PERMINTAAN
Permintaan mutiara dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Sampai saat ini, 26 persen mutiara yang diperdagangkan di dunia, berasal dari Indonesia. Sebenarnya persentase ini dapat ditingkatkan sampai dengan 50% karena potensi kelautan di Indonesia yang sangat potensial. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkat untuk tahun berikutnya yang menjadi 1.130.098 momme senilai Y 15.107.000. Secara rinci, jumlah ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 1998 – 200 adalah sebagai berikut :
Nilai Ekspor Mutiara dari Indonesia ke Jepang Tahun 1998 – 2000
Tahun | Jumlah (momme) | Nilai (Yen) |
1998 | 371.364 | 6.304.783.000 |
1999 | 521.232 | 7.470.429.000 |
2000 | 247.762 | 3.132.099.000 |
Penurunan ekpor ini dikarenakan berkurangnya jumlah perusahaan yang melakukan budidaya mutiara di Indonesia. Berkurangnya perusahaan tersebut dikarenakan perginya perusahaan budidaya yang dimiliki oleh orang asing ke negara lain. Faktor jaminan keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan salah satu alasan utama pindahnya perusahaan itu dari Indonesia.
Permintaan mutiara dunia tidak ada jumlah pastinya, karena dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya tingkat pendapatan masyarakat, selera, dan kondisi perekonomian secara umum. Berapapun mutiara yang dihasilkan, akan selalu laku dijual dipasar lokal dan pasar internasioonal, asalkan kualitas mutiara yang dihasilkan sesuai dengan yang diminta pasar. Bahkan sebelum panen dilakukan, pembeli besar sudah memesan dan menunggu hasil panen mutiara tersebut.
PENAWARAN
Jumlah produksi mutiara untuk setiap musim panen, tidak terdokumentasi secara baik. Hal ini karena panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan. Selain itu rentang waktu dari pembesaran sampai panen mencapai 3 tahun. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah, sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu di budidayakan. Beberapa perusahaan yang ada di Indonesia, terutama di NTB menyatakan bahwa jumlah produksi keseluruhan per tahun mencapai 30 sampai 50 kilogram yang mampu terserap ke pasar lokal maupun pasar internasional. Menurut sumber data yang diperoleh dari Jewellery News Asia Magazine, Maret 2001 dan Global Pearl Production Estimates in Value 2000 (dikutip dari Forek Indonesia 2001-2004), produksi mutiara Indonesia (south sea pearl) dibanding dengan negara lain adalah sebagai berikut:
Nilai Produksi Mutiara dari Beberapa Negara Tahun 1998 – 2000
Negara | Jumlah | Persentase |
Australia | 550 kan | 47,9 |
Indonesia | 500 kan | 41,67 |
Filipina dan Myanmar | 150 kan | 10,07 |
Diinformasikan juga angka perkiraan volume produksi dan nilai ekspor dari jenis mutiara di dunia pada 2000 adalah south sea pearl 4,5 ton (1.200 kan) dan US$ 200 juta, black pearls 11,5 ton (3.100 kan) dan US$160 juta, akoya pearls 3,8 ton (10.000 kan) atau US$220 juta dan chinese freshwater pearl 650 ton (173.000 kan) dan US$180 juta.
HARGA
Harga mutiara sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika. Harga mutiara juga sangat tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang dihasilkan. Untuk jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20.
JALUR PEMASARAN
Pengusaha mutiara tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pemasaran produknya, hal ini dikarenakan pembeli yang berasal dari dalam dan luar negeri akan menjadi pelanggan tetap dan selalu siap membeli berapapun mutiara yang dihasilkan asalkan sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Konsumen akhir untuk produk mutiara ini biasanya adalah perorangan atau individu, perancang busana, dan kolektor.
Perusahaan yang melakukan budidaya mutiara dapat menjual produknya melalui dua pihak, yaitu :
a. dijual kepada pedagang besar dalam negeri;
b. ditawarkan dan dijual kepada importir luar negeri yang datang ke Indonesia.

KENDALA PEMASARAN
Secara umum, tidak ada kendala yang berarti dalam pemasaran mutiara hasil budidaya ini. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, terutama pasar luar negeri dari Jepang.
Masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha budidaya mutiara adalah terjadinya fluktuasi harga yang sangat rentan terhadap perubahan kurs. Resesi ekonomi yang terjadi di beberapa belahan dunia mengakibatkan permintaan mutiara mengalami penurunan. Selain itu pengusaha mutiara mengalami kesulitan karena mutiara yang dihasilkan pada satu musim panen tidak seragam baik keseragaman bentuk maupun keseragaman kualitas.
sumber: http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/23/aspek-pemasaran-budidaya-mutiara/#more-427
Dicari agen di seluruh indonesia, web : http://asesorismotorindonesia.blogspot.com/
ReplyDeleteHalo,Mau jd agen utk barang ini? http://asesorismotorindonesia.blogspot.com/
Target penjualan kami adalah penjualan di lampu merah. Saat ini kami sudah membuka secara serentak untuk pendistribusian produk kami, dan untuk Agen-agen yang tertarik mohon secepatnya mengkonfirmasi kepada kami berikut area distribusinya.Salam,
087881288893
PT.TRIMURTI DWILESTARIJl.
Melati 3 no 18, Batuceper,
Tangerang – INDONESIA