PROYEKSI PRODUKSI DAN CASH FLOW</b></p> <p>Setelah dilakukan penyuntikan atau operasi memasukkan inti bundar pada ukuran tiram mutiara 9 – 10 centimeter atau setelah 1,5 tahun, maka produksi tiram mutiara akan terjadi pada 1,5 tahun kemudian atau pada tahun ke 3. Dengan mengoperasi 5.000 tiram mutiara, maka akan diperoleh hasil Rp 1.750.000.000 angka ini memperhitungkan kegagalan maksimal 50 persen dengan harga Rp 400.000 per gram. Secara lengkap, total aliran kas untuk budidaya mutiara ini selama 5 tahun adalah sebagai berikut :</p> <div align="center">Tabel 5.5.<br />Total Aliran Kas Selama Umur Proyek Budidaya Tiram Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" align="center" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr align="center" valign="middle"> <td bgcolor="#d9d9d9" width="50"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>No</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><b><span>Pendapatan dan Pengeluaran</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Nilai (Rp)</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Pendapatan</span></p> </td> <td valign="top" width="113"> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Penjualan mutiara</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>5.250.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Pengeluaran</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>0</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>a. Investasi</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>0</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span> (1) Perijinan</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>25.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span style="font-family: Verdana;"> (2) sewa tanah dan bangunan</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>75.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span> (3) Kontruksi tambak</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>59.700.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span> (4) Peralatan Budidaya Mutiara</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>110.100.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span> (5) Bangunan</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>156.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Jumlah Biaya Investasi</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>425.800.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span style="font-family: Verdana;">b. Biaya operasional dan lain-lain</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>0</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya pembelian spat</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>12.500.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya pembelian nukleus</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>40.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Perawatan benih sampai operasi</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>0</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya tenaga kerja tetap</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>450.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span style="font-family: Verdana;">Biaya tenaga kerja tidak tetap</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>82.125.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya tenaga keamanan</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>648.000.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Biaya bola lampu sorot</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>1.500.000</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span style="font-family: Verdana;">Biaya Operasional dan lain-lain</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>268.406.250</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Jumlah biaya operasional</span></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>1.502.531.250</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="50"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>3</span></b></p> </td> <td width="241" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><b><span>Surplus/defisit</span></b></p> </td> <td width="113"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><b><span>3.321.668.750</span></b></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran08.htm" target="_blank">Lampiran 8</a></div> <p>Dilihat dari cash flow selama lima tahun (dapat dilihat pada Lampiran <img src="http://s.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif" alt="8)" class="wp-smiley" /> bahwa pada pada tahun 0 sampai tahun 2, proyek ini mengalami defisit karena tiram yang dibudidayakan belum menghasilkan mutiara. Pada tahun ketiga sampai tahun ke-5, proyek budidaya ini akan memberikan keuntungan Rp 3.321.668.750.</p> <p><b>PROYEKSI RUGI LABA DAN BEP</b></p> <p>Hasil produksi mutiara tergantung pada jumlah tiram yang disuntik atau dioperasi. 5.000 ekor dioperasi akan menghasilkan Rp. 1.750.000.000. Hasil produksi dari budidaya mutiara ini adalah butiran mutiara, untuk daging tiram dan kulit tiram tidak dijual sehingga tidak memberikan nilai ekonomis. Proyeksi pendapatan bersih adalah sebagai berikut :</p> <p align="center">Tabel 5.6.<br />Proyeksi Keuntungan dan Kerugian Budidaya Tiram Mutiara<br />Selama 5 Tahun</p> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" align="center" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="282"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td valign="bottom" width="99" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Tahun</span></b></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Surplus/Defisit (Rp)</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1</span></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>-402.066.250</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>2</span></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>-474.581.250</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>3</span></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1.126.180.938</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>4</span></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1.083.255.938</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>5</span></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><span>1.083.255.938</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Jumlah</span></b></p> </td> <td valign="bottom" width="184" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>2.416.045.313</span></b></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran09.htm" target="_blank">Lampiran 9</a></div> <p>Keuntungan ini akan terus dinikmati petani budidaya mutiara seteleh panen tahun pertama sampai dengan panen ke dua dan ketiga karena satu tiram mutiara dapat menghasilkan mutiara 2 sampai 3 kali (sesuai asumsi). BEP rata-rata penjualan adalah Rp. 192.936.286.</p> <p><b>PROYEKSI ARUS KAS DAN KELAYAKAN PROYEK</b></p> <p>Dari hasil perhitungan arus kas diperoleh IRR sebesar 24,49%n, NPV Rp. 365.855.344,17 dan Net B/C Ratio lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan bahwa proyek ini layak dilaksanakan. PBP (payback period) untuk proyek budidaya mutiara ini adalah 3 tahun 8 bulan. Artinya seluruh biaya investasi pada proyek tersebut dapat dikembalikan dalam masa tersebut dan hasil penjualan pada tahun-tahun berikutnya merupakan pendapatan bersih dari investasi proyek.</p> <div align="center">Tabel 5.7.<br />Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="188"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Kriteria Kelayakan</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Nilai</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="188"> <p class="MsoBodyText"><span>NPV DF 17% (Rp)</span></p> </td> <td valign="bottom"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span> 365.855.344,17</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="188"> <p class="MsoBodyText"><span>Net B/C Ratio DF 17%</span></p> </td> <td valign="bottom"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>1,2321</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="188"> <p class="MsoBodyText"><span>IRR (%)</span></p> </td> <td valign="bottom"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>24,49%</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="188"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Usaha </span></p> </td> <td valign="bottom"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>3 tahun 8 bulan</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="188"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Kredit</span></p> </td> <td valign="bottom"> <p class="MsoBodyText" style="text-align: right;" align="right"><span>2 tahun 9 bulan</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran10.htm" target="_blank">Lampiran 10</a></div> <div align="left"><b>ANALISIS SENSITIVITAS DAN KELAYAKAN PROYEK</b>Dalam suatu proyek, penerimaan dan biaya operasional diasumsikan dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam kenyataannya penerimaan dan biaya operasional mungkin saja mengalami perubahan. Untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan pendapatan dan biaya operasional terhadap kelayakan proyek, maka dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis sensitivitas pendapatan dan analisis sensitivitas biaya operasional. <p><b>Sensitivitas Pendapatan</b></p> <p>Pada skenario yang pertama ini, pendapatan diasumsikan mengalami penurunan sebesar 12%, sehingga total pendapatan yang diperoleh hanya 88%. Nilai Net BC Ratio dengan penurunan pendapatan ini adalah lebih besar dari 1 sehingga masih layak dilaksanakan. Apabila pendapatan turun 13%, maka proyek ini sudah tidak layak lagi untuk dilaksanakan karena Net BC Ratio dibawah 1 dan NPV lebih kecil dari nol (negatif). Secara rinci, hasil skenario ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.</p> <div align="center">Tabel 5.8.<br />Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td rowspan="2" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Kriteria Kelayakan</span></b></p> </td> <td colspan="2" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Biaya Operasional Naik</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td bgcolor="#cccccc" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>12%</span></b></p> </td> <td bgcolor="#cccccc" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>13%</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>NPV </span><span>DF 17% (Rp)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>26.887.675,20</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>-1.359.630,55</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Net B/C Ratio DF 17%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1,0171</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>0,9991</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>IRR</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>17,59%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>16,97%</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Usaha</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span> 4 tahun 6 bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>4 tahun 6 bulan</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Kredit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>3 tahun 3 bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>3 tahun 3 bulan</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran11.htm" target="_blank">Lampiran 11</a></div> <p><b>Sensitivitas Biaya Operasional</b></p> <div align="center">Tabel 5.9.<br />Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" align="center" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr bgcolor="#cccccc"> <td rowspan="2" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Kriteria Kelayakan</span></b></p> </td> <td colspan="2" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Biaya Operasional Naik</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td bgcolor="#cccccc" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>38%</span></b></p> </td> <td bgcolor="#cccccc" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>39%</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>NPV </span><span>DF 17% (Rp)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span> 169.796,63 </span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>-9.453.507,25</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Net B/C Ratio DF 17%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1,0001</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>0,9947</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>IRR</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>17%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>16,81%</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Usaha</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span> 4 tahun 6 bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>4 tahun 6 bulan</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="159" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Kredit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="110" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>3 tahun 3 bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="117" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>3 tahun 3 bulan</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran13.htm" target="_blank">Lampiran 13</a> dan <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran14.htm" target="_blank">Lampiran14</a></div> <p>Kenaikan biaya operasional lebih dari 38% akan mengakibatkan usaha ini menjadi tidak layak dengan IRR sebesar 16,81% dan Net B/C Ratio lebih kecil dari 1.</p> <p><b>Sensitivitas Gabungan</b></p> <div align="center">Tabel 5.10.<br />Kelayakan Proyek Budidaya Mutiara Sensitivitas Gabungan</div> <div align="center"> <table class="MsoNormalTable" align="center" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" width="556"> <tbody><tr> <td rowspan="2" bgcolor="#d9d9d9" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Kriteria Kelayakan</span></b></p> </td> <td bgcolor="#cccccc" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Pendapatan = 91 %</span></b></p> </td> <td bgcolor="#cccccc" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Pendapatan = 90 %</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td bgcolor="#d9d9d9" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Biaya Operasional = 109%</span></b></p> </td> <td bgcolor="#d9d9d9" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span>Biaya Operasional = 110%</span></b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>NPV </span><span>DF 17% (Rp)</span></p> </td> <td valign="bottom" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span> 25.019.857,50 </span></p> </td> <td valign="bottom" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>-12.850.752,13</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>Net B/C Ratio DF 17%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>1,0154</span></p> </td> <td valign="bottom" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>0,9921</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>IRR</span></p> </td> <td valign="bottom" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>17,54%</span></p> </td> <td valign="bottom" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><span>16,72%</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Usaha</span></p> </td> <td valign="bottom" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="xl43" style="border: medium none ; text-align: right;" align="right"><span>4 Tahun 6 Bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="xl43" style="border: medium none ; text-align: right;" align="right"><span>4 Tahun 6 Bulan</span></p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="181" nowrap="nowrap"> <p class="MsoBodyText"><span>PBP Kredit</span></p> </td> <td valign="bottom" width="204" nowrap="nowrap"> <p class="xl43" style="border: medium none ; text-align: right;" align="right"><span>3 Tahun 3 Bulan</span></p> </td> <td valign="bottom" width="192" nowrap="nowrap"> <p class="xl43" style="border: medium none ; text-align: right;" align="right"><span>3 Tahun 3 Bulan</span></p> </td> </tr> </tbody></table> </div> <div align="center">Sumber : <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran15.htm" target="_blank">Lampiran 15</a> dan <a href="http://www.bi.go.id/sipuk/id/text/silmuk/mutiara/Lampiran/Lampiran16.htm" target="_blank">Lampiran 16</a></div> <p>Gabungan perubahan penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 9% masih layak untuk usaha budidaya mutiara ini. Proyek menjadi tidak layak pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan pda saat yang bersamaan terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 10%.</p><p>sumber: <a href="http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-keuangan-budidaya-mutiara/#more-426">http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-keuangan-budidaya-mutiara/#more-426</a><br /></p></div>Ketut Adi Candrahttp://www.blogger.com/profile/16489801924026822030noreply@blogger.com0